Shalat➡️ Rukun
Rukun-Rukun Shalat

Secara bahasa النية berasal dari kata نَوَى – يَنْوِي – نِيَّةً, yang berarti “kehendak” atau “tujuan”. Secara istilah (syar’i) Niat adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata niat hukumnya fardhu, dan tanpa niat shalat menjadi tidak sah. )
1 Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid mengatakan bahwa para ulama sepakat bahwa niat merupakan syarat sah shalat, karena shalat merupakan pokok ibadah yang dijelaskan dalam syara' yang bukan karena kemaslahatan secara akal (atau tidak memiliki kemaslahatan yang terlihat nyata).) 2

Asy-Syafi'i berkata: Niat tidak bisa digantikan dengan takbir, clan niat tidak sah kecuali dilakukan bersamaan dengan takbir; tidak boleh mendahului takbir clan tidak boleh sesudah takbir. )
3

Ibnu Qadamah dalam Al-Mughni mengatakan bahwa Makna niat adalah menyengaja, sedangkan tempatnya adalah hati. Jika niat ini diucapkan, maka ucapan tersebut berfungsi sebagai penguat. Apabila shalat yang dilakukan adalah shalat wajib, maka niat untuk shalat yang wajib itu harus jelas; Zhuhur, Ashar, atau lainnya.
Dengan demikian seseorang dalam kaitannya dengan shalat wajib membutuhkan niat untuk dua hal, yaitu melakukan dan menentukan.
Mengenai niat fardhu, para ulama madzhab Hambali berbeda pandangan. Sebagian mengatakan bahwa seseorang dalam shalat tidak membutuhkan niat fardhu karena niat penentuan (Ta'yiin) sudah mencukupi. Shalat Zhuhur, misalnya, sudah tentu adalah shalat yang diwajibkan. )
4

Apakah Niat Harus Diucpakan Dengan Lisan ?.

Imam An-Nawawi mengatakan bahwa Shalat adalah ibadah mahdhah, karena itu shalat tidak sah tanpa niat, sama seperti puasa. Tempat niat adalah hati, maka bila seseorang berniat di hati dan tidak diucapkan secara lisan, niatnya tetap sah. )
5

Pada catatan kakinya, Ibnu Qadamah memberikan catatan sebagai berikut :
Ibnu Qayyim Jauziyyah mengatakan, "Rasulullah SAW apabila berdiri melakukan shalat, maka beliau membaca, "Allaahu Akbar." Sebelum bacaan ini beliau tidak membaca apa-apa. Beliau juga sama sekali tidak melafazhkan niat, tidak mengucapkan, "Aku shalat Zhuhur karena Allah dengan menghadap kiblat dan dengan empat rakaat sebagai makmum atau imam," atau mengucapkan Ada' atau Qadha' atau fardhu waktu. Semua ini adalah bid'ah yang tidak diriwayatkan dari Rasulullah SAW dengan sanad yang Shahih atau dha'if sekalipun, dalam bentuk musnad ataupun mursal, bahkan satu kata pun tidak pemah diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Pelafazhan niat bahkan juga tidak diriwayatkan dari satu pun sahabat Rasulullah SAW, tabi'in dan empat imam madzhab." Zaad Al-Ma'aad, 1/20l. )
6

Berdiri pada șalat fardhu bagi yang sanggup. Tidak wajib berdiri bagi orang yang lemah dan pada șalat sunat.

Dalil Hadits.

1.
Shahih Bukhari - Bab : Jumat - Hadis No. : 1050

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِي الْحُسَيْنُ الْمُكْتِبُ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdan dari 'Abdullah dari Ibrahim bin Thohman berkata, telah menceritakan kepada saya Al Husain Al Muktib dari Abu Buraidah dari 'Imrah bin Hushain radliallahu 'anhu berkata: Suatu kali aku menderita sakit wasir lalu aku tanyakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang cara shalat. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan.

2.
Sunan Abu Daud - Bab : Shalat - Hadis No. : 815

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْأَنْبَارِيُّ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ كَانَ بِي النَّاصُورُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman Al Anbari telah menceritakan kepada kami Waki dari Ibrahim bin Thahman dari Husain Al Mu allim dari Ibnu Buraidah dari Imran bin Hushain dia berkata; Aku menderita penyakit wasir lalu aku tanyakan hal itu kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam maka beliau bersabda: Shalatlah dengan berdiri dan apabila kamu tidak mampu maka dengan duduk jika tidak mampu maka dengan berbaring.

3.
Sunan Tirmidzi - Bab : Shalat - Hadis No. : 339

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَهُوَ قَاعِدٌ فَقَالَ مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِدِ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَأَنَسٍ وَالسَّائِبِ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ إِلَّا أَنَّهُ يَقُولُ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الْمَرِيضِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ حَدَّثَنَا بِذَلِكَ هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَلَا نَعْلَمُ أَحَدًا رَوَى عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ نَحْوَ رِوَايَةِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ وَقَدْ رَوَى أَبُو أُسَامَةَ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ نَحْوَ رِوَايَةِ عِيسَى بْنِ يُونُسَ وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي صَلَاةِ التَّطَوُّعِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ أَشْعَثَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ إِنْ شَاءَ الرَّجُلُ صَلَّى صَلَاةَ التَّطَوُّعِ قَائِمًا وَجَالِسًا وَمُضْطَجِعًا وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي صَلَاةِ الْمَرِيضِ إِذَا لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّيَ جَالِسًا فَقَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ يُصَلِّي عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْمَنِ و قَالَ بَعْضُهُمْ يُصَلِّي مُسْتَلْقِيًا عَلَى قَفَاهُ وَرِجْلَاهُ إِلَى الْقِبْلَةِ قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ فِي هَذَا الْحَدِيثِ مَنْ صَلَّى جَالِسًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ قَالَ هَذَا لِلصَّحِيحِ وَلِمَنْ لَيْسَ لَهُ عُذْرٌ يَعْنِي فِي النَّوَافِلِ فَأَمَّا مَنْ كَانَ لَهُ عُذْرٌ مِنْ مَرَضٍ أَوْ غَيْرِهِ فَصَلَّى جَالِسًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَقَدْ رُوِيَ فِي بَعْضِ هَذَا الْحَدِيثِ مِثْلُ قَوْلِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ

telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr berkata; telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus berkata; telah menceritakan kepada kami Husain bin Al Muallim dari Abdullah bin Buraidah dari Imran bin Hushain ia berkata; Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang shalat seorang laki-laki yang dilakukan sambil duduk, maka beliau menjawab: Barangsiapa shalat dengan berdiri maka lebih utama, barangsiapa shalat dengan duduk maka pahalanya adalah setengah dari shalatnya orang dengan berdiri, dan barangsiapa shalat dengan berbaring maka pahalanya adalah setengah dari shalatnya orang dengan duduk. Ia berkata; Dalam bab ini juga ada riwayat dari Abdullah bin Amru, Anas bin As Sa`ib dan Ibnu Umar. Abu Isa berkata; Hadits Imran bin Hushain derajatnya hasan shahih. Hadits ini juga telah diriwayatkan dari Ibrahim bin Thahman dengan sanad ini, hanya saja ia mengatakan; dari Imran bin Hushain. Ia berkata; Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang shalat orang yang sakit, beliau lalu menjawab: Shalatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring. Seperti itulah Hannad meriwayatkan kepada kami, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Waki dari Ibrahim bin Thahman dari Husain Al Mu allim. Abu Isa berkata; Kami tidak mengetahui seorang pun yang meriwayatkan dari Husain Al Amu allim seperti riwayat Ibrahim bin Thahman. Abu Usamah dan banyak orang meriwayatkan dari Husain Al Mu allim seperti riwayat Isa bin Yunus. Dan menurut ahli ilmu makna hadits ini berlaku dalam shalat sunnah. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Adi dari Asy ats bin Abdul Malik dari Al Hasan ia berkata; Jika seseorang berkehendak, ia bisa shalat sunah dengan berdiri, duduk dan berbaring. Para ulama berbeda pendapat dengan shalatnya orang sakit dan tidak bisa shalat dengan duduk. Sebagian ahli ilmu berkata; Hendaknya ia shalat dengan berbaring di atas lambung kanan. Sedangkan sebagian ulama yang lain berkata; Hendaknya ia shalat terlentang dengan menghadapkan kakinya ke arah kiblat. Sufyan Ats Tsauri berkata tentang hadits ini, Barangsiapa shalat dengan duduk maka ia mendapatkan setengah pahala orang yang shalat dengan berdiri. Ia berkata; Ini berlaku bagi orang yang sehat dan orang yang tidak mempunyai udzur (yakni dalam shalat sunnah). Adapun orang yang berhalangan karena sakit atau yang lainnya lalu ia shalat dengan duduk maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berdiri. Dan sebagian hadits ini telah diriwayatkan pula seperti perkataan Sufyan Ats Tsauri.

4.
Musnad Imam Ahmad - Bab : Musnad Penduduk Bashrah - Hadis No. : 18978

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ كَانَ بِي النَّاصُورُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Telah menceritakan kepada kami Waki telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Husain al Mu allim dari Ibnu Buraidah dari Imran bin Hushain radliallahu anhu berkata; Aku terserang penyakit bawasir, maka aku bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang tata cara shalat dalam keadaan sepeti itu. Lalu beliau mensabdakan: Shalatlah dengan berdiri, kalau kamu tidak bisa maka dengan duduk dan kalau kamu tidak bisa maka dengan tiduran(berbaring).

5.
Sunan Ibnu Majjah - Bab : Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya - Hadis No. : 1213

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ كَانَ بِيَ النَّاصُورُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Waki dari Ibrahim bin Thahman dari Husain Al Mu allim dari Ibnu Buraidah dari Imran bin Hushain berkata, Aku mengalami sakit wasir, maka aku bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang pelaksanaan shalat, beliau bersabda: Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu hendaklah dengan duduk, jika tidak mampu hendaklah dengan berbaring.

Takbiratul Ihram adalah ucapan "Allāhu Akbar" (اللهُ أَكْبَرُ ) yang diucapkan saat memulai shalat, tepat setelah berdiri tegak menghadap kiblat dan niat.
Secara bahasa Takbir berarti mengagungkan Allah (mengucapkan "Allāhu Akbar") dan Ihram berarti mengharamkan, yakni mengharamkan perbuatan di luar shalat (seperti makan, bicara, banyak bergerak yang tidak perlu), Maka Takbiratul Ihram adalah takbir yang mengawali masuknya seseorang ke dalam ibadah shalat, dan mengharamkan hal-hal yang sebelumnya halal.

Hadits Tentang Takbiratul Ihram.

1.
Shahih Bukhari - Bab : Adzan - Hadis No. : 747

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ ثُمَّ يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ عَنْ اللَّيْثِ وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَسْجُدُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ثُمَّ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي الصَّلَاةِ كُلِّهَا حَتَّى يَقْضِيَهَا وَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ مِنْ الثِّنْتَيْنِ بَعْدَ الْجُلُوسِ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu Bakar bin 'Abdurrahman bahwa dia mendengar Abu Hurairah berkata, Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau takbir saat memulai berdiri (takbiratul Ikram), kemudian ketika akan rukuk sambil membaca: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya) ' ketika mengangkat punggungnya dari rukuk, dalam saat posisi berdiri baliau membaca: RABBANAA LAKAL HAMDU (Ya Rabb kami, milik-Mu lah segala pujian) '. 'Abdullah bin Shalih dari Al Laits menyebutkan, 'WA LAKAL HAMDU', kemudian bertakbir ketika turun (sujud), kemudian bertakbir ketika mengangkat kepala (dari sujud), lalu bertakbir ketika sujud dan ketika mengangkat kepalanya (dari sujud), kemudian Beliau melakukan seperti itu dalam shalat seluruhnya hingga selesai. Dan beliau juga bertakbir ketika bangkit dari dua rakaat setelah duduk (tasyahud awal).

