Bersuci➡️ Istinja'
1.
Pengertian Istinja.

Istinja' adalah membersihkan najis dari kubul atau dubur 1) setelah selesai buang hajat. Hukumnya wajib bagi orang yang sudah baligh dan berakal. Juga merupakan syarat sahnya berwudhu setelah seseorang selesai buang hajat.1)

2.
Istinja' Hukumnya Wajib.

Istinja' Hukumnya Wajib.
Istinjak wajib dilakukan oleh setiap orang yang sudah baligh dan berakal (mukallaf), bagi yang tidak melakukan istinjak setelah buang hajat (air besar atau air kecil) akan mendapatkan azab sebagaimana diterangkan dalam hadis-hadis sebagai berikut :
1. Shahih Bukhari - Bab : Wudlu - Hadis No. : 211.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَازِمٍ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَحَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ مُجَاهِدًا مِثْلَهُ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, Muhammad bin Hazm berkata, telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Mujahid dari Thawus dari Ibnu 'Abbas berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya suka mengadu domba. Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini? beliau menjawab: Semoga siksa keduanya diringankan selama batang pohon ini basah. Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' berkata, telah menceritakan kepada kami Al A'masy ia berkata, Aku mendengar Mujahid menyebutkan seperti itu, Tidak bersuci setelah kencing.

2. Shahih Bukhari - Bab : Jenazah - Hadis No. : 1273.

حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا بِنِصْفَيْنِ ثُمَّ غَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا فَقَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Mujahid dari Thawus dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata, dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bahwasanya Beliau berjalan melewati dua kuburan yang penghuninya sedang disiksa, lalu Beliau bersabda: Keduanya sungguh sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan karena berbuat dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing sedang yang satunya lagi karena selalu mengadu domba Kemudian Beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah daunnya lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Mereka bertanya: Kenapa anda melakukan ini?. Nabi Shallallahu'alaihiwasallam menjawab: Semoga diringankan (siksanya) selama batang pohon ini basah.

3. Shahih Bukhari - Bab : Adab - Hadis No. : 5592.

حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ قَالَ سَمِعْتُ مُجَاهِدًا يُحَدِّثُ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا هَذَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَأَمَّا هَذَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا بِعَسِيبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ فَغَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا ثُمَّ قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al A'masy dia berkata; saya mendengar Mujahid bercerita dari Thawus dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan lalu beliau bersabda: Kedua penghuni kubur ini tengah disiksa dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu ini, tidak bersuci dari kencingnya, sedangkan yang ini disiksa karena selalu mengadu domba. Kemudian beliau meminta sepotong pelepah kurma yang masih basah. Beliau membelahnya menjadi dua dan menancapkannya pada dua kuburan tersebut. Beliau kemudian bersabda: 'Semoga ini bisa meringankan keduanya selagi belum kering.'

4. Shahih Muslim - Bab : Thaharah - Hadis No. : 439.

حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ وَأَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ مُجَاهِدًا يُحَدِّثُ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ قَالَ فَدَعَا بِعَسِيبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ ثُمَّ غَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا ثُمَّ قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا حَدَّثَنِيهِ أَحْمَدُ بْنُ يُوسُفَ الْأَزْدِيُّ حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ وَكَانَ الْآخَرُ لَا يَسْتَنْزِهُ عَنْ الْبَوْلِ أَوْ مِنْ الْبَوْلِ

Dan telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id al-Asyaj dan Abu Kuraib Muhammad bin al-Ala' serta Ishaq bin Ibrahim, Ishaq berkata, telah mengabarkan kepada kami, sedangkan dua orang lainnya berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami al-A'masy dia berkata, saya mendengar Mujahid menceritakan dari Thawus dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati dua kuburan, beliau lalu bersabda: Ketahuilah, sesungguhnya dua mayat ini sedang disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena melakukan dosa besar. Salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang lainnya disiksa karena tidak memasang satir saat kencing. Kemudian beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama dan yang satu lagi pada kubur yang kedua sambil bersabda: Semoga pelepah ini bisa meringankan siksa keduanya, selama ia belum kering. Telah menceritakan kepadaku tentangnya Ahmad bin Yusuf al-Azdi telah menceritakan kepada kami Mu'alla bin Asad telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid dari Sulaiman al-A'masy dengan sanad ini, hanya saja dia menyebutkan, Sedangkan yang lain tidak berhati-hati (membersihkan) saat kencing.

