Hadis secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi Islam istilah hadis berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad.
Hadis (الحديث) adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad ﷺ, baik berupa:
1. Perkataan (qawliyah),
2. Perbuatan (fi'liyah),
3. Persetujuan (taqririyah), atau
4. Sifat beliau (khuluqiyah atau khalqiyah).
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Hadis menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an, memberikan rincian hukum, serta menjadi teladan dalam akhlak, ibadah, muamalah, dan kehidupan sehari-hari.
Hadis yang berupa ucapan atau perkataan langsung Nabi Muhammad ﷺ untuk menjelaskan hukum, akhlak, atau ajaran agama.
Contoh:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Shallū kamā ra'aytumūnī uṣallī
Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat.
Dalam hadits ini, Nabi tidak hanya menyuruh, tetapi memperagakan salat. Para sahabat melihat dan meniru gerakan beliau. Maka ini adalah fi'liyah – bentuk ajaran melalui perbuatan nyata.
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Innamal-a‘mālu bin-niyyāt, wa innamā likulli mri’in mā nawā
Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan..
Hadis ini merupakan perkataan langsung Nabi yang mengajarkan pentingnya niat dalam amal perbuatan. Ini termasuk hadis qawliyah.
Hadis yang berasal dari tindakan atau perbuatan Nabi Muhammad ﷺ yang dilihat dan ditiru oleh para sahabat, seperti cara salat, puasa, dan haji.
Contoh:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Shallū kamā ra'aytumūnī uṣallī
Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat.
Dalam hadits ini, Nabi tidak hanya menyuruh, tetapi memperagakan salat. Para sahabat melihat dan meniru gerakan beliau. Maka ini adalah fi'liyah – bentuk ajaran melalui perbuatan nyata.
Dalam Hadis ini Nabi tidak hanya menyuruh, tetapi memperagakan salat. Para sahabat melihat dan meniru gerakan beliau. Maka ini adalah fi'liyah – bentuk ajaran melalui perbuatan nyata.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُصَلِّيَ الْمَكْتُوبَةَ نَزَل فَاسْتَقْبَل الْقِبْلَةَ
‘An Jābir bin ‘Abdillāh anna-n-Nabiyya kāna yuṣallī ‘alā rāḥilatihi naḥwa-l-mashriqi fa-idhā arāda an yuṣalliya-l-maktūbah nazala fasta’bala-l-qiblah.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW shalat di atas kendaraannya menuju ke arah Timur. Namun ketika beliau mau shalat wajib, beliau turun dan shalat menghadap kiblat. (HR. Bukhari)
fi'liyah – bentuk ajaran melalui perbuatan nyata.
Dalam Hadis ini Nabi mengajarkan/menunjukan cara shalat di atas kendaraan.
Hadis yang berupa persetujuan Nabi terhadap perkataan atau perbuatan sahabat, yang dilakukan di hadapan beliau, dan Nabi tidak mengingkarinya.
Contoh:
عَنْ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ قَالَ: أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ بِضَبٍّ فَتَنَاوَلَهُ، فَذَكَرُوا أَنَّهُ حَرَامٌ، فَقَالَ: لَيْسَ حَرَامًا، وَلَكِنَّهُ لَيْسَ مِنْ طَعَامِ قَوْمِي
An Khālid bin al-Walīd qāla: Utiya Rasūlullāh ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam bi-ḍabbin fa-tanāwalahu, fa-dhakarū annahu ḥarām, fa-qāla: Laysa ḥarāman, wa lākinna-hu laysa min ṭa‘āmi qawmī.
Dibawakan kepada Rasulullah daging dhabb, lalu beliau diberitahu bahwa hal itu haram. Beliau bersabda, 'Itu tidak haram, tetapi bukan makanan dari kaumku.
Dalam hadis ini Rasulullah ﷺ dihidangkan daging biawak, beliau tidak memakannya dan tidak melarang (mereka memakannya). Ini disebut taqririyah – persetujuan diam-diam.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ
An ‘Ā’ishah raḍiyallāhu ‘anhā qālat: Kāna an-Nabiyyu yuqabbilu wa huwa ṣā’im.
Aisyah berkata, 'Nabi SAW mencium (istrinya) saat sedang berpuasa.
Dalam hadis ini Rasulullah ﷺ menunjukan bahwa mencium istri tidak membatalkan puasa. Tindakan ini menunjukkan bahwa Islam tidak memberatkan umatnya dengan aturan yang kaku, namun tetap menjaga batasan agar ibadah tidak tercemari oleh hal-hal yang merusaknya.
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ: تَيَمَّمْتُ فَمَسَحْتُ وَجْهِي وَكَفَّيَّ فَقَالَ النَّبِيُّ: إِنَّمَا يَكْفِيكَ هَكَذَا
An ‘Ammār bin Yāsir qāla: Tayammamtu fa-masaḥtu wajhī wa-kaffayya fa-qāla an-Nabiyy ﷺ: Innamā yakfīka hakadhā.
Dari ‘Ammār bin Yāsir, ia berkata: Aku bertayammum, lalu aku usap wajahku dan kedua telapak tanganku. Maka Nabi ﷺ bersabda: 'Cukuplah engkau seperti ini.
Dalam hadis ini Rasulullah ﷺ menunjukan bahwa mencium istri tidak membatalkan puasa. Tindakan ini menunjukkan bahwa Islam tidak memberatkan umatnya dengan aturan yang kaku, namun tetap menjaga batasan agar ibadah tidak tercemari oleh hal-hal yang merusaknya.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ، يُومِئُ إِيمَاءً
An Ibni ‘Umar qāla: Kāna an-Nabiyyu yuṣallī ‘alā rāḥilatihi ḥaythu tawajjahat bihī, yumī’u imā’an.
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Nabi ﷺ biasa salat di atas kendaraannya ke arah mana pun ia menghadap, beliau memberi isyarat dengan gerakan (tanpa rukuk dan sujud sempurna).
Hadis yang meriwayatkan tentang sifat fisik (khalqiyah) dan sifat akhlak (khuluqiyah) Nabi Muhammad ﷺ. .
Contoh:
Hadits Ciri Fisik Rasulullahﷺ a (HR. Bukhari Muslim.).
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا رَبْعَةً، لَيْسَ بِالطَّوِيلِ وَلاَ بِالْقَصِيرِ، أَزْهَرَ اللَّوْنِ، لَيْسَ بِأَبْيَضَ أَمْهَقَ، وَلاَ آدَمَ، وَلَيْسَ بِجَعْدٍ قَطَطٍ، وَلاَ سَبْطٍ
Kāna Rasūlullāhi ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam rajulan rab‘ah, laysa biṭ-ṭawīl wa lā bil-qaṣīr, azharal-lawn, laysa bi-abyaḍ a-mhaq wa lā ādam, wa laysa bija‘din qaṭaṭ wa lā sabṭ.
Rasulullahﷺ adalah seorang laki-laki yang bertubuh sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak pula pendek, berkulit cerah, tidak terlalu putih pucat dan tidak pula gelap, rambut beliau tidak keriting kasar dan tidak juga lurus lembut (yakni di antara keduanya).