2.
Sunan Tirmidzi - Bab : Shalat - Hadis No. : 237

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ وَزَادَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ فِي حَدِيثِهِ وَكَانَ لَا يَرْفَعُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَ حَدِيثِ ابْنِ أَبِي عُمَرَ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عُمَرَ وَعَلِيٍّ وَوَائِلِ بْنِ حُجْرٍ وَمَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ وَأَنَسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي حُمَيْدٍ وَأَبِي أُسَيْدٍ وَسَهْلِ بْنِ سَعْدٍ وَمُحَمَّدِ بْنِ مَسْلَمَةَ وَأَبِي قَتَادَةَ وَأَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ وَجَابِرٍ وَعُمَيْرٍ اللَّيْثِيِّ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَبِهَذَا يَقُولُ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ ابْنُ عُمَرَ وَجَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَأَبُو هُرَيْرَةَ وَأَنَسٌ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ وَغَيْرُهُمْ وَمِنْ التَّابِعِينَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَعَطَاءٌ وَطَاوُسٌ وَمُجَاهِدٌ وَنَافِعٌ وَسَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَسَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ وَغَيْرُهُمْ وَبِهِ يَقُولُ مَالِكٌ وَمَعْمَرٌ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَابْنُ عُيَيْنَةَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ و قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ قَدْ ثَبَتَ حَدِيثُ مَنْ يَرْفَعُ يَدَيْهِ وَذَكَرَ حَدِيثَ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ وَلَمْ يَثْبُتْ حَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَرْفَعْ يَدَيْهِ إِلَّا فِي أَوَّلِ مَرَّةٍ حَدَّثَنَا بِذَلِكَ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الْآمُلِيُّ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ زَمْعَةَ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ قَالَ و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ كَانَ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ يَرَى رَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ و قَالَ يَحْيَى وَحَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ كَانَ مَعْمَرٌ يَرَى رَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ و سَمِعْت الْجَارُودَ بْنَ مُعَاذٍ يَقُولُ كَانَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ وَعُمَرُ بْنُ هَارُونَ وَالنَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ يَرْفَعُونَ أَيْدِيَهُمْ إِذَا افْتَتَحُوا الصَّلَاةَ وَإِذَا رَكَعُوا وَإِذَا رَفَعُوا رُءُوسَهُمْ

telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Ibnu Abu Umar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Salim dari Ayahnya ia berkata; Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika membuka shalat mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya. Beliau juga mengangkat tangan ketika rukuk dan mengangkat kepalanya dari rukuk. Ibnu Umar menambahkan dalam haditsnya, Beliau tidak mengangkat kedua tangannya antara dua sujud. Abu Isa berkata; Telah menceritakan kepada kami Al Fadll bin Ash Shabbah Al Baghdadi berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah berkata; telah menceritakan kepada kami Az Zuhri sebagimana hadits Ibnu Abu Umar dengan sanad ini. Ia berkata; Dalam bab ini juga ada riwayat dari Umar, Ali, Wa`il bin Juhr, Malik bin Al Huwairits, Anas, Abu Hurairah, Abu Humaid, Abu Usaid, Sahl bin Sa d, Muhammad bin Maslamah, Abu Qatadah, Abu Musa Al Asy ari, Jabir dan Umair Al Laitsi. Abu Isa berkata; Hadits Ibnu Umar ini derajatnya hasan shahih. Pendapat ini dipegang oleh para ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Seperti Ibnu Umar, Jabir bin Abdullah, Abu Hurairah, Anas, Ibnu Abbas dan Abdullah Ibnu Az Zubair. Juga oleh selain mereka dari kalangan tabi in seperti Al Hasan Al Bashri, Atha`, Thawus, Mujahid, Nafi , Salim bin Abdullah, Sa id bin Jubair dan selain mereka. Pendapat ini juga diambil oleh Malik, Mu tamar, Al Auza I, Ibnu Uyainah, Abdullah bin Al Mubarak, Syafi i, Ahmad dan Ishaq. Abdullah bin Al Mubarak berkata; Hadits tentang diangkatnya kedua tangan tetap (diakui). Lalu ia menyebutkan hadits Az Zuhri, dari Salim, dari ayahnya. Dan Ibnu Mas ud bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak mengangkat kepalanya kecuali di takbir pertama (takbiratul ihram) adalah tidak sah. Hal itu telah diceritakan kepada kami oleh Ahmad bin Abdah Al Amuli, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Wahb bin Zam ah, dari Sufyan bin Abdul Malik, dari Abdullah bin Al Mubarak. Ia berkata; Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Abu Uwais, ia berkata; Malik bin Anas berpandangan (diperintahkannya) mengangkat kedua tangan di dalam shalat. Yahya berkata; Abdurrazaq meriwayatkan kepada kami bahwa Ma mar berpendapat (diperintahkannya) mengangkat tangan shalat. Dan aku mendengar Al Jarud bin Mu adz berkata; Sufyan bin Uyainah, Umar bin Harun, An Nadlr bin Syumail, mereka mengangkat kedua tangannya ketika membuka shalat (takbiratul ihram), rukuk dan ketika mengangkat kepalanya.

3.
Sunan Ibnu Majjah - Bab : Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya - Hadis No. : 1051

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حُمَيْدٍ السَّاعِدِيَّ فِي عَشْرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِمْ أَبُو قَتَادَةَ فَقَالَ أَبُو حُمَيْدٍ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِمَ فَوَاللَّهِ مَا كُنْتَ بِأَكْثَرِنَا لَهُ تَبَعَةً وَلَا أَقْدَمَنَا لَهُ صُحْبَةً قَالَ بَلَى قَالُوا فَاعْرِضْ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ كَبَّرَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ وَيَقِرَّ كُلُّ عُضْوٍ مِنْهُ فِي مَوْضِعِهِ ثُمَّ يَقْرَأُ ثُمَّ يُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ يَرْكَعُ وَيَضَعُ رَاحَتَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ مُعْتَمِدًا لَا يَصُبُّ رَأْسَهُ وَلَا يُقْنِعُ مُعْتَدِلًا ثُمَّ يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ حَتَّى يَقِرَّ كُلُّ عَظْمٍ إِلَى مَوْضِعِهِ ثُمَّ يَهْوِي إِلَى الْأَرْضِ وَيُجَافِي بَيْنَ يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ وَيَثْنِي رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَيَقْعُدُ عَلَيْهَا وَيَفْتَخُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ إِذَا سَجَدَ ثُمَّ يَسْجُدُ ثُمَّ يُكَبِّرُ وَيَجْلِسُ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ مِنْهُ إِلَى مَوْضِعِهِ ثُمَّ يَقُومُ فَيَصْنَعُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ إِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ كَمَا صَنَعَ عِنْدَ افْتِتَاحِ الصَّلَاةِ ثُمَّ يُصَلِّي بَقِيَّةَ صَلَاتِهِ هَكَذَا حَتَّى إِذَا كَانَتْ السَّجْدَةُ الَّتِي يَنْقَضِي فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ إِحْدَى رِجْلَيْهِ وَجَلَسَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْسَرِ مُتَوَرِّكًا قَالُوا صَدَقْتَ هَكَذَا كَانَ يُصَلِّي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ashim berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja far berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Amru bin Atho' berkata; aku mendengar Abu Humaid As Sa'idi -ia adalah seorang dari sepuluh orang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang sedang berkumpul- di antara mereka juga ada Abu Qatadah, ia berkata, Aku adalah orang yang paling tahu tentang shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam daripada kalian semua, mereka bertanya, Bagaimana bisa! Demi Allah, tidaklah engkau lebih banyak mengikuti Rasulullah ketimbang kami, dan tidak lebih dahulu bertemu dengan beliau daripada kami? Abu Qatadah menjawab, Benar. Mereka berkata, Maka jelaskanlah (kepada kami), Abu Qatadah berkata, Jika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdiri shalat, beliau takbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundak dan setiap organ tubuh kembali ke tempatnya. Kemudian beliau meletakkan dua telapak tangannya dan bertumpu pada lutut, seimbang tidak mengangkat atau pun menurunkan kepalanya. Kemudian beliau mengucapkan; SAMI A ALLAHU LIMAN HAMIDAHU seraya mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundak dan setiap tulang kembali ke tempatnya. Setelah itu beliau turun ke bumi (sujud) dan menjauhkan kedua tangannya dari lambung, kemudian beliau mengangkat kepala dan membentangkan kaki kiri dan duduk di atasnya -beliau juga melenturkan jari-jari kakinya dan mengarahkan menghadap kiblat ketika sujud-, kemudian beliau sujud, kemudian takbir dan duduk di atas kaki kiri hingga setai tulang kembali ke asalnya. Setelah itu beliau bangun dan melakukan seperti itu pada raka at yang lain. kemudian jika berdiri dari raka at kedua, beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundak sebagaimana ketika beliau memulai shalat (Takbiratul Ikram). Kemudian beliau melakukan sisa shalatnya seperti itu, hingga ketika sampai pada sujud terakhir sebelum salam beliau mengakhirkan salah satu kakinya dan duduk tawarruk pada sisi kiri. Mereka berkata, Engkau benar, begitulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat.

Setelah Takbiratul Ikram Sebelum Membaca Al-fatihah Disunnahkan Membaca Do'a Iftitah.

Terdapat beberapa versi bacaan do'a iftitah sebagai berikut :

Do'a Iftitah Versi 1

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardla haniifan wamaa anaa minal musyrikiin, inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillahi rabbil 'aalamiin laa syariika lahu wa bidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin allahumma antal maliku laa ilaaha illaa anta, anta rabbii wa anaa 'abduka zhalamtu nafsii wa'taraftu bi dzanbii faghfil lii dzunuubii jamii'an innahu laa yaghfirudz dzunuub illaa anta wah dinii liahsanail akhlaaq laa yahdii liahsanihaa illaa anta washrif 'annii sayyi'ahaa laa yashrifu 'annii sayyi'ahaa illaa anta labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhu fii yadaik wasy syarru laisa ilaika anaa bika wa ilaika tabaarakta wa ta'aalaita astaghfiruka wa atuubu ilaika

Aku hadapkan wajahku kepada Allah, Maha pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas dan tidak mempersekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan berserah diri kepadaNya. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Labbaik wa sa'daik (Aku patuhi segala perintahMu, dan aku tolong agamaMu). Segala kebaikan berada di tanganMu. Sedangkan kejahatan tidak datang daripadaMu. Aku berpegang teguh denganMu dan kepadaMu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampun dariMu dan aku bertobat kepadaMu

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Ali bin Abu Thalib yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar, sebagai berikut :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الْمُقَدَّمِيُّ حَدَّثَنَا يُوسُفُ الْمَاجِشُونُ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ وَإِذَا رَكَعَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي وَإِذَا رَفَعَ قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ وَإِذَا سَجَدَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ثُمَّ يَكُونُ مِنْ آخِرِ مَا يَقُولُ بَيْنَ التَّشَهُّدِ وَالتَّسْلِيمِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ و حَدَّثَنَاه زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا أَبُو النَّضْرِ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَمِّهِ الْمَاجِشُونِ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الْأَعْرَجِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ وَجَّهْتُ وَجْهِي وَقَالَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ وَقَالَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَقَالَ وَصَوَّرَهُ فَأَحْسَنَ صُوَرَهُ وَقَالَ وَإِذَا سَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ إِلَى آخِرِ الْحَدِيثِ وَلَمْ يَقُلْ بَيْنَ التَّشَهُّدِ وَالتَّسْلِيمِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bukair Al Muqaddami telah menceritakan kepada kami Yusuf Al Majisyun telah menceritakan kepadaku bapakku dari Abdurrahman Al A'raj dari Ubaidullah bin Abu Rafi' dari Ali bin Abu Thalib dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; Biasanya apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau membaca (do'a iftitah) sebagai berikut: WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDLA HANIIFAN WAMAA ANAA MINAL MUSYRIKIIN, INNA SHALAATII WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATII LILLAHI RABBIL 'AALAMIIN LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA MINAL MUSLIMIIN ALLAHUMMA ANTAL MALIKU LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ANTA RABBII WA ANAA 'ABDUKA ZHALAMTU NAFSII WA'TARAFTU BI DZANBII FAGHFIL LII DZUNUUBII JAMII'AN INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUB ILLAA ANTA WAH DINII LIAHSANAIL AKHLAAQ LAA YAHDII LIAHSANIHAA ILLAA ANTA WASHRIF 'ANNII SAYYI'AHAA LAA YASHRIFU 'ANNII SAYYI'AHAA ILLAA ANTA LABBAIKA WA SA'DAIKA WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIK WASY SYARRU LAISA ILAIKA ANAA BIKA WA ILAIKA TABAARAKTA WA TA'AALAITA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA (Aku hadapkan wajahku kepada Allah, Maha pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas dan tidak mempersekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan berserah diri kepadaNya. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Labbaik wa sa'daik (Aku patuhi segala perintahMu, dan aku tolong agamaMu). Segala kebaikan berada di tanganMu. Sedangkan kejahatan tidak datang daripadaMu. Aku berpegang teguh denganMu dan kepadaMu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampun dariMu dan aku bertobat kepadaMu). Dan jika beliau ruku' beliau membaca: ALLAHUMMA LAKA RAKA'TU WA BIKA AAMANTU WA LAKA ASLAMTU KHASYA'A LAKA SAM'II WA BASHARII WA MUKHKHII WA 'AZHMII WA 'ASHABII (Ya Allah, kepadaMu aku ruku', denganMu aku beriman, kepadaMu aku berserah diri, patuh dan tunduk kepadau pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulang-tulangku dan otot-ototku semuanya). Kemudian bila beliau bangkit dari ruku' beliau membaca: ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU MIL'AS SAMAAWAATI WA MIL'AL ARDLI WA MIL'A MAA BAINAHUMAA WA MIL'A MAAS YI'TA MIN SYAI'IN BA'DU (Ya Allah, Tuhan kami, untuk-Mulah segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh ruang antara keduanya, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu). Kemudian apabila beliau sujud beliau membaca: ALLAHUMMA LAKA SAJADTU WA BIKA AAMANTU WA LAKA ASLAMTU SAJADA WAJHIY LILLADZII KHALAQAHU WA SHAWWARAHU WA SYAQQA SYAM'AHU WA BASHARAHU TABAARAKALLAHU AHSANUL KHALIQIIN (Ya Allah, kepada Engkau aku sujud, dengan Engkau aku beriman, dan kepada Engkau aku berserah diri. Mukaku sujud kepada Tuhan yang menciptakan dan membentuknya, yang membukakan pendengaran dan penglihatannya. Maha suci Allah sebaik-baik Maha pencipta). Kemudian pada akhir tasyahud sebelum memberi salam beliau membaca: ALLAHUMMAGH FIRLII MAA QADDAMTU WA MAA AKHKHARTU WAMAA ASRARTU WA MAA A'LANTU WA ASRAFTU WA MAA ANTA A'LAMU BIHI MINNII ANTAL MUQADDiMU WA ANTAL MU'AKHKHIRU LAA ILAAHA ILLAA ANTA (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang lama dan yang baru yang tersembunyi dan nyata, yang aku lakukan keterlaluan dan engkau lebih tahu daripadaku. Engkaulah yang memajukan dan memundurkan. Tidak ada ilah selain Engkau). Dan telah menceritakannya kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi -dalam jalur periwayatan yang lain- Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abu An Nadlr keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah bin Abu Salamah dari pamannya Al Majisyuna bin Abu Salamah dari Al A'raj dengan isnad ini, dan ia berkata; Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memulai shalat, beliau bertakbir dan membaca (do'a iftitah): WAJJAHTU WAJHIYA. Beliau juga membaca: WA ANA AWWALUL MUSLIMIN. Dan ketika beliau bangkit dari ruku', beliau membaca: ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU. Beliau juga melanjutkan: WA SHAWWARAHU FAAHSANA SHUWARAHU. Dan setelah setelah salam beliau membaca: ALLAHUMMAGHFIR LII MAA QADAMTU. hingga akhir hadits. Dan ia tidak mengatakan; Antara tasyahud dan salam.