5. Musnad Imam Ahmad - Bab : Dari Musnad Bani Hasyim - Hadis No. : 1877.

حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ وَكِيعٌ سَمِعْتُ مُجَاهِدًا يُحَدِّثُ عَنْ طَاوُسٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَنْزِهُ مِنْ الْبَوْلِ قَالَ وَكِيعٌ مِنْ بَوْلِهِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً فَشَقَّهَا بِنِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُمَا أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا قَالَ وَكِيعٌ تَيْبَسَا حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قَبْرِهِمَا فَذَكَرَهُ وَقَالَ حَتَّى يَيْبَسَا أَوْ مَا لَمْ يَيْبَسَا

Telah menceritakan kepada kami Abu Mu awiyah dan Waki secara makna berkata; telah menceritakan kepada kami Al A masy dari Mujahid, Waki berkata; saya mendengar Mujahid menceritakan dari Thawus dari Ibnu Abbas berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam melewati dua buah kuburan, kemudian bersabda: Sesungguhnya mereka berdua sedang diadzab, dan mereka diadzab bukan karena dosa yang besar. Salah satunya diadzab karena tidak menjaga diri dari air kencing. - Waki berkata; dari kencingnya.- Sedang yang lainnya karena suka menyebarkan perkataan buruk untuk merusak kondisi manusia di manapun ia berada. Kemudian beliau mengambil pelepah kurma dan membelahnya menjadi dua bagian, lalu menancapkan setiap belahan tersebut masing-masing kuburan. Maka para sahabat bertanya; Wahai Rasulullah, kenapa anda melakukan hal ini? Beliau menjawab: Semoga saja bisa meringankan siksa mereka berdua selama kedua pelepah tersebut belum kering. -sedang menurut Waki berkata; keduanya (pelepah) belum kering.- Telah menceritakan kepada kami Husain telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Mansur dari Mujahid dari Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati salah satu pekuburan dari pekuburan yang ada di Madinah, kemudian beliau mendengar suara dua orang yang sedang diadzab di kuburan mereka. Lalu menyebutkan hadits tersebut dengan tambahan; Hingga kedua pelepah mengering atau selama keduanya belum mengering.

6. Musnad Imam Ahmad - Bab : Musnad Penduduk Bashrah - Hadis No. : 19479.

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ بْنُ شَيْبَانَ حَدَّثَنَا بَحْرُ بْنُ مَرَّارٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا أُمَاشِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذِي بِيَدِي وَرَجُلٌ عَنْ يَسَارِهِ فَإِذَا نَحْنُ بِقَبْرَيْنِ أَمَامَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ وَبَلَى فَأَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِجَرِيدَةٍ فَاسْتَبَقْنَا فَسَبَقْتُهُ فَأَتَيْتُهُ بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا نِصْفَيْنِ فَأَلْقَى عَلَى ذَا الْقَبْرِ قِطْعَةً وَعَلَى ذَا الْقَبْرِ قِطْعَةً وَقَالَ إِنَّهُ يُهَوَّنُ عَلَيْهِمَا مَا كَانَتَا رَطْبَتَيْنِ وَمَا يُعَذَّبَانِ إِلَّا فِي الْبَوْلِ وَالْغِيبَةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id bekas budak Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin Syaiban, telah menceritakan kepada kami Bahr bin Marrar dari Abdurrahman bin Abu Bakrah berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Bakrah dia berkata; Ketika aku berjalan mengiringi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau memegang tanganku, sementara ada seorang laki-laki berada di samping kanan beliau, kami pun tiba di depan dua makam. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lantas bersabda: Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan tidaklah mereka diadzab karena perkara besar, Siapakah di antara kalian yang mau mengambilkanku pelepah kurma? Kami saling berlomba untuk mengambil pelepah kurma, aku pun berhasil mendahuluinya. Kubawakan beliau pelepah kurma. Beliau kemudian membelahnya menjadi dua dan meletakkan ke kubur itu sebilah dan satunya lagi sebilah. Beliau kemudian bersabda: Mereka akan mendapatkan keringanan selama kedua pelepah ini masih basah. Tidaklah mereka diadzab melainkan dalam perkara kencing dan ghibah.

