Rangkaian perawi (orang-orang yang meriwayatkan hadis) yang menyampaikan hadis dari Nabi Muhammad ﷺ hingga ke perawi terakhir.
Sanad (سَنَدٌ ) atau isnad (إِسْنَادٌ ) secara bahasa artinya sandaran, maksudnya adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan berakhir pada orang sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni Shahabat.
contoh sanad pada hadist :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ، وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ، فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي، فَأَعِي مَا يَقُولُ». قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: «وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ، فَيُفْصِمُ عَنْهُ، وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا».
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Aisyah Ibu Kaum Mu'minin, bahwa Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Wahai Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau? Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan. Dan terkadang datang Malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku maka aku ikuti apa yang diucapkannya. Aisyah berkata: Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat dingin lalu terhenti, dan aku lihat dahi Beliau mengucurkan keringat.
Pada hadits tersebut bagian sanadnya adalah pada bagian yang berwarna merah yaitu : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا (Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Aisyah Ibu Kaum Mu'minin. )
Sehingga diketahui jalur sanad pada hadits tersebut sebagai berikut :
dari عبدُ اللهِ بنُ يوسفَ (Abdullah bin Yusuf) dari ➡️ مالكٌ (Malik) dari ➡️ هشامِ بنِ عروةَ (Hisyam bin 'Urwah) dari ➡️ أبيه (ayahnya) dari ➡️ عائشةَ أُمِّ المؤمنينَ رضيَ اللهُ عنها (Aisyah Ibu Kaum Mu'minin.)
Matan secara bahasa artinya kuat, kokoh, keras, maksudnya adalah isi, ucapan atau lafazh-lafazh hadits yang terletak sesudah rawi dari sanad yang akhir atau dengan kata lain matan adalah Isi atau teks dari hadis yang berisi ucapan, perbuatan, atau ketetapan Nabi.
Pada hadits tersebut di atas yang merupakan matan haditsnya adalah :
"Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan. Dan terkadang datang Malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku maka aku ikuti apa yang diucapkannya. Aisyah berkata: Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat dingin lalu terhenti, dan aku lihat dahi Beliau mengucurkan keringat."
Rāwī ((ٱلرَّاوِي ) secara bahasa berasal dari kata ( رَوَى - يَرْوِي yang berarti meriwayatkan, menyampaikan, atau menceritakan. Dalam konteks ilmu hadis, rāwī adalah orang yang meriwayatkan atau menyampaikan hadis Nabi ﷺ dari generasi ke generasi.
Seorang rawi juga mencatatnya dalam suatu kumpulan hadits dan menyebutkan sanadnya.
Orang yang meriwayatkan hadis (perawi) kredibilitas rawi sangat penting dalam menilai keabsahan hadis.Rāwī memiliki posisi kunci karena melalui mereka, hadis sampai kepada kita. Mereka menjadi mata rantai (sanad) dalam transmisi hadis. Tanpa rawi yang terpercaya, hadis bisa diragukan atau bahkan ditolak.
Derajat Perawi :
Ulama menilai para rāwī dengan istilah-istilah khusus, seperti:
Istilah | Arti | Status Hadis |
---|---|---|
Ṯsiqah (ثقة ) | Sangat terpercaya | Hadis diterima |
Ṣadūq (صدوق ) | Terpercaya, sedikit salah | Hadis diterima |
Ḍaʻīf (ضعيف ) | Lemah (lupa, pelupa, dll) | Hadis ditolak |
Matrūk (متروك ) | Ditinggalkan | Hadis ditolak |
Kazzab (كذاب ) | Pendusta | Hadis palsu (mawḍūʻ) |
Para ulama menetapkan syarat yang ketat agar seseorang dapat diterima sebagai rāwī yang sah. Berikut 5 syarat utama:
No. | Tingkatan | Penjelasan |
---|---|---|
1 | Ṣaḥābah | Sahabat Nabi ﷺ yang mendengar langsung dari beliau |
2 | Tābiʻīn | Generasi setelah sahabat yang bertemu dengan sahabat |
3 | Tābiʻut-Tābiʻīn | Generasi setelah tabiʻīn |
4 | Perawi setelahnya | Ulama hadis seperti Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hanbal, dll |
Penjelasan Singkat Tiap Lapisan:
NABI MUHAMMAD ﷺ
⬇
Sahabat Nabi (الصحابة )
Contoh: Abu Hurairah, Aisyah, Anas bin Malik
⬇
Tabi'in (التابعون )
Contoh: Sa'id bin al-Musayyib, Alqamah bin Qais
⬇
Tabi'ut-Tabi'in (أتباع التابعين )
Contoh: Al-Zuhri, Imam Nafi', Yahya bin Sa'id
⬇
Ulama Hadis Generasi Awal
Contoh:
- Imam Malik (Al-Muwatta')
- Sufyan al-Thawri
⬇
Ulama Hadis Besar
Contoh:
- Imam al-Bukhari (Sahih al-Bukhari)
- Imam Muslim (Sahih Muslim)
- Imam Abu Dawud
- Imam Tirmidzi
- Imam Ahmad bin Hanbal (Musnad Ahmad)
Jika kita mengetahui seorang perawi hadits, maka kita akan mengetahui derajat perawian hadits yang bersangkutan sehingga kita dapat mengetahui derajat hadits tersebut Shahih, Hasan, atau Ḍaʻīf.