Do'a Iftitah Versi 2

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ

Subhaanaka allahumma wabihamdika watabaarakasmuka wa ta aala jadduka walaa ilaaha ghairaka

Maha suci Engkau ya Allah aku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu Maha berkah nama-Mu Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak ilah selain Engkau.

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Abu Sa'id Al Khudri yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan Abu Daud - Bab : Shalat, sebagai berikut :

حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ مُطَهَّرٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ الرِّفَاعِيِّ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ النَّاجِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ ثُمَّ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثًا أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ ثُمَّ يَقْرَأُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذَا الْحَدِيثُ يَقُولُونَ هُوَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ الْحَسَنِ مُرْسَلًا الْوَهْمُ مِنْ جَعْفَرٍ

Telah menceritakan kepada kami Abdussalam bin Mutthahir telah menceritakan kepada kami Ja far dari Ali bin Ali Ar Rifa i dari Abu Al Mutawakkil An Naji dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangun untuk shalat malam beliau bertakbir kemudian mengucapkan: SUBHAANAKA ALLAHUMMA WABIHAMDIKA WATABAARAKASMUKA WA TA AALA JADDUKA WALAA ILAAHA GHAIRAKA (Maha suci Engkau ya Allah aku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu Maha berkah nama-Mu Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak ilah selain Engkau). kemudian membaca: LAA ILAAHA ILLALLAH (tidak ada ilah selain Allah) sebanyak tiga kali kemudian membaca: ALLAHU AKBAR KABIIRA (Allah Maha besar benar-benar Maha besar). sebanyak tiga kali- (kemudian membaca): A UUDZU BILLAHIS SAMII IL ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI (Aku berlindung kepada Allah dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari goda an syetan yang terkutuk dari kegilaannya dari kesombongannya dan syairnya yang jelek). kemudian beliau membaca (surat Al Qur an). Abu Daud berkata; Mereka (para perawi) mengatakan; Hadits ini dari Ali bin Ali dari Al Hasan secara mursal dan wahm (keraguan) dari Ja'far.

Do'a Iftitah Versi 3

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Allahumma baa'id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Allahummaghsilnii min khathaayaaya bilmaa'i watstsalji wal barad.

Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin.

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan, diriwayatkan juga oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Masjid dan tempat-tempat shalat sebagai berikut :

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ الْقَعْقَاعِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahid bin Ziyad berkata, telah menceritakan kepada kami 'Umarah bin Al Qa'qa' berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiam antara takbir dan bacaan Al Qur'an. Abu Zur'ah berkata, Aku mengira Abu Hurairah berkata, 'Berhenti sebentar, lalu aku berkata, Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?. Beliau bersabda: Aku membaca; ALLAHUMMA BAA'ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA'ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIB. ALLAHUMMA NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADLU MINAD DANAS. ALLAHUMMAGHSILNII MIN KHATHAAYAAYA BILMAA'I WATSTSALJI WAL BARAD (Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin).

Do'a Iftitah Versi 4

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Allahu akbar kabiraw wal hamdu lillahi katsiiraw wasubhaanallaahi bukratan wa ashiilan.

Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Masjid dan tempat-tempat shalat, sebagai berikut :

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ أَخْبَرَنِي الْحَجَّاجُ بْنُ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Ulayyah telah mengabarkan kepadaku Al Hajjaj bin Abu Usman dari Abu Zubair dari 'Aun bin Abdullah bin 'Utbah dari Ibnu Umar dia berkata; Ketika kami shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba seseorang mengucapkan ALLAHU AKBAR KABIRAW WAL HAMDU LILLAHI KATSIIRAW WASUBHAANALLAAHI BUKRATAN WA ASHIILAN (Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang). Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi? Seorang sahabat menjawab; Saya wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi, sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat itu. Kata Ibnu Umar; Maka aku tak pernah lagi meninggalkannya semenjak aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan hal itu.

Do'a Iftitah Versi 5

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ

Inna ṣalātī wa nusukī wa maḥyāya wa mamātī lillāhi rabbil-‘ālamīn, lā syarīka lah, wa biżālika umirtu, wa anā minal-muslimīn. Allāhumma ihdinī li-aḥsani al-a‘māl wa aḥsani al-akhlāq, lā yahdī li-aḥsaniha illā anta, wa qinī sayyi’a al-a‘māl wa sayyi’a al-akhlāq, lā yaqī sayyi’ahā illā anta.

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya bagi Allah, Rabb semesta alam, yang tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintahkan, dan aku termasuk kaum muslimin. Ya Allah, tunjukkan saya kepada perbuatan yang terbaik dan kepada akhlak yang terbaik, karena tidak ada yang bisa menunjukkan kepada yang terbaik kecuali Engkau. Jagalah aku dari perbuatan jelek dan akhlak yang jelek, karena tidak ada yang bisa menjagaku dari kejelekan kecuali Engkau

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Jabir bin Abdullah yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa'i dalam Sunan An-Nasa´i - Bab : Iftitah (Pembukaan), sebagai berikut :

أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُرَيْحُ بْنُ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ

Telah mengabarkan kepada kami Amr bin Utsman bin Sa'id dia berkata; telah menceritakan kepada kami Syuraih bin Yazid Al Hadhrami dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Syu aib bin Abu Hamzah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bin Abdullah dia berkata; Bila Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memulai shalat maka beliau bertakbir, kemudian mengucapkan -doa yang artinya- Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya bagi Allah, Rabb semesta alam, yang tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintahkan, dan aku termasuk kaum muslimin. Ya Allah, tunjukkan saya kepada perbuatan yang terbaik dan kepada akhlak yang terbaik, karena tidak ada yang bisa menunjukkan kepada yang terbaik kecuali Engkau. Jagalah aku dari perbuatan jelek dan akhlak yang jelek, karena tidak ada yang bisa menjagaku dari kejelekan kecuali Engkau.

Do'a Iftitah Versi 6

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ

Wajjahtu wajhiya lilladzi faṭaras-samāwāti wal-arḍa ḥanīfan musliman, wa mā ana minal-musyrikīn. Inna ṣalātī wa nusukī wa maḥyāya wa mamātī lillāhi rabbil-‘ālamīn, lā syarīka lah, wa biżālika umirtu, wa ana awwalu al-muslimīn. Allāhumma anta al-maliku, lā ilāha illā anta, subḥānaka wa biḥamdik.

Allah Maha Besar aku hadapkan wajahku (tujuanku) kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan pasrah. Aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku (Kurbanku). hidupkun dan matiku hanya bagi Allah, Rabb semesta alam, yang tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintahkan, dan aku termasuk kaum muslim. Ya Allah, Engkau adalah penguasa yang tiada Dzat yang berhak disembah selain Engkau. Engkau Maha Suci dan dengan memuji-Mu.

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Muhammad bin Maslamah yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa'i dalam Sunan An-Nasa´i - Bab : Iftitah (Pembukaan), sebagai berikut :

أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ الْحِمْصِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ حِمْيَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ وَذَكَرَ آخَرَ قَبْلَهُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هُرْمُزَ الْأَعْرَجِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مَسْلَمَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي تَطَوُّعًا قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ ثُمَّ يَقْرَأُ

Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Usman Al Himshi dia berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Hamir dia berkata; telah menceritakan kepada kami Syu aib bin Abu Hamzah dari Muhammad bin Al Munkadir dan menyebutkan sebelumnya dari Abdurrahman bin Hurmuz Al A raj dari Muhammad bin Maslamah bahwa jika Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bangkit untuk mengerjakan shalat sunnah maka beliau membaca -doa yang artinya- Allah Maha Besar aku hadapkan wajahku (tujuanku) kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan pasrah. Aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku (Kurbanku). hidupkun dan matiku hanya bagi Allah, Rabb semesta alam, yang tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintahkan, dan aku termasuk kaum muslim. Ya Allah, Engkau adalah penguasa yang tiada Dzat yang berhak disembah selain Engkau. Engkau Maha Suci dan dengan memuji-Mu. Kemudian beliau Shallallahu alaihi wasallam membaca surat (al-Fatihah).

Do'a Iftitah Versi 7

سُسُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ (3X)
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا (3X)

Subhaanaka allahumma wabihamdika watabaarakasmuka wa ta aala jadduka walaa ilaaha ghairaka.
Laa ilaaha illallah (3 kali ).
Allahu akbar kabiira (3 kali ).

Maha suci Engkau ya Allah aku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu Maha berkah nama-Mu Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak ilah selain Engkau).
tidak ada ilah selain Allah.
Allah Maha besar benar-benar Maha besar.

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Abu Sa'id Al Khudri yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan Abu Daud - Bab : Shalat, sebagai berikut :

حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ مُطَهَّرٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ الرِّفَاعِيِّ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ النَّاجِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ ثُمَّ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثًا أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ ثُمَّ يَقْرَأُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذَا الْحَدِيثُ يَقُولُونَ هُوَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ الْحَسَنِ مُرْسَلًا الْوَهْمُ مِنْ جَعْفَرٍ

Telah menceritakan kepada kami Abdussalam bin Mutthahir telah menceritakan kepada kami Ja far dari Ali bin Ali Ar Rifa i dari Abu Al Mutawakkil An Naji dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangun untuk shalat malam beliau bertakbir kemudian mengucapkan: SUBHAANAKA ALLAHUMMA WABIHAMDIKA WATABAARAKASMUKA WA TA AALA JADDUKA WALAA ILAAHA GHAIRAKA (Maha suci Engkau ya Allah aku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu Maha berkah nama-Mu Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak ilah selain Engkau). kemudian membaca: LAA ILAAHA ILLALLAH (tidak ada ilah selain Allah) sebanyak tiga kali kemudian membaca: ALLAHU AKBAR KABIIRA (Allah Maha besar benar-benar Maha besar). sebanyak tiga kali- (kemudian membaca): A UUDZU BILLAHIS SAMII IL ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI (Aku berlindung kepada Allah dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari goda an syetan yang terkutuk dari kegilaannya dari kesombongannya dan syairnya yang jelek). kemudian beliau membaca (surat Al Qur an). Abu Daud berkata; Mereka (para perawi) mengatakan; Hadits ini dari Ali bin Ali dari Al Hasan secara mursal dan wahm (keraguan) dari Ja'far.

Do'a Iftitah Versi 8.

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا (3X)
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا (3X)
وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (3X)

Allāhu akbaru kabīran (tiga kali)
Wal-ḥamdu lillāhi katsīran (tiga kali)
Wa subḥānallāhi bukratan wa aṣīlā (tiga kali)

Allah Maha Besar dengan kebesaran yang agung (3 kali)
Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak (3 kali)
Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang (3 kali)

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Nafi bin Jubair bin Muth'im (dari bapaknya) yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad - Bab : Musnad Penduduk Madinah, sebagai berikut :

قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مِسْعَرٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ عَنْ رَجُلٍ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي التَّطَوُّعِ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثَ مِرَارٍ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا ثَلَاثَ مِرَارٍ وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ثَلَاثَ مِرَارٍ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْثِهِ وَنَفْخِهِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَمْزُهُ وَنَفْثُهُ وَنَفْخُهُ قَالَ أَمَّا هَمْزُهُ فَالْمُوتَةُ الَّتِي تَأْخُذُ ابْنَ آدَمَ وَأَمَّا نَفْخُهُ الْكِبْرُ وَنَفْثُهُ الشِّعْرُ

(Ahmad bin Hanbal radliyallahu anhu) berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Mis ar berkata; telah menceritakan kepadaku Amr bin Murrah dari seorang laki-laki dari Nafi bin Jubair bin Muth im dari Bapaknya berkata; saya mendengar Nabi Shallallahu alaihiwasallam membaca pada shalat sunnah, Allah Maha Besar tiga kali. Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak tiga kali. Maha suci Allah pada pagi hari dan sore tiga kali. Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari setan yang terkutuk dari ganguannya (kegilaan yang bisa menimpa anak Adam), syairnya dan kesombongannya. Saya bertanya Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud istilah hamz-nya, nafts-nya dan an-nafkh-nya? Beliau menjawab,, Hamznya maksudnya adalah keadaan gila atau ayan yang menimpa anak Adam, an-nafkh adalah kesombongannya dan nafts adalah syairnya yang jelek.