7. Sunan An-Nasa´i - Bab : Jenazah - Hadis No. : 2042.

أَخْبَرَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ فِي حَدِيثِهِ عَنْ أَبِي مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَمَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَبْرِئُ مِنْ بَوْلِهِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ ثُمَّ غَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا فَقَالَ لَعَلَّهُمَا أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

Telah mengabarkan kepada kami Hannad bin As Sari dalam haditsnya dari Abu Mu awiyah dari Al A masy dari Mujahid dari Thawus dari Ibnu Abbas dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda: Sungguh keduanya sedang disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Adapun salah seorang di antara keduanya tidak membersihkan diri dari air kencingnya dan yang lainnya selalu melakukan adu domba. Kemudian beliau mengambil pelepah (kurma) yang masih basah, lalu membelahnya menjadi dua, kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan satu belahan pelepah. Maka mereka bertanya, Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, mengapa engkau melakukan hal ini? beliau menjawab: Barangkali dua pelepah ini bisa meringankan mereka berdua selama belum kering.

8. Sunan Ibnu Majjah - Bab : Thaharah dan sunah-sunahnya - Hadis No. : 341.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ جَدِيدَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَنْزِهُ مِنْ بَوْلِهِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Mu awiyah dan Waki dari Al A masy dari Mujahid dari Thawus dari Ibnu Abbas ia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati dua kuburan yang masih baru, lalu beliau bersabda: Keduanya sedang disiksa, dan mereka disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci ketika kencing dan yang lain disiksa karena suka mengadu-domba.

9. Sunan Ibnu Majjah - Bab : Thaharah dan sunah-sunahnya - Hadis No. : 343.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ بْنُ شَيْبَانَ حَدَّثَنِي بَحْرُ بْنُ مَرَّارٍ عَنْ جَدِّهِ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَيُعَذَّبُ فِي الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَيُعَذَّبُ فِي الْغَيْبَةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Waki berkata, telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin Syaiban berkata, telah menceritakan kepadaku Bahr bin Mirar dari kakeknya Abu Bakrah berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda: Keduanya sedang disiksa, dan mereka disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak menjaga kebersihan ketika kencing dan yang lain disiksa karena berbuat ghibah.

3.
Ketentuan Istinja

a.
Menggunakan Air.

Shahih Muslim - Bab : Thaharah - Hadis No. : 384.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ زَكَرِيَّاءَ بْنِ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ شَيْبَةَ عَنْ طَلْقِ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ مِنْ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الْأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ قَالَ زَكَرِيَّاءُ قَالَ مُصْعَبٌ وَنَسِيتُ الْعَاشِرَةَ إِلَّا أَنْ تَكُونَ الْمَضْمَضَةَ زَادَ قُتَيْبَةُ قَالَ وَكِيعٌ انْتِقَاصُ الْمَاءِ يَعْنِي الِاسْتِنْجَاءَ و حَدَّثَنَاه أَبُو كُرَيْبٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ شَيْبَةَ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ أَبُوهُ وَنَسِيتُ الْعَاشِرَةَ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Abu Bakar bin Abu Syaibah serta Zuhair bin Harb mereka berkata, Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Zakariya bin Abu Zaidah dari Mush'ab bin syaibah dari Thalq bin habib dari Abdullah bin az-zubair dari Aisyah dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Ada sepuluh perkara dari fitrah; mencukur kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak, beristinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung), memotong kuku, bersuci dengan air, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan beristinja' dengan air . Zakariya berkata, Mush'ab berkata, Dan aku lupa yang kesepuluh, kecuali ia adalah berkumur-kumur. Qutaibah menambahkan, Waki' berkata, 'Bersuci dengan air maksudnya beristinja'. Dan telah menceritakannya kepada kami Abu Kuraib telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Zaidah dari bapaknya dari Mush'ab bin Syaibah dengan sanad ini, seperti hadits tersebut, hanya saja dia menyebutkan, Bapaknya berkata, 'Dan saya lupa yang kesepuluh.'

2.
Menggunakan Batu.

Jika istinjak menggunakan batu maka harus menggunakan paling sedikit 3 buah batu dan jika menggunakan lebih dari 3 buah batu maka jumlahnya harus ganjil yaitu 5 buah atau 7 buah dan seterusnya.
Shahih Bukhari - Bab : Wudlu - Hadis No. : 151