Do'a Iftitah Versi 9.

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
الْحَمْدُ لِلَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (3X)
سُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (3X)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

Allāhu akbaru kabīran, Allāhu akbaru kabīran, Allāhu akbaru kabīran.
Al-ḥamdu lillāhi bukratan wa aṣīlā (tiga kali)
Subḥānallāhi bukratan wa aṣīlā (tiga kali)
Allāhumma innī a‘ūdzu bika minasy-syaithānir-rajīm, min hamzihī, wa nafkhihī, wa nafthih.

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Segala puji bagi Allah, pagi dan petang (3 kali),
Maha suci Allah pada pagi hari dan sore (3 kali),
Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari setan yang terkutuk dari ganguannya (kegilaan yang bisa menimpa anak Adam), syairnya dan kesombongannya.

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Yazid bin Harun yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad - Bab : Musnad Penduduk Madinah, sebagai berikut :

قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ عَاصِمٍ الْعَنَزِيِّ عَنِ ابْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ و قَالَ يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ دَخَلَ فِي صَلَاةٍ فَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ثَلَاثًا سُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ثَلَاثًا اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ قَالَ عُمَرُ وَهَمْزُهُ الْمُوتَةُ وَنَفْخُهُ الْكِبْرُ وَنَفْثُهُ الشِّعْرُ

(Ahmad bin Hanbal radliyallahu anhu) berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja far berkata; telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Amr bin Murrah dari Ashim Al Anazi dari Ibnu Jubair bin Muth im dari Bapaknya Yazid bin Harun berkata; dari Nafi bin Jubair bin Muth im dari Bapaknya berkata; saya telah Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam ketika memasuki shalat membaca, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah, pagi dan petang tiga kali, Maha suci Allah pada pagi hari dan sore tiga kali, Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari setan yang terkutuk dari ganguannya (kegilaan yang bisa menimpa anak Adam), syairnya dan kesombongannya. Umar berkata; Hamz- maknanya adalah seperti keadaan orang yang gila atau ayan, an-nafkh-nya maknanya adalah kesombongannya dan nafts- maknanya adalah syairnya yang jelek.

Do'a Iftitah Versi 10.

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِي لِمَا اخْتَلَفْتُ فِيهِ مَنْ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Allāhumma Rabbā Jibrīla wa Mīkā’īla wa Isrāfīla, Fāṭira as-samāwāti wal-arḍi, ‘Ālima al-ghaybi wasy-syahādah, Anta taḥkumu bayna ‘ibādika fīmā kānū fīhi yakhtalifūn. Ihdinī limākhtulifa fīhi minal-ḥaqqi bi idznika, Innaka tahdī man tasyā’u ilā ṣirāṭin mustaqīm.

Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi, Dzat yang mengetahui hal ghaib dan yang nyata, Engkau yang menghukumi di antara hamba-Mu pada apa yang mereka perselisihkan, tunjukkanlah kepadaku pada kebenaran terhadap apa yang saya perselisihkan dengan izin-Mu, sesungguhnya Engkau memberi petunjuk orang yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.

Do'a Iftitah tersebut berdasarkan hadis Aisyah, ummul mukminin yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad - Bab : Sisa Musnad Sahabat Anshar, sebagai berikut :

حَدَّثَنَا قُرَادٌ أَبُو نُوحٍ أَخْبَرَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ بِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْتَتِحُ صَلَاتَهُ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ قَالَتْ كَانَ إِذَا قَامَ كَبَّرَ وَيَقُولُ اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِي لِمَا اخْتَلَفْتُ فِيهِ مَنْ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ قَالَ يَحْيَى قَالَ أَبُو سَلَمَةَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْثِهِ وَنَفْخِهِ قَالَ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هَمْزُهُ وَنَفْخُهُ وَنَفْثُهُ قَالَ أَمَّا هَمْزُهُ فَهَذِهِ الْمُوتَةُ الَّتِي تَأْخُذُ بَنِي آدَمَ وَأَمَّا نَفْخُهُ فَالْكِبْرُ وَأَمَّا نَفْثُهُ فَالشِّعْرُ

Telah menceritakan kepada kami Qurad Abu Nuh telah mengabarkan keapda kami Ikrimah bin Amar dari Yahya bin Abi Katsir dari Abi Salamah bin Abdurrahman bin Auf berkata; saya pernah bertanya kepada Aisyah, ummul mukminin, dengan apa Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam membuka shalatnya bila beliau shalat malam?. (Aisyah) Berkata; Apabila beliau telah berdiri, beliau bertakbir dan membaca: ALLOOHUMMA ROBBA JIBRIILA WAMIIKAALA WA ISROOFIILA FAATHIROSSAMAWAATI WAL ARDHI, AALIMAL GHAIBI WASYAHAADAH, ANTA TAHKUMU BAINA IBAADIKA FIIMAA KAANUU FIIHI YAKHTALIFUUNA, IHDINII LIMAKHTALAFTA FIIHI MINAL HAQQI BI IDZNIKA, INNAKA TAHDII MAN TASYAA U ILAA SHIRAATHIN MUSTAQIIM Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi, Dzat yang mengetahui hal ghaib dan yang nyata, Engkau yang menghukumi di antara hamba-Mu pada apa yang mereka perselisihkan, tunjukkanlah kepadaku pada kebenaran terhadap apa yang saya perselisihkan dengan izin-Mu, sesungguhnya Engkau memberi petunjuk orang yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus. Abu Salamah berkata; Apabila Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam shalat malam, beliau bersabda: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan, baik dari kegilaannya, syairnya yang jelek, ataupun kecongkakannya. (Abu Salamah) Berkata; Apabila Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam shalat malam, beliau membaca: ALOOHUMMA INNII A UUDZUBIKA MINASSYAITHOONIRROJIIM, MIN HAMZIHI WANAFTSIHI WANAFKHIHI, Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan yang terkutuk, baik dari godaannya, kesombongannya, ataupun syairnya (bisikannya). Mereka berkata; Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan hamz, nafh, dan nafts syaitan? beliau bersabda: Adapun Hamz-nya syaitan adalah yang Kegilaan yang dilakukan terhadap anak keturunan Adam, nafh-syaitan adalah kesombongan, dan adapun bisikannya adalah syairnya yeng jelek.

Membaca surat Al-Fatihah adalah rukun dalam setiap rakaat bagi imam maupun shalat sendirian. Jika tidak membacanya maka rakaatnya batal, adapun makmum, ia membacanya dengan pelan dalam setiap rakaat. Ketika imam membacanya dengan keras, maka makmum harus mendengarkan bacaan imam dan boleh tidak membacanya.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ١

bismi allaahi alrrahmaani alrrahiimi.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢

al-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ۳

ar-raḥmānir-raḥīm

Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ٤

māliki yaumid-dīn

Yang menguasai di Hari Pembalasan.

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥

iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ ٦

ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm

Tunjukilah kami jalan yang lurus,

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ٧

shiraatha alladziina an’amta ‘alayhim ghayri almaghdhuubi ‘alayhim walaa aldhdhaalliina.

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Hadits Tentang Kewajiban Membaca Surah Al-Fatihah.

1.
Shahih Bukhari - Bab : Adzan - Hadis No. : 714

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Adullah berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepada kami Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi' dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah).

2.
Sunan Abu Daud - Bab : Shalat - Hadis No. : 697

حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُنَادِيَ أَنَّهُ لَا صَلَاةَ إِلَّا بِقِرَاءَةِ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَمَا زَادَ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Basyar telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Ja far dari Abu Utsman dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkanku supaya aku menyerukan bahwa tidak sah shalat seseorang kecuali dengan membaca Al Fatihah dan selebihnya.

Hukum Mambaca Ta'awwudz Sesudah Iftitah Sebelum Memabaca Al-Fatihah.

Al-Fatihah adalah salah satu surah dalam al-qur'an sehingga membaca surah-alfatihah adalah membaca al-quran. dalam surah An-Nahl [16] ayat 98 Allah menyuruh kita untuk memohon perlindungan dengan tulus kepada Allah dari bisikan, rayuan, dan godaan setan yang terkutuk.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ٩٨

Fa-idzā qara’ta al-Qur’āna fasta‘idz billāhi minasy-syaithānir-rajīm

Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.

Perintah ini dari Allah, ditujukan kepada hamba-hamba-Nya melalui lisan Nabi-Nya; bahwa apabila mereka hendak membaca Al-Qur'an, terlebih dahulu hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Perintah ini adalah perintah sunat, bukan perintah wajib, menurut kesepakatan ulama yang diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir dan lain-lainnya dari kalangan para imam.
Makna membaca isti’azah pada permulaan membaca Al-Qur'an dimaksudkan agar si pembaca tidak mengalami kekeliruan dalam bacaannya yang berakibat campur aduk bacaannya sehingga ia tidak dapat merenungkan dan memikirkan makna apa yang dibacanya. Untuk itulah jumhur ulama berpendapat bahwa bacaan istia'zah itu hanya dilakukan sebelum bacaan Al-Qur'an. Akan tetapi, telah diriwayatkan dari Hamzah dan Abu Hatim As-Sijistani bahwa isti'a'zah dilakukan sesudah membaca Al-Qur'an. Keduanya mengatakan ini dengan berdalilkan ayat di atas. Imam Nawawi di dalam Syarah Muhazzab-nya mengatakan pula hal yang semisal dari Abu Hurairah, Muhammad ibnu Sirin, dan Ibrahim An-Nakha'i. Tetapi pendapat yang sahih adalah yang pertama (yakni bacaan ta'awwuz dilakukan sebelum membaca Al-Qur'an), karena berdasarkan hadis-hadis yang menunjukkan bahwa ta'awwuz dilakukan sebelum membaca Al-Qur'an. ) (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M., Jilid 5, hal. 105)

Bacaan Ta'awwudz adalah أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (A‘ūdzu billāhi minasy-syaithānir-rajīm), Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.; atau
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ A‘ūdzu billāhi as-samī‘i al-‘alīm(i) minasy-syaithānir-rajīm. Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk.

Hadits yang menunjukan bahwa Nabi Muhammad setelah membaca do'a iftitah beliau membaca ta 'awwudz kemudian membaca al-fatihah.

Hadis Sa'id Al Khudri yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan Abu Daud - Bab : Shalat , sebagai berikut :

حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ مُطَهَّرٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ الرِّفَاعِيِّ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ النَّاجِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ ثُمَّ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثًا أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ ثُمَّ يَقْرَأُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذَا الْحَدِيثُ يَقُولُونَ هُوَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ الْحَسَنِ مُرْسَلًا الْوَهْمُ مِنْ جَعْفَرٍ

Telah menceritakan kepada kami Abdussalam bin Mutthahir telah menceritakan kepada kami Ja far dari Ali bin Ali Ar Rifa i dari Abu Al Mutawakkil An Naji dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangun untuk shalat malam beliau bertakbir kemudian mengucapkan: SUBHAANAKA ALLAHUMMA WABIHAMDIKA WATABAARAKASMUKA WA TA AALA JADDUKA WALAA ILAAHA GHAIRAKA (Maha suci Engkau ya Allah aku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu Maha berkah nama-Mu Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak ilah selain Engkau). kemudian membaca: LAA ILAAHA ILLALLAH (tidak ada ilah selain Allah) sebanyak tiga kali kemudian membaca: ALLAHU AKBAR KABIIRA (Allah Maha besar benar-benar Maha besar). sebanyak tiga kali- (kemudian membaca): A'UUDZU BILLAHIS SAMII IL ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI (Aku berlindung kepada Allah dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari goda an syetan yang terkutuk dari kegilaannya dari kesombongannya dan syairnya yang jahat). kemudian beliau membaca (surat Al Qur an). Abu Daud berkata; Mereka (para perawi) mengatakan; Hadits ini dari Ali bin Ali dari Al Hasan secara mursal dan wahm (keraguan) dari Ja'far.

Di antara manfaat ta'awwudz adalah untuk menyucikan dan mengharumkan mulut dari kata-kata yang tidak mengandung faedah dan buruk. Ta'awwudz ini digunakan untuk membaca firman-firman Allah. Artinya, memohon pertolongan kepada Allah sekaligus memberikan pengakuan atas kekuasaan-Nya, kelemahan dirinya sebagai hamba, dan ketidakberdayaannya dalam melawan musuh yang sesungguhnya (syaitan), yang bersifat bathiniyah, yang tak seorang pun mampu menolak dan mengusirnya kecuali Allah yang telah menciptakannya. ) (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M.,Jilid 1. hal. 15.)

Cara Membaca Ta 'awwudz.

Jumhur ulama berpendapat bahwa isti'adzah itu sunnah hukumnya dan bukan suatu kewajiban, sehingga berdosa bagi orang yang meninggalkannya. Diriwayatkan dari Imam Malik, bahwasanya ia tidak membaca ta'awwudz dalam mengerjakan shalat wajib.Dalam kitab al-Imla', Imam asy-Syafi'i mengatakan, dianjurkan membaca ta'awwudz dengan jahr, tetapi jika dibaca dengan sirri juga tidak apa-apa. Sedangkan dalam kitab al-Umm, beliau mengatakan, diberikan pilihan, boleh membaca ta'awwudz, boleh juga tidak. Dan jika orang yang memohon perlindungan itu membaca: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ , makacukuplah baginya. ) (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M.,Jilid 1. hal. 15.) Apabila seseorang lupa membaca Ta 'awwudz hingga masuk dalam bacaan Al Faatihah, maka dia tidak perlu membaca Ta'awwudz. ) (Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 29.)

Hukum Membaca Bismilaah Dalam Al-Fatihah.

Berkenaan dengan pembahasan membaca bismillah ini, kami kutip dari tafsir Ibnu Katsir. Hal tersebut di karenakan dalam tafsir Ibnu Katsir tersebut telah diuraikan perbedaan pendapat diantara ulama. ) (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M.,Jilid 1. hal. 19-20.) )

Di antara alim u1ama yang menyatakan bahwa basmalah adalah ayat dari setiap surat kecuali at-Taubah, yaitu: Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu azZubair, Abu Hurairah, Ali. Dan dari kalangan tabi'in: Atha', Thawus, Sa'id bin Jubair, Makhu1, dan az-Zuhri.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Abdu1lah bin al-Mubarak, Imam Syafi'i, Ahmad bin Hanbal, (menurut satu riwayat), Ishak bin Rahawaih, Abu Ubaid al-Qasim bin Salam, Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah berserta para pengikutnya berpendapat bahwa basmalah itu bukan termasuk ayat al-Fatihah, tidak juga surat-surat lainnya. Namun, menurut Dawud, basmalah terletak pada awal setiap surat dan bukan bagian darinya. Demikian pula menurut satu riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal.
Mengenai bacaan basmalah secarajahr (dengan suara keras), termasuk bagian dari perbedaan pendapat di atas. Mereka yang berpendapat bahwa basmalah itu bukan ayat al-Fatihah, maka ia tidak membacanya secara jahr. Demikian juga yang mengatakan bahwa basmalah adalah suatu ayat yang ditulis pada awal setiap surat.
Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa basmalah termasuk bagian pertama dari setiap surat, masih berbeda pendapat. Imam Syafi'i berpendapat bahwa basmalah itu dibaca secara jahr bersama al-Fatihah dan juga surat al-Qur'an lainnya. Inilah madzhab beberapa sahabat dan tabi'in serta para imam, baik salaf maupun khalaf.
Dalam kitab shahih al-Bukhari, diriwayatkan, dari Anas bin Malik, bahwa ia pemah ditanya mengenai bacaan dari Nabi ﷽ maka ia menjawab:

(كَانَتْ قِرَاءَةُ مَدًّا، ثُمَّ قَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,يُمِدُّ بِسْمَ اللَّهِ، وَيُمِدُّ الرَّحْمَنِ، وَيُمِدُّ الرَّحِيمِ. )

"Bacaan beliau itu (kalimat demi kalimat) sesuai dengan panjang pendeknya. Kemudian Anas membaca bismillahirrahmanirrahim, dengan memanjangkan bismillah, lalu ar-Rahman dan ar-Rahim (memanjangkan bagian-bagian yang perlu dipanjangkan.)"

Dilam Musnad Imam Ahmad, Sunan Abi Dawud, shahih Ibnu Khuzaimah, dan Mustadrak al-Hakim yang diriwayatkan dari ummu Salamah radhiallahu'anha, katanya:

(قَالَتْ كَـانَ رَسُوْلُ الله يَقْطَعُ قِرَاَءتَهُ : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ. )

"Rasulullah ﷽ memutus bacaannya, bismillahirrahmanirrahim, al-Hamdulillahirabbil'alamin, ar-Rahmanirrahim, Maliki yaumiddin."

Ad-Daruquthni mengatakan, isnad hadits ini shahih.

Dan ulama lainnya betpendapat bahwa basmalah tidak dibaca secara jahr di dalam shalat. Inilah riwayat yang benar dari empat Khulafa'ur Rasyidin, Abdullah bin Mughaffal, beberapa golongan ulama salaf maupun khalaf. Hal itu juga menjadi pendapat Imam Abu Hanifah, ats-Tsauri, dan Ahmad bin Hanbal.
Dan menurut Imam Malik, basmalah tidak dibaca sama sekali, baik secara jahr maupun sirri. Mereka mendasarkan pada hadits yang terdapat dalam kitab shahih Muslim, dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya, Rasulullah membuka shalat dengan takbir dan bacaaan al-Hamdulillahi Rabbil'alamin.
Juga hadits dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, ia menceritakan: "Aku pernah shalat di belakang Nabi, Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka semua membuka shalat dengan bacaan al-Hamdulillahi Rabbil'alamin."
Dan menurut riwayat Muslim, "Mereka tidak menyebutkan Bismillahirrahmanirrahim pada awal bacaan dan tidak juga pada akhimya." Hal senada juga terdapat dalam kitab Sunan, diriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal.

Demikianlah dasar-dasar pengambilan pendapat para imam mengenai masalah ini, dan tidak terjadi perbedaan pendapat, karena mereka telah sepakat bahwa shalat bagi orang yang menjahrkan atau yang mensirrikan basmalah adalah sah. Segala puji bagi Allah.

Dari uraian kutipan tafsir Ibnu Katsir tersebut dapat kita temukan perbedanna pendapat sebagai berikut :

1.
Mahzab Hanafi dan Mahzab Hanbali.

Bismillahirrahmanirrahim tidak dibaca secara jahr di dalam shalat. Hal ini berarti Bismillahirrahmanirrahim dibaca tetap secara sirri.

2.
Mazhab Maliki.

Basmalah tidak dibaca sama sekali, baik secara jahr maupun sirri.

3.
Mazhab Syafi‘i

Basmalah itu dibaca secara jahr bersama al-Fatihah

Hukum Membaca Aamiin.

Berkenaan dengan pembahasan membaca bacaan amin ini, kami kutip dari tafsir Ibnu Katsir sebagai berikut : ) (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M.,Jilid 1. hal. 37.)

Seusai membaca al-Fatihah disunnahkan bagi seseorang untuk mengucapkan آمِيْـن Seperti ucapan يس Boleh juga mengucapkan أَمِيْن dengan Alif dibaca pendek, artinya adalah ya Allah kabulkanlah. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi, dari Wail bin Hujur, katanya aku pemah mendengar Nabi membaca, ْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ lalu beliau mengucapkan, أَمِيْن . Dengan memanjangkan' suaranya.
Dan Rasulullah sendiri mengucapkan amin ketika beliau selesai membaca ghairil maghdhuubi 'alaihim waladhdhaalliin.

"Dari Abu Hurairah, katanya: 'Apabila Rasulullah membaca, Ghairil maghdubi'alaihim waladhdhaalliin, maka beliau mengucapkan, 'amin '. Sehingga terdengar oleh orang-orang yang dibelakangnya pada barisan pertama." HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Ibnu Majah menambahkan pada hadits tersebut dengan kalimat, "Sehingga masjid bergetar karenanya." Hadits ini juga diriwayatkan oleh ad-Daruquthni, ia mengatakan, hadits ini berisnad hasan.
Sahabat kami dan lain-lainnya mengatakan, "Disunnahkan juga mengucapkan "amin" bagi orang yang membacanya di luar shalat. Dan lebih ditekankan bagi orang yang mengerjakan shalat, baik ketika munfarid (sendiri) maupun sebagai imam atau makmum, serta dalam keadaan apapun. Berdasarkan hadits dalam kitab shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

«إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

"Jika seorang imam mengucapkan amin, maka ucapkanlah amin, sesungguhnya barangsiapa yang ucapan aminnya bertepatan dengan aminnya malaikat, maka akan diberikan ampunan baginya atas dosa-dosanya yang telah lalu."

Menurut riwayat Imam Muslim. Rasulullah Saw. telah bersabda:

«إِذَا قَالَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ آمِينَ وَالْمَلَائِكَةُ فِي السَّمَاءِ آمِينَ فَوَافَقَتْ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

"Jika salah seorang di antara kalian mengucapkan amin di dalam shalat, dan malaikat di langit juga mengucapkan amin, lalu masing-masing ucapan amin dari keduanya saling bertepatan, maka akan diberikan ampunan baginya atas dosa-dosanya yang telah lalu."

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Abu Musa secara marfu:

"إِذَا قَالَ، يَعْنِي الْإِمَامَ: {وَلَا الضَّالِّينَ} ، فَقُولُوا: آمِينَ. يُجِبْكُمُ اللَّهُ"

"Apabila imam mengucapkan waladdallin, maka ucapkanlah amin oleh kalian, niscaya Allah memperkenankan (doa) kalian.”.

Mayoritas ulama mengatakan bahwa makna amin itu adalah ya Allah perkenankanlah untuk kami.
Para sahabat kami telah berbeda pendapat mengenai jahr (suara keras) bagi makmum dalam mengucapkan amin dalam shalat jahmya. Kesimpulan dari perbedaan pendapat itu, bahwa jika seorang imam lupa mengucapkan amin, maka makmum harus serempak mengucapkannya dengan suara keras. Dan jika sang imam telah mengucapkannya dengan suara keras, (menurut) pendapat yang baru menyatakan, bahwa para makmum tidak mengucapkannya dengan suara keras.
(Pendapat) yang terakhir ini juga merupakan pendapat Abu Hanifah dan sebuah riwayat dari Imam Malik, karena amin itu merupakan salah satu bentuk dzikir sehingga tidak perlu dikeraskan sebagaimana halnya dzikir-dzikir shalat lainnya. Sedangkan pendapat yang lama menyatakan, bahwa para makmum juga perlu mengucapkannya dengan suara keras. Hal itu merupakan pendapat imam Ahmad bin Hanbal dan sebuah riwayat yang lain dari imam Malik seperti yang telah disebutkan di atas. Berdasarkan hadits:

Berikut ini perkataan Imam Asy-Syafi'i dalam Al-Umm : ) Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid 2, hal.247.
Jika imam selesai membaca Ummul Qur' an, maka dia membaca aamiin dengan mengeraskan suaranya agar diikuti ol~h orang-orang yang shalat di belakangnya. Jika imam membacanya, maka para jamaah juga membacanya, tetapi dengan suara yang cukup terdengar oleh diri mereka sendiri. Saya tidak senang sekiranya mereka membacanya dengan suara keras.
Jika mereka melakukannya, maka tidak ada akibat apapun pada mereka. Jika imam tidak membaca aamiin, maka jamaah tetap membacanya dan memperdengarkannya kepada imam agar dia teringat untuk membacanya. Jamaah tidak boleh meninggalkan bacaan aamiin lantaran imam meninggalkannya. Seperti seandainya imam meninggalkan takbir dan salam, maka para jamaah tidak meninggalkannya.
Jika imam tidak membacanya dan orang-orang yang shalat di belakangnya juga tidak membacanya, maka mereka tidak wajib mengulanginya, dan tidak pula wajib melakukan sujud Sahwi.
Saya menganjurkan agar setiap orang yang shalat membaca aamiin, baik laki-laki atau perempuan, baik dewasa atau anak-anak; baik dalam jamaah atau shalat sendirian.
Asy-Syafi'i berkata: Lafazh aamiin tidak dibaca kecuali setelah selesai bacaan Ummul Qur' an. T etapi jika seseorang tidak membacanya, maka dia tidak wajib menggantinya di tempat lain.
Asy-Syafi'i berkata: Lafazh aamiin menunjukkan bahwa tidak ada larangan seorang hamba meminta kepada Tuhannya dalam setiap bagian shalat, baik meminta kepentingan agama dan dunia. Hal itu juga ditunjukkan oleh berbagai Sunnah.
Asy-Syafi'i berkata: Seandainya seseorang menambahkan kalimat "Rabbal 'Alamin" pada lafazh "aamiin" atau dzikir yang lain, maka itu baik. Suatu bacaan dzikir kepada Allah tidaklah memutus shalat.

Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni mengatakan bahwa Membaca "amin" setelah Al Faatihah merupakan sunah bagi imam dan makmum. Demikian seperti yang diriwayatkan oleh lbnu Umar dan lbnu Zubair. Ats-Tsauri, Atha', Syafi'i, Yahya bin Yahya, Ishaq, Abu Khaitsamah, lbnu Abi Syaibah, Sulaiman bin Daud dan para ulama aliran rasionalis juga berpendapat demikian. ) Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 49.
Selanjutnya Ibnu Qudamah juga mengatakan bahwa Disunnahkan bagi imam dan makmum membaca amin dengan keras jika bacaan Al Faati!!_ah disunnahkan dibaca keras. Sebaliknya, disunnahkan membaca amin dengan suara lirih apabila bacaan Al Faatib.ah disunnahkan untuk dibaca lirih. ) Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 51.

Imam An-Nawawi dalam Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza ) Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i, Jilid 3, hal. 698. mengatakan Setelah membaca Al Faatihah, mengucapkan amin. Ini Sunnah berdasarkan riwayat yang mengatakan bahwa Nabi SAW mengucapkan amin, dan bersabda:

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

Shallū kamā ra’aytumūnī uṣallī

"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat."