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَكِّيُّ قَالَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدِ بْنِ عَمْرٍو الْمَكِّيُّ عَنْ جَدِّهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ اتَّبَعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخَرَجَ لِحَاجَتِهِ فَكَانَ لَا يَلْتَفِتُ فَدَنَوْتُ مِنْهُ فَقَالَ ابْغِنِي أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا أَوْ نَحْوَهُ وَلَا تَأْتِنِي بِعَظْمٍ وَلَا رَوْثٍ فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ بِطَرَفِ ثِيَابِي فَوَضَعْتُهَا إِلَى جَنْبِهِ وَأَعْرَضْتُ عَنْهُ فَلَمَّا قَضَى أَتْبَعَهُ بِهِنَّ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad Al Makki berkata, telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Yahya bin Sa'id bin 'Amru Al Makki dari Kakeknya dari Abu Hurairah ia berkata, Aku mengikuti Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau keluar untuk buang hajat, dan beliau tidak menoleh (ke kanan atau ke kiri) hingga aku pun mendekatinya. Lalu Beliau bersabda: Carikan untukku batu untuk aku gunakan beristinja' dan jangan bawakan tulang atau kotoran hewan. Lalu aku datang kepada beliau dengan membawa kerikil di ujung kainku, batu tersebut aku letakkan di sisinya, lalu aku berpaling darinya. Setelah selesai beliau gunakan batu-batu tersebut.

Shahih Bukhari - Bab : Wudlu - Hadis No. : 156

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو إِدْرِيسَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ تَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْثِرْ وَمَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdan berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah berkata, telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu Idris bahwa dia mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: Barangsiapa berwudlu hendaklah mengeluarkan (air dari hidung), dan barangsiapa beristinja' dengan batu hendaklah dengan bilangan ganjil.

Shahih Muslim - Bab : Thaharah - Hadis No. : 385

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ ح و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قِيلَ لَهُ قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ قَالَ فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dan Waki' dari al-A'masy. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya sedangkan lafazh tersebut miliknya. Telah mengabarkan kepada kami Abu Muawiyah dari al-A'masy dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid dari Salman dia berkata, Ditanyakan kepadanya, '(Apakah) Nabi kalian telah mengajarkan segala sesuatu hingga adab beristinja? ' 'Abdurrahman berkata, Salman menjawab, 'Ya. Sungguh dia telah melarang kami untuk menghadap kiblat saat buang air besar, buang air kecil, beristinja' dengan tangan kanan, beristinja' dengan batu kurang dari tiga buah, atau beristinja' dengan kotoran hewan atau tulang'.

Shahih Muslim - Bab : Thaharah - Hadis No. : 386

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ وَمَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قَالَ لَنَا الْمُشْرِكُونَ إِنِّي أَرَى صَاحِبَكُمْ يُعَلِّمُكُمْ حَتَّى يُعَلِّمَكُمْ الْخِرَاءَةَ فَقَالَ أَجَلْ إِنَّهُ نَهَانَا أَنْ يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِيَمِينِهِ أَوْ يَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ وَنَهَى عَنْ الرَّوْثِ وَالْعِظَامِ وَقَالَ لَا يَسْتَنْجِي أَحَدُكُمْ بِدُونِ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Sufyan dari al-A'masy dan Manshur dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid dari Salman dia berkata, Kaum musyrikin berkata kepada kami, 'Sungguh, aku melihat sahabat kalian (Rasulullah) mengajarkan kepada kalian hingga masalah adab beristinja', maka dia berkata, 'Ya. Beliau melarang kami dari beristinja' dengan tangan kanannya atau menghadap kiblat, dan beliau juga melarang dari beristinja' dengan kotoran hewan dan tulang.' Beliau bersabda: Janganlah salah seorang dari kalian beristinja' kurang dari tiga batu'.

Sunan Abu Daud - Bab : Thaharah - Hadis No. : 06

حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قِيلَ لَهُ لَقَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ قَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ وَأَنْ لَا نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ وَأَنْ لَا يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ عَظْمٍ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad telah menceritakan kepada kami Abu Mu awiyah dari al A masy dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid dari Salman dia berkata; dikatakan kepadanya; Sungguh Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu hingga urusan buang hajat? Salman menjawab; Benar beliau shallallahu alaihi wasallam telah melarang kami menghadap kiblat pada saat buang air besar atau buang air kecil agar kami tidak beristinja dengan tangan kanan agar salah seorang dari kami tidak beristinja dengan kurang dari tiga batu atau beristinja dengan kotoran binatang atau tulang.

Sunan Abu Daud - Bab : Thaharah - Hadis No. : 07

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ أُعَلِّمُكُمْ فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلَا يَسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ وَلَا يَسْتَدْبِرْهَا وَلَا يَسْتَطِبْ بِيَمِينِهِ وَكَانَ يَأْمُرُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ وَيَنْهَى عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad an Nufaili telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak dari Muhammad bin Ajlan dari al Qa qa bin Hakim dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya aku bagi kalian hanyalah seperti kedudukan orang tua aku ajarkan kepada kalian; apabila salah seorang dari kalian hendak buang air janganlah dia menghadap kiblat jangan pula membelakanginya dan jangan beristinja dengan tangan kanannya. Dan beliau juga menyuruh untuk beristinja dengan tiga batu serta melarang beristinja dengan kotoran binatang dan tulang basah.

Sunan Abu Daud - Bab : Thaharah - Hadis No. : 36

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ قُرْطٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْغَائِطِ فَلْيَذْهَبْ مَعَهُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ يَسْتَطِيبُ بِهِنَّ فَإِنَّهَا تُجْزِئُ عَنْهُ

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dan Qutaibah bin Sa'id mereka berdua berkata; Telah menceritakan kepada kami Ya qub bin Abdurrahman dari Abu Hazim dari Muslim bin Qurth dari Urwah dari Aisyah bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian pergi untuk buang air besar maka hendaklah dia membawa tiga batu untuk beristinja sesungguhnya itu mencukupinya.

2.
Menggunakan Batu Dan Air.

Diperbolehkan beristinjaak dengan menggunakan batu kemudian dilanjutkan dengan menggunakan air.
Batu untuk menghilangkan fisik kotorannya sedangkan air untuk membersihkan kotoran yang tersisa.

2.
Adab Buang Hajat.

Dikutip dari buku Fiqih Ibadah karya Syaikh Hasan Ayyub,2) adab-adab buang air adalah sebagai berikut :

1.
Jika seseorang hendak buang air kecil atau air besar, sebaiknya ia memilih tempat yang mudah dan lembut, supaya ia tidak terkena percikan air kencingnya. Dan sebaiknya ia tidak menghadap ke arah berhembusnya angin, supaya ia juga tidak terkena percikannya. Disebutkan dalam sebuah hadits shahih, " Bersihkanlah dan air kencing, karena kebanyakan siksa kubur itu akibat daripadanya.

2.
Sebaiknya menjauhi tempat-tempat yang dibutuhkan oleh orang banyak. Contohnya seperti jalan, naungan, tempat penampungan air tempat-tempat yang biasa dipergunakan untuk beristirahat oleh para musafir, dan lain sebagainya. Dalil-dalilyang menunjukkan hal ini sudah dikemukakan sebelumnya.

3.
Jangan buang air kecil di air yang tenang, atau di tempat yang dijadikan sebagai pemandian, atau di air yang mengalir tetapi sedikit. Dalil-dalil yang menunjukkan atas halini juga sudah dikemukakan sebelumnya.

4.
Jangan buang air pada lubang tanah, karena Nabi Shalallahu Alaihi wa sallam melarang hal itu seperti yang diungkapkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya, karena benda itu adalah rumah hantu, serangga, dan jin, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah atsar dari Qatadah.

5.
sebaiknya buang air kecil dengan posisi duduk. Tetapi kalau dalam posisi berdiri juga boleh, karena Nabi shollallahu Alaihi wa sallam pernah buang airkecil dalam posisi berdiri. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Umar, Ali, Zai bin Gabit, Ibnu Umar, dan Suhail bin Sa'ad juga pernah buang air kecil dalam posisi berdiri. Hadits yang melarang buang air kecil dalam posisi berdiri adalah hadits dha'if.

6.
Jangan buang air kecil atau air besar dalam posisi menghadap atau membelakangi kiblat, kecuali jika menggunakan sekat berupa binatang, atau pohon, atau dinding, dan lain sebagainya. Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam tujuh, 'Janganlah kalian menghadap atnu membelakangi kiblat saat buang air besar atau buang air kecil'.Terdapat beberapa hadits yang menerangkan bahwa hal itu hukumnya boleh jika memang ada sekat. Barangsiapa menyalahi berarti ia telah melakukan sesuatu yang makruh.

7.
Saat buang air kecil jangan memegangi alat kemaluan dengan tangan kanan kecuali karena ada uzur. Dan juga jangan membersihkan dari najis dengan tangan kanannya, karena hal itu hukumnya makruh.