Selanjutnya Imam An-Nawawi juga menerangkan sebagai berikut : ) Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i, Jilid 3, hal. 699-700.
Bila dalam shalat jahriyah, imam mengeraskan ucapan amin. lni berdasarkan sabda Rasulullah SAW, "Bila imam mengucapkan amin maka · ucapkanlah amin. Andai imam tidak membaca amin dengan suara keras, maka Nabi SAW pasti tidak akan mengaitkan ucapan amin makmum dengan ucapannya. Juga karena ucapan amin mengikuti Al Faatihah, sehingga bukumnya sama seperti bukum Al Faatibab dalam bal dikeraskan, sama seperti bacaan surah.
Bagi makmum, disebutkan dalam pendapat baru, "Tidak mengeraskan." Sementara dalam pendapat lama disebutkan, "Mengeraskan."
Di antara sahabat kami ada yang mengemukakan kedua pendapat berikut:
Pertama: Makmum mengucapkan amin dengan suara keras. Ini berdasarkan riwayat Atha: lbnu Az-Zubair mengucapkan amin, lalu orang-orang yang shalat di belakangnya mengucapkan amin, hingga masjid bergemuruh.
Kedua: Makmum tidak mengeraskan ucapan amin, karena ini merupakan bacaan sunah dalam shalat, sehingga makmum tidak perlu mengucapkannya dengan suara keras, sama seperti takbir.
Ada juga yang berpendapat, "Bila masjidnya kecil dan ucapan amin imam terdengar oleh seluruh jamaah, maka imam tidak perlu mengucapkannya dengan suara keras. Namun bila masjidnya besar maka imam perlu mengucapkannya dengan suara keras, agar terdengar oleh semua jamaah. Kedua pendapat dialihkan pada kedua kondisi ini. Bila imam lupa membaca amin, maka makmum mengucapkan amin dengan suara keras agar imam mendengar, kemudian mengucapkannya.

Dari Uraian tersebut di atas berkenaan dengan ucapakan aamiin dapat disarikan sebagai berikut :
Dalam Shalat Sirriyah (dilirihkan - shalat zuhur dan shalat ashar).
Imam dan Makmum mengucapkan aamiin dengan sirr (dilirihkan) sesuai dengan sifat shalatnya yaitu Sirriyah yang semua bacaannya dilakukan secara sirr (dilirihkan)

Dalam Shalat Jahriyah (dikeraskan - shalat maghrib, shalat isyaa' dan shalat subuh).
Bagi Iman
Imam mengucapkan aamiin dengan suara yang dapat didengar terdengar oleh seluruh jamaah.
Bagi Makmum
Setelah imam mengucapkan aamiin, maka makmum mengucapkan aamiin boleh dengan suara dikeraskan atau tidak dikeraskan (dengan suara yang cukup terdengar oleh diri mereka sendiri).
Jika imam tidak membaca aamiin, maka jamaah tetap membacanya dan memperdengarkannya kepada imam agar dia teringat untuk membacanya.

Rukuk adalah salah satu kewajiban shalat berdasarkan firman Allah SWT, 'Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu.' (Qs. Al Hajj [22): 77 ) Dianjurkan bertakbir saat hendak rukuk berdasarkan riwayat Abu Hurairah RA, 'Ketika hendak shalat, Rasulullah SAW bertakbir ketika berdiri dan ketika rukuk kemudian mengucapkan سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ , kemudian takbir ketika hendak sujud dan ketika hendak mengangkat kepala, beliau melakukan seperti itu dalam semua shalat hingga usai.' Alasan lain; karena menunduk merupakan perbuatan, sehingga tidak terlepas dari bacaan, sama seperti perbuatan-perbuatan (shalat) lainnya'." ) Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i, Jilid 3, hal. 765.
Ibnu Qadamah dalam Al-Mughni mengatakan bahwa Umat Islam sepakat mewajibkan ruku' dalam shalat bagi orang yang mampu. Mayoritas ulama berpandangan hendaknya seseorang memulai ruku' dengan takbir. Takbir ini dibaca baik ketika sedang turun a tau naik dari ruku' dalam shalat. ) Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 59.

Takbir Dalam Rukuk.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Ibnu Qadamah mengatakan Mayoritas ulama berpandangan hendaknya seseorang memulai ruku' dengan takbir. Imam An-Nawawi mengatakan bahwa Disunnahkan mengucapkan takbir saat hendak rukuk, tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini bagi kami. sahabat-sahabat kami berkata, "Tidak menyambung takbir rukuk dengan bacaan, tapi harus diberi jeda dengan diam sesaat," seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Mereka berkata, "Takbir dimulai ketika masih dalam keadaan berdiri dan kedua tangan diangkat bersamaan dengan ucapan takbir, ketika dua tangan telah sejajar dengan kedua pundak selanjutnya membungkuk dan memanjangkan bacaan takbir hingga mencapai batas kedua lutut. ) Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i, Jilid 3, hal. 766. Imam Asy-Syafi'i berkata: Saya tidak senang sekiranya orang yang shalat, baik sendirian, atau sebagai imam, atau sebagai makmum, meninggalkan takbir untuk ruku, sujud, bangkit dan turun, serta ... ) Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid 2, hal. 253.
Dari pendapat-pendapat ulama tersebut dapat kita sarikan sebagai berkut :

1.
Takbir dalam rukuk adalah disunnahkan;
2.
ketika masih dalam keadaan berdiri dan kedua tangan diangkat bersamaan dengan ucapan takbir, ketika dua tangan telah sejajar dengan kedua pundak selanjutnya membungkuk dan memanjangkan bacaan takbir hingga mencapai batas kedua lutut
3.
Jika rukuk telah sempurna (tuma'ninah) dilanjutkan dengan bacaan rukuk.

Bacaan Rukuk.

Terdapat beberapa versi bacaan rukuk sebagai berikut:

Bacaan Ruku' Versi 1.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

Subhaana rabbiyal azhiim wa bihamdihi.

Maha suci Rabbku yang Maha Agung dengan pujian-Nya

Dibaca 3 kali

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Hudzaifah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, Bab : Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar :

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ جَرِيرٍ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ الْمُسْتَوْرِدِ بْنِ الْأَحْنَفِ عَنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa' hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung). Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Maha Mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya). Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL A'LAA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU (Allah Maha Mendengar akan orang yang memuji-Nya, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji).

Hadis serupa juga diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan Abu Daud - Bab : Shalat dari jalur Uqbah :

حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ أَبُو تَوْبَةَ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ مُوسَى قَالَ أَبُو سَلَمَةَ مُوسَى بْنِ أَيُّوبَ عَنْ عَمِّهِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ { فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ } قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلُوهَا فِي رُكُوعِكُمْ فَلَمَّا نَزَلَتْ { سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى } قَالَ اجْعَلُوهَا فِي سُجُودِكُمْ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى أَوْ مُوسَى بْنِ أَيُّوبَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ بِمَعْنَاهُ زَادَ قَالَ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَكَعَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثًا وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثًا قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذِهِ الزِّيَادَةُ نَخَافُ أَنْ لَا تَكُونَ مَحْفُوظَةً قَالَ أَبُو دَاوُد انْفَرَدَ أَهْلُ مِصْرَ بِإِسْنَادِ هَذَيْنِ الْحَدِيثَيْنِ حَدِيثِ الرَّبِيعِ وَحَدِيثِ أَحْمَدَ بْنِ يُونُسَ

Telah menceritakan kepada kami Ar Rabi bin Nafi Abu Tsaubah dan Musa bin Isma'il sedangkan maksud haditsnya sama keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mubarrak dari Musa. Abu Salamah Musa bin Ayyub mengatakan; dari pamannya dari Uqbah bin Amir dia berkata; Ketika turun; FASABBIH BISMIRABBIKAL ADZIIM (maka sucikanlah dengan nama Rabbmu yang Maha Agung). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jadikanlah ia sebagai bacaan ruku kalian. dan ketika turun; SABBIHISMA RABBIKAL A LA (Sucikanlah dengan nama Rabbmu yang Maha tinggi) maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jadikanlah ia sebagai bacaan sujud kalian. telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Al Laits yaitu Ibnu Sa d dari Ayyub bin Musa atau Musa bin Ayyub dari seorang laki-laki dari Kaumnya dari Uqbah bin Amir dengan makna yang sama dia menambahkan; Uqbah berkata; Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ruku beliau mengucapkan; Subhaana rabbiyal azhiim wa bihamdihi (Maha suci Rabbku yang Maha Agung dengan pujian-Nya) sebanyak tiga kali dan apabila sujud beliau mengucapkan; Subhaana rabbiyal a'la wa bihamdih (Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi dengan segala pujian-Nya) sebanyak tiga kali. Abu Daud mengatakan; Saya khawatir tambahan ini tidak dari tambahan yang benar-benar terjaga (kebenarannya). Abu Daud mengatakan; Penduduk Mesir meriwayatkan dengan periwayatan tunggal mengenai dua isnad hadits ini yaitu hadits Rabi dan hadits Ahmad bin Yunus.

Pada HR. Abu Daud tersebut, Abu Daud meragukan tambahan bacaan tersebut, namun bacaan tersebut diperkuat dengan hadis Hudzaifah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tersebut di atas.
Hadis Hudzaifah tersebut diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad - Bab : Sisa Musnad Sahabat Anshar,

Bacaan Ruku' Versi 2.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika allahummaghfirlii.

Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku

Bacaan tersebut sebagaimana hadis 'Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan :

حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin 'Umar berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Manshur dari Abu Adl Dluha dari Masruq dari 'Aisyah ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika allahummaghfirlii (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) '.

Bacaan Ruku' Versi 3.

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Subbūḥun Quddūs, Rabbul-malā’ikati war-rūḥ.

Mahasuci, Maha Qudus, Rabb malaikat dan ruh.

Dibaca 3 kali

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Aisyah radhiyallahu'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat :

قَتَادَةَ عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ أَنَّ عَائِشَةَ نَبَّأَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَخْبَرَنِي قَتَادَةُ قَالَ سَمِعْتُ مُطَرِّفَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَحَدَّثَنِي هِشَامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا الْحَدِيثِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr al-'Abdi telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abi 'Arubah dari Qatadah dari Mutharrif bin Abdullah bin asy-Syikhkhir bahwa Aisyah radhiyallahu'anhu memberitahukannya bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dahulu berdoa dalam rukuk dan sujudnya, Mahasuci, Maha Qudus, Rabb malaikat dan ruh. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abu Dawud telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepadaku Qatadah dia berkata, Saya mendengar Mutharrif bin Abdullah bin asy-Syikhkhir, Abu Dawud berkata, dan telah menceritakan kepadaku Hisyam dari Qatadah dari Mutharrif dari Aisyah radhiyallahu'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam dengan hadits ini.

Bacaan Ruku' Versi 4.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ

Subhaana rabbiyal 'azhiim.

Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung.

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Hudzaifah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar :

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ جَرِيرٍ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ الْمُسْتَوْرِدِ بْنِ الْأَحْنَفِ عَنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa' hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung). Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Maha Mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya). Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL A'LAA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU (Allah Maha Mendengar akan orang yang memuji-Nya, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji).

Larangan Membaca Al-Qur'an Ketika Ruku'.

Ketika kita sedang rukuk, kita tidak diperbolehkan membaca Al-Quran. Larangan ini terdapat dalam hadis-hadis sebagai berikut :

1.
Hadis Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat.

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ سُحَيْمٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّتَارَةَ وَالنَّاسُ صُفُوفٌ خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلَّا الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ أَلَ ا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ سُحَيْمٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّتْرَ وَرَأْسُهُ مَعْصُوبٌ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلَّا الرُّؤْيَا يَرَاهَا الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ تُرَى لَهُ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ سُفْيَانَ

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dan Abu Bakar bin Abi Syaibah serta Zuhair bin Harb mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah telah mengabarkan kepadaku Sulaiman bin Suhaim dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad dari Bapaknya dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam membuka tirai penutup, sedangkan manusia bershaf-shaf di belakang Abu Bakar, maka beliau bersabda, 'Wahai manusia, tidak tersisa dari pemberi kabar kenabian melainkan mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya. Ketahuilah, aku dilarang untuk membaca al-Qur'an dalam keadaan rukuk atau sujud. Adapun rukuk maka agungkanlah Rabb azza wa jalla, sedangkan sujud, maka berusahalah bersungguh-sungguh dalam doa, sehingga layak dikabulkan untukmu'. Abu Bakar berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Sulaiman telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ja'far telah mengabarkan kepadaku Sulaiman bin Suhaim dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad bin Abbas dari Bapaknya dari Abdullah bin Abbas dia berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam membuka tirai penutup, sedangkan kepalanya diikat, itu terjadi ketika sakitnya yang menyebabkan wafatnya, lalu beliau bersabda, 'Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan, -beliau ulang tiga kali- sesungguhnya tidak tersisa dari pemberi kabar kenabian melainkan mimpi yang baik, yang dilihat oleh seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya'. Kemudian beliau menyebutkan seperti hadits Sufyan.