8.
Ketika akan masuk jamban atau w.c. atau ketika hendak membuka pakaian, sebaiknya membaca Bis millah Allahumma Inni Audzu Bika min Al-Khubutsi wa Al-Khaba'its (Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan)." (HR.Jamaah)

9.
Harus yakin benar-benar telah bersih dari air kencing, Jika memang perlu berdiri Etau berjalan sebentar atau menunggu di dalam atau di luar jamban sampai keluar tetes air kencing yang terakhir, hal itu harus ia lakukan. Kemudian ia baru bersuci dengan air atau dengan batu atau dengan benda-benda lain yang bisa membersihkan dan mensucikan. Hal ini berrdasarkan hadis, "Bersihkanlah dari air kencing karena kebanyakan adzab kubur itu akibat dannyo. " (HR. Ad-Daruquthni). Jika ia tidak mau melakukan, lalu metetes air kencing yang terakhir pada saat wudhu atau sesudahnya, maka wudhunya batal. Ini berlaku bagi orang yang yakin seperti yang dikemukakan tadi. Adapun was-was yang dialami oleh seseorang yang sedang buang air kecil maupun buang air besar, sehingga membuatnya lama-lama duduk tanpa ada alasan, dan menggunakan air yang banyak, maka itu tanda ia sedang dikuasai oleh setan yang mempermainkannya seenaknya sendiri.

10.
Ketika sedang buang air kecil atau buang air besar sebaiknya tidak sambil berbicara sekalipun menjawab salam, kecuali karena darurat, sebab Nabi shallallahu Alaihi wa sallam saat sedang buang air kecil bersabda kepada orang yang mengucapkan salam kepada beliau, "Kalau kamu lihat aku sedang seperti ini, jangan mengucapkan salam kepadaku. Karena jika kamu lakukan itu lagi, aku tidak akan menjawab salammu." (HR. Ibnu Majah dan dianggap shahih oleh Al-Albani). Hal itu menunjukkan bahwa ucapan salam kepada orang lain yang sedang buang air itu tidak wajib dijawab. Dan berdzikir kepada Allah itu hukumnya makruh bagi orang yang sedang buang air, apalagi cuma omongan biasa.

11.

Makruh hukumnya membawa sesuafu yang mengandung dzikir kepada Allah, kecuali kalau dikhawatirkan hal itu akan terlantar. soalnya Nabi shallallahu Alaihi wa sallam setiap kali hendak buang air, beliau melepaskan cincinnya, seperti yang diriwayatkan oleh imam empat. Tetapi riwayat ini dianggap dha'if oleh sebagian besar ulama. Hanya beberapa ulama saja yang menganggap hasan riwayat tersebut; seperti Asy-Syaukani dan lain sebagainya.

12.
Bagi orang yang buang air dianjurkan membaca doa Ghufranaka,Ya Allah (Aku mohon ampunan-Mu, ya Allah). Tetapi inilah satu-satunya riwayat shahih yang diriwayatkan oleh imam lima. Sedangkan selain riwayat ini, semuanya ada yang mengundang komentar, dan ada yang dha'if. Tidak apa-apa hukumnya jika ia berdoa, "Alhamdu lillah Al-Ladzi Adzhaba Anni Al-Adza wa Afani (Segala puji milik Allah Tuhan yang menghilangkan penyakit dariku dan yang menyelamatkan aku)." (HR. Ibnu Majah). Ada sebagian ulama yang menganggap ini hadits hasan.

13.
Bagi orang yang baru keluar dari jamban setelah cebok, dianjurkan untuk membersihkan tangannya dengan alat pembersih apa saja seperti sabun dan lain sebagainya. Jika tidak menemukannya, ia cukup menggosokkannya ke tanah. Disebutkan dalam sebuah hadits hasan sesungguhnya Nabi jika selesai cebok beliau mengusapkan tangannya ke tanah. Tujuannya adalah untuk menghilangkan noda kotoran yang berbau tidak sedap yang masih menempel di tangan.

14.
Cebok dengan menggunakan batu dan benda-benda sejenisnya itu hukumnya boleh. Sebaiknya jumlahnya gasal (ganjil). Tetapi lebih baik menggunakan air. Dan lebih baik lagi menggunakan batu dan air bagi orang yang sanggup.

15.
Menurut sebagian ulama, bagi orang yang setelah cebok dianjurkan untuk menyiram kemaluannya dan celananya dengan air. Soalnya ada riwayat shahih yang menyatakan bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah melakukan hal itu. Konon tujuannya adalah untuk menghilangkan was-was.

16.
Membuka aurat sehingga terlihat oleh orang lain itu hukumnya haram. Oleh karena itu bagi orang yang buang air besar dijamban atau w.c. ditekankan untuk menjauh dari orang banyak dan tidak membuka auratnya.

1 Abdullah Haidir, Fiqih Thaharah, hal. 34.

2 Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, hal. 51-55.