2.
Hadis Ibnu Abbas tersebut juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi dalam Sunan Ad-Darimi - Bab : Kitab Shalat sebagai berikut :

أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ سُحَيْمٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ وَأَنَا رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Hassan telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dan Isma'il bin Ja far dari Sulaiman bin Suhaim dari Ibraihim bin Abdullah bin Ma bad bin Abbas dari Bapaknya dari Ibnu Abbas ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya aku dilarang untuk membaca Al Qur an ketika sedang rukuk atau sujud. Jika rukuk maka agungkanlah Tuhan kalian dan jika sujud maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa karena lebih memungkinkan dikabulkan doa kalian.

Asy-Syafi'i berkata: Saya tidak senang sekiranya seseorang membaca Al Qur' an dalam posisi ruku atau sujud, karena ada larangan dari Rasulullah dan bahwa keduanya bukan merupakan tempat membaca Al Qur'an. ) Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid 2, hal. 261.

I'tidāl adalah posisi berdiri tegak setelah rukuk, sebelum sujud.
Apabila seseorang selesai dari ruku', hendaklah ia mengangkat kepalanya dan I'tidal dengan disertai Thuma'ninah hingga tiap anggota tubuh kembali pada tempatnya masing-masing. ) 1. Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 76. Perlu diperhatikan dalam masalah I'tidal ini bahwa harus tuma'ninah, yaitu sampai benar-benar telah berdiri tegak secara sempurna, hal ini sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah kepada seoran laki-laki ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا "lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak" yang diriwayatkan oleh Bukhari tersebut di bawah ini.

Hadits Tentang I'tidal

1.
HR. Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari Bapaknya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke masjid, lalu ada juga seorang laki-laki masuk Masjid dan langsung shalat kemudian memberi salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau menjawab dan berkata kepadanya, Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat! Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi kemudian datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan memberi salam. Namun Beliau kembali berkata: Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat! Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata, Demi Dzat yang mengutus Tuan dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarkkanlah aku! Beliau lantas berkata: Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qur'an kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak , lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (rakaat) mu.

2.
HR. Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan,

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah mengabarkan kepadaku Yahya bin Sa'id dari 'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqburi dari Bapaknya dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk ke dalam Masjid dan shalat, kemudian orang itu datang dan memberi salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab salamnya kemudian bersabda: Kembali dan ulangilah shalatmu, karena kamu belum shalat! Orang itu kemudian mengulangi shalat dan kembali datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil memberi salam. Namun beliau kembali bersabda: Kembali dan ulangilah shalatmu karena kamu belum shalat! Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali dan akhirnya, sehingga ia berkata, Demi Dzat yang mengutus tuan dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarilah aku. Beliau pun bersabda: Jika kamu mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al Qur'an. Kemudian rukuklah hingga benar-benar rukuk dengan tenang, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak , setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh shalat (rakaat) mu.

3.
HR. Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat.

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّلَامَ قَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ الرَّجُلُ فَصَلَّى كَمَا كَانَ صَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْكَ السَّلَامُ ثُمَّ قَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ الرَّجُلُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا عَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَا حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاحِيَةٍ وَسَاقَا الْحَدِيثَ بِمِثْلِ هَذِهِ الْقِصَّةِ وَزَادَا فِيهِ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Ubaidullah dia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abi Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memasuki sebuah masjid, lalu seorang laki-laki masuk, lalu shalat, kemudian dia datang, lalu mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membalas salamnya seraya berkata, 'Kembalilah, lalu shalatlah, karena kamu belum shalat. Lalu laki-laki tersebut kembali, lalu shalat sebagaimana sebelumnya dia shalat, kemudian mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya mengucapkan salam kepada beliau. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu' kemudian beliau bersabda lagi, 'Kembalilah dan shalatlah lagi, karena kamu belum shalat', hingga dia melakukan hal tersebut tiga kali. Lalu laki-laki tersebut berkata, 'Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik selain daripada ini, ajarkanlah kepadaku.' Beliau bersabda, 'Apabila kamu mendirikan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah sesuatu yang mudah dari al-Qur'an, kemudian ruku'lah hingga bertuma'ninah dalam keadaan ruku'. Kemudian angkatlah (kepalamu dari ruku') hingga lurus berdiri , kemudian sujudlah hingga bertuma'ninah dalam keadaan sujud, kemudian angkatlah hingga bertuma'ninah dalam duduk, kemudian lakukan hal tersebut dalam shalatmu semuanya'. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dan Abdullah bin Numair --lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku dia berkata, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah dari Sa'id bin Abi Sa'id dari Abu Hurairah 'bahwa seorang laki-laki masuk masjid, lalu mendirikan shalat sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di suatu sudut masjid, ' lalu dia membawakan hadits seperti kisah ini, dan dia menambahkan, 'Apabila kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah'.

4.
HR. Abu Daud dalam Sunan Abu Daud - Bab : Shalat.

حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ حَدَّثَنَا أَنَسٌ يَعْنِي ابْنَ عَيَّاضٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ وَهَذَا لَفْظُ ابْنِ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ الرَّجُلُ فَصَلَّى كَمَا كَانَ صَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْكَ السَّلَامُ ثُمَّ قَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مِرَارٍ فَقَالَ الرَّجُلُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ اجْلِسْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا قَالَ الْقَعْنَبِيُّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَقَالَ فِي آخِرِهِ فَإِذَا فَعَلْتَ هَذَا فَقَدْ تَمَّتْ صَلَاتُكَ وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَإِنَّمَا انْتَقَصْتَهُ مِنْ صَلَاتِكَ وَقَالَ فِيهِ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ عَمِّهِ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَذَكَرَ نَحْوَهُ قَالَ فِيهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَا تَتِمُّ صَلَاةٌ لِأَحَدٍ مِنْ النَّاسِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ فَيَضَعَ الْوُضُوءَ يَعْنِي مَوَاضِعَهُ ثُمَّ يُكَبِّرُ وَيَحْمَدُ اللَّهَ جَلَّ وَعَزَّ وَيُثْنِي عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ بِمَا تَيَسَّرَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَرْكَعُ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ ثُمَّ يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَائِمًا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَسْجُدُ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِدًا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَسْجُدُ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ فَيُكَبِّرُ فَإِذَا فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ تَمَّتْ صَلَاتُهُ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ وَالْحَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ قَالَا حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ بِمَعْنَاهُ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهَا لَا تَتِمُّ صَلَاةُ أَحَدِكُمْ حَتَّى يُسْبِغَ الْوُضُوءَ كَمَا أَمَرَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَيَغْسِلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ وَيَمْسَحَ بِرَأْسِهِ وَرِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثُمَّ يُكَبِّرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَيَحْمَدَهُ ثُمَّ يَقْرَأَ مِنْ الْقُرْآنِ مَا أَذِنَ لَهُ فِيهِ وَتَيَسَّرَ فَذَكَرَ نَحْوَ حَدِيثِ حَمَّادٍ قَالَ ثُمَّ يُكَبِّرَ فَيَسْجُدَ فَيُمَكِّنَ وَجْهَهُ قَالَ هَمَّامٌ وَرُبَّمَا قَالَ جَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ وَتَسْتَرْخِيَ ثُمَّ يُكَبِّرَ فَيَسْتَوِيَ قَاعِدًا عَلَى مَقْعَدِهِ وَيُقِيمَ صُلْبَهُ فَوَصَفَ الصَّلَاةَ هَكَذَا أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ حَتَّى تَفْرُغَ لَا تَتِمُّ صَلَاةُ أَحَدِكُمْ حَتَّى يَفْعَلَ ذَلِكَ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ عَنْ خَالِدٍ عَنْ مُحَمَّدٍ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ بِهَذِهِ الْقِصَّةِ قَالَ إِذَا قُمْتَ فَتَوَجَّهْتَ إِلَى الْقِبْلَةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ وَبِمَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَقْرَأَ وَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ وَقَالَ إِذَا سَجَدْتَ فَمَكِّنْ لِسُجُودِكَ فَإِذَا رَفَعْتَ فَاقْعُدْ عَلَى فَخِذِكَ الْيُسْرَى حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَلَّادِ بْنِ رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذِهِ الْقِصَّةِ قَالَ إِذَا أَنْتَ قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَكَبِّرْ اللَّهَ تَعَالَى ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ عَلَيْكَ مِنْ الْقُرْآنِ وَقَالَ فِيهِ فَإِذَا جَلَسْتَ فِي وَسَطِ الصَّلَاةِ فَاطْمَئِنَّ وَافْتَرِشْ فَخِذَكَ الْيُسْرَى ثُمَّ تَشَهَّدْ ثُمَّ إِذَا قُمْتَ فَمِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى تَفْرُغَ مِنْ صَلَاتِكَ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ مُوسَى الْخُتَّلِيُّ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنِي ابْنَ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلَّادِ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَصَّ هَذَا الْحَدِيثَ قَالَ فِيهِ فَتَوَضَّأْ كَمَا أَمَرَكَ اللَّهُ جَلَّ وَعَزَّ ثُمَّ تَشَهَّدْ فَأَقِمْ ثُمَّ كَبِّرْ فَإِنْ كَانَ مَعَكَ قُرْآنٌ فَاقْرَأْ بِهِ وَإِلَّا فَاحْمَدْ اللَّهَ وَكَبِّرْهُ وَهَلِّلْهُ وَقَالَ فِيهِ وَإِنْ انْتَقَصْتَ مِنْهُ شَيْئًا انْتَقَصْتَ مِنْ صَلَاتِكَ

Telah menceritakan kepada kami Al Qa nabi telah menceritakan kepada kami Anas yaitu Ibnu Ayyadl. Dan diriwayatkan dari jalur lain telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna telah menceritakan kepadaku Yahya bin Sa'id dari Ubaidullah sedangkan lafadz hadits ini berasal dari Al Mutsanna telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masuk masjid bersamaan dengan itu seorang laki-laki masuk masjid lalu shalat seusai shalat dia datang sambil memberi salam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab salamnya dan bersabda: Kembali dan shalatlah karena kamu belum mengerjakan shalat. laki-laki itu kembali mengerjakan shalat sebagaimana ia shalat kemudian dia datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan memberi salam kepada beliau maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab salamnya sabdanya; Alaikas salam. kemudian bersabda: Shalatlah kamu sesungguhnya kamu belum mengerjakan shalat. hal itu di ulanginya sampai tiga kali. Laki-laki itu berkata; Demi dzat yang telah mengutus-Mu dengan kebenaran aku tidak dapat mengerjakan yang lebih baik selain cara ini oleh karena itu ajarilah aku. Beliau bersabda: Apabila kamu hendak mengerjakan shalat bertakbirlah kemudian bacalah ayat Al Qur an yang mudah bagimu lalu ruku lah hingga kamu benar-benar (tenang) dalam posisi ruku setelah itu bangkitlah sampai berdiri lurus kembali kemudian sujudlah hingga benar-benar dalam posisi sujud lalu duduklah hingga benar-benar dalam posisi duduk lalu sujud kembali hingga benar-benar sujud kemudian lakukanlah hal itu di setiap shalatmu. Al Qa nabi mengatakan; dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah … di akhir haditsnya ia mengatakan; Jika kamu melakukan seperti ini maka shalatmu menjadi sempurna dan apabila kamu mengurangi dari cara ini berarti kesempurnaan shalatmu juga akan terkurangi. Dalam hadits ini juga di sebutkan; Apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka sempurnakanlah wudlu mu. Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Ali bin Yahya bin Khallad dari pamannya bahwa seorang laki-laki masuk masjid… selanjutnya dia melanjutkan seperti hadits di atas lalu dia berkata; Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang sehingga dia berwudlu yaitu membasuh anggota wudlu nya (dengan sempurna) kemudian bertakbir memuji Allah Jalla wa Azza menyanjung-Nya dan membaca AL Qur an yang mudah baginya. Setelah itu mengucapkan Allahu Akbar kemudian ruku sampai tenang semua persendiannya lalu mengucapkan Sami allahu liman hamidah sampai berdiri lurus kemudian mengucapkan Allahu Akbar lalu sujud sehingga semua persendiannya tenang. Setelah itu mengangkat kepalanya sambil bertakbir. Apabila dia telah mengerjakan seperti demikian maka shalatnya menjadi sempurna. Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abdul Malik dan Hajjaj bin Minhal keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Hammam telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Ali bin Yahya bin Khallad dari ayahnya dari pamannya yaitu Rifa ah bin Rafi dengan makna yang sama dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak sempurna shalat salah seorang dari kalian sehingga dirinya menyempurnakan wudlu sebagaimana yang di perintahkan Allah Azza wa Jalla yaitu membasuh mukanya dan kedua tangannya sampai kedua sikunya dan membasuh kepalanya dan kedua kakinya hingga kedua mata kakinya kemudian mengucapkan takbir memuji Allah dan membaca Al Qur an yang mudah baginya… kemudian ia menyebutkan seperti haditsnya Hammad katanya; …Kemudian bertakbir bersujud dengan meletakkan muka -Hammam mengatakan; sepertinya dia mengatakan- atau keningnya ke tanah sehingga semua persendiannya tenang dan menjadi rileks lalu bertakbir dan duduk pada tempat duduknya hingga lurus tulang punggungnya maka beliau mempraktekkan cara shalat tersebut hingga empat kali sampai selesai tidak sempurna shalat seseorang di antara kalian sehingga ia mengerjakan cara shalat yang seperti ini. telah menceritakan kepada kami Wahb bin Baqiyah dari Khalid dari Muhammad yaitu Ibnu Amru dari Ali bin Yahya bin Khallad dari ayahnya dari Rifa ah bin Rafi dengan kisah seperti ini sabdanya: Apabila kamu hendak mengerjakan shalat dan wajahmu telah menghadap ke arah kiblat maka bertakbirlah lalu bacalah Ummul Qur an dan surat sesuka hatimu dan sesuai kehendak Allah untuk kamu baca apabila kamu ruku maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu dan hamparkanlah punggungmu. Setelah itu beliau bersabda: Apabila kamu hendak sujud maka kuatkanlah (kedua tangan) untuk menyangga sujudmu dan apabila kamu mengangkat (kepala dari sujud) maka duduklah di atas pahamu yang kiri. Telah menceritakan kepada kami Mu ammal bin Hisyam telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Muhammad bin ishaq telah menceritakan kepadaku Ali bin Yahya bin Khallad bin Rafi dari ayahnya dari pamannya yaitu Rifa ah bin Rafi dari Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan kisah seperti ini beliau bersabda: Apabila kamu hendak mengerjakan shalat bertakbirlah kepada Allah Ta ala kemudian bacalah Al Qur an yang mudah bagimu. -dalam hadits tersebut beliau juga bersabda- Apabila kamu duduk di tengah mengerjakan shalat maka tenangkanlah dirimu dan duduklah di atas paha kirimu kemudian bacalah tasyahud. Setelah itu apabila kamu berdiri kerjakanlah seperti itu pula sehingga kamu selesai dari shalat. Telah menceritakan kepada kami Abbad bin Musa Al Khuttali telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja far telah mengabarkan kepadaku Yahya bin Ali bin Yahya bin Khallad bin Rafi Az Zuraqi dari ayahnya dari kakeknya dari Rifa ah bin Rafi bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam -lalu di ceritakannya hadits tersebut di antaranya beliau bersabda: Maka berwudlu lah sebagaimana yang di perintahkan oleh Allah Jalla wa Azza kepadamu kemudian bacalah Tasyahud (setelah wudlu) dan dirikanlah (shalat) kemudian bertakbirlah jika kamu bisa membaca (hafal) dari surat Al Qur an maka bacalah jika tidak (bisa membaca) maka bertahmid (membaca Al Hamdulillah) bertakbir (membaca Allahu Akbar) dan bertahlil (membaca Laa ilaaha illallah) lah kepada Allah. -dalam hadits itu pula beliau bersabda; …Jika kamu mengurangi sedikit dari cara tersebut berarti kamu mengurangi (kesempurnaan) shalatmu.

5.
HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad - Bab : Sisa Musnad Sahabat Yang Banyak Meriwayatkan Hadits.

حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ دَخَلَ رَجُلٌ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَ فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ubaidillah telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abi Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah berkata; Seorang laki-laki memasuki masjid lalu shalat, kemudian ia menemui Nabi shallallahu alaihi wasallam seraya mengucapkan salam kepadanya, beliau kemudian menjawabnya dan bersabda: ulangi dan shalatlah, karena sesungguhnya kamu belum shalat, lalu ia pun kembali, dan ia melakukan seperti semula sampai tiga kali, Abu Hurairah berkata; laki-laki itu kemudian berkata; Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari ini, maka ajarilah aku, beliau bersabda: Jika kamu berdiri untuk shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al qur'an, lalu ruku lah hingga engkau tenang dalam ruku mu, kemudian angkatlah hingga engkau berdiri tegak , lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu, lalu angkatlah hingga engkau duduk dengan tenang dan lakukanlah hal tersebut dalam shalatmu.

6.
HR. Nasa'i dalam Sunan An-Nasa´i - Bab : Iftitah (Pembukaan).

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ فَصَلَّى كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْكَ السَّلَامُ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ الرَّجُلُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya dia berkata; Ubaidullah bin Umar dia berkata; telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasululluh Shallallahu alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, lalu ada seorang laki-laki yang ikut masuk kemudian shalat. Setelah itu ia datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu alihiwasallam dan beliau Shallallahu alaihi wasallam membalas salamnya sambil berkata, Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat! la lalu kembali lagi dan mengulangi shalatnya seperti shalat pertamanya. Kemudian ia datang lagi kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan mengucapkan salam kepada beliau Shallallahu alihiwasallam dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkata, Wa alaikas-salam. Kembali dan ulangi lagi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat! Lalu orang tersebut shalat seperti itu sampai tiga kali. Setelah itu orang tersebut berkata, Demi Dzat yang mengutus engkau dengan membawa kebenaran, aku tidak bisa shalat lebih baik lagi dari yang seperti ini, maka ajarilah aku! Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam lalu bersabda: Jika kamu telah berdiri untuk shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah A! Qur an yang mudah bagimu. Kemudian ruku lah hingga kamu tenang (thuma ninah) dalam rukumu dan bangkitlah dari ruku hingga kamu berdiri tegak . Lalu sujudlah kamu hingga kamu tenang (thuma ninah) dalam sujudmu, dan bangkitlah dari sujud hingga kamu tenang (Thuma ninah) dalam keadaan duduk. Kerjakanlah semua hal tersebut pada setiap shalatmu.

7.
HR. Ibnu Majjah dalam Sunan Ibnu Majjah - Bab : Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاحِيَةٍ مِنْ الْمَسْجِدِ فَجَاءَ فَسَلَّمَ فَقَالَ وَعَلَيْكَ فَارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ وَعَلَيْكَ فَارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ بَعْدُ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ فَعَلِّمْنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَاعِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Ubaidullah bin Umar dari Sa'id bin Abu Sa'id dari Abu Hurairah berkata, Seorang laki-laki masuk ke dalam masjid dan shalat, sementara Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berada di sudut masjid. laki-laki itu kemudian datang seraya mengucapkan salam, tetapi Nabi bersabda: Kembali dan shalatlah, sebab engkau belum shalat. Laki-laki itu pun kembali shalat, lalu kembali menemui beliau dan mengucapkan shalat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Kembali dan shalatlah, sebab engkau belum shalat. Dan pada kali ketiganya ia berkata, Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku. Beliau bersabda: Jika engkau shalat maka sempurnakanlah wudlu dan menghadaplah ke arah kiblat. Kemudian takbir dan bacalah ayat al Qur an yang mudah menurut kamu, kemudian rukuklah hingga engkau tenang, kemudian berdirilah hingga engkau tegak berdiri , kemudian sujudlah hingga engkau tenang, kemudian angkatlah kepalamu hingga engkau tegak duduk. Dan lakukanlah hal seperti dalam semua shalatmu.

Hukum I'tidal.

I'tidal adalah rukun shalat, dan tanpanya shalat tidak sah." Pendapat ini dikemukakan oleh Ahmad, Daud, dan mayoritas ulama.
Abu Hanifah berpendapat, "I'tidal wajib, bahkan bila langsung sujud selepas ruku, hukumnya sah." Dua pendapat diriwayatkan dari Malik, sama seperti dua pendapat ini. Pendapat ini disandarkan pada firman Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu. " (Qs. Al Hajj [22]: 77) Sementara sahabat-sahabat kami berhujjah dengan hadits tentang orang yang shalat secara tidak baik, dan ayat itu tidak kontradiktif dengan hadits ini. Juga berhujjah dengan sabda Nabi SAW: صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي “\"Shalatlah kalian sebagaimana kamu melihat aku shalat." ) 2. Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i. Jilid 3, hal. 813. (Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i. Jilid 3, hal. 813.)

Berdasarkan hal tersebut maka dapa diketahui bahwa terdapat perbedaan pendapat tentang hukum i'tidal sebagai berikut :
Pendapat Pertama
I'tidal adalah rukuk shalat sehingga harus dikejakan karena tanpa I'tidal maka shalatnya menjadi tidak sah.
Pendapat Kedua
I'tidal bukan merupakan rukum shalat tetapi wajib shalat sehingga tanpa I'tidal shalatnya tetap sah.

Meskipun terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama dimana ada yang mengatakan i'tidal adalah rukun shalat dan juga ada yang mengatakan bahwa I'tidak adalah wajib shalat sehingga jika tidak i'tidal shalatnya tetap sah, artinya disini i'tidak bukan merupakan rukun shalat. Namun mengigat :

1.
Nabi Muhammad memerintahkan untuk shalat sebagaimana Nabi Muhammad shalat sebagaimana dalam hadis Abu Sulaiman Malik bin Al Huwairits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adab :

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Isma'il telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Abu Sulaiman Malik bin Al Huwairits dia berkata; Kami datang kepada Nabi Shallallahu'alaihi wasallam sedangkan waktu itu kami adalah pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam. Beliau mengira kalau kami merindukan keluarga kami, maka beliau bertanya tentang keluarga kami yang kami tinggalkan. Kami pun memberitahukannya, beliau adalah seorang yang sangat penyayang dan sangat lembut. Beliau bersabda: Pulanglah ke keluarga kalian. Tinggallah bersama mereka dan ajari mereka serta perintahkan mereka dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat. Jika telah datang waktu shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan yang paling tua dari kalian hendaknya menjadi imam kalian'.

2.
Nabi Muhammad melakukan I'tidal

Hal ini dapat kita temukan pada hadis Abdullah bin 'Umar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan, sebagai berikut :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ فِي الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ حِينَ يُكَبِّرُ لِلرُّكُوعِ وَيَفْعَلُ ذَلِكَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ وَيَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَلَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah berkata, telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Salim bin 'Abdullah dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma berkata, Aku melihat jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan pundaknya. Beliau melakukan seperti itu ketika takbir untuk rukuk dan bangkit dari rukuk dengan mengangkat kepalanya sambil mengucapkan: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya)'. Namun beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud.

Maka sudah sepatutnya kita mengikuti Nabi Muhammad melakukan I'tidal.

Bacaan I'tidal

Pada kegiatan I'tital ini ada 2 (dua) bacaan yaitu :

1.
Tasmi’ (التَّسْمِيع )

Tasmi’ berasal dari kata samia’ (mendengar). Dalam konteks i’tidal, tasmi’ adalah ucapan "سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ " ("Sami'allahu liman hamidah") yang diucapkan oleh imam atau orang yang shalat sendiri ketika bangkit dari rukuk.

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami‘allāhu liman ḥamidah.
"Allah mendengar orang yang memuji-Nya."

Bacaan, سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ diucapkan saat mulai mengangkat kepala dan berakhir bersamaan dengan berakhimya mengangkat kepala. Dalam keadaan itu, hendaklah seseorang mengangkat kedua tangannya. ) 3. Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 76 (Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 76)

2.
Tahmid (االتَّحْمِيد )

Tahmid adalah ucapan pujian kepada Allah, yaitu "رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ " ("Rabbana wa lakal-hamd") yang dibaca oleh makmum, imam, dan orang yang shalat sendiri setelah bangkit sempurna dari rukuk.

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Rabbana lakal-ḥamdu
"Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji."

Terdapat beberapa bacaan tahmid sebagaimana diuraikan di bawah ini yang semuanya sah dan boleh diamalkan.

Bacaan Tahmid Versi 1.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Allāhumma Rabbana lakal-ḥamdu.

"Ya Allah, Tuhan kami, bagi-Mu segala puji."

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Tafsir Al Quran :

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad Telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab dari Sa'id bin Al Musayyab dan Abu Salamah bin 'Abdur Rahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika ingin mendoakan kecelakaan kepada seseorang atau berdoa keselamatan kepada seseorang beliau selalu qunut setelah rukuk. Kira-kira ia berkata; Jika beliau mengucapkan: SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH, beliau berdoa: Wahai Rabb kami bagi-Mu segala pujian, Ya Allah selamatkanlah Al Walid bin Al Walid, salamah bin Hisyam, dan 'Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Ya Allah keraskanlah hukuman-Mu atas Mudlar, dan timpakanlah kepada mereka tahun-tahun paceklik sebagaimana tahun-tahun pada masa Yusuf. -beliau mengeraskan bacaan tersebut, - beliau juga membaca pada sebagian shalat yang lainnya, beliau membaca pada shalat subuh: Ya Allah, laknatlah si fulan dan si fulan dari penduduk arab. Sampai akhirnya Allah Azza Wa Jalla mewahyukan kepada beliau: Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim (Ali Imran: 128).

Bacaan Tahmid Versi 2.

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

Rabbana wa lakal-ḥamdu

Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Imam Shahih Bukhari - Bab : Adzan :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكِبَ فَرَسًا فَصُرِعَ عَنْهُ فَجُحِشَ شِقُّهُ الْأَيْمَنُ فَصَلَّى صَلَاةً مِنْ الصَّلَوَاتِ وَهُوَ قَاعِدٌ فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ قُعُودًا فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ الْحُمَيْدِيُّ قَوْلُهُ إِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا هُوَ فِي مَرَضِهِ الْقَدِيمِ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا وَالنَّاسُ خَلْفَهُ قِيَامًا لَمْ يَأْمُرْهُمْ بِالْقُعُودِ وَإِنَّمَا يُؤْخَذُ بِالْآخِرِ فَالْآخِرِ مِنْ فِعْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari mengendarai kudanya lalu terjatuh dan terhempas pada bagian lambungnya yang kanan. Karena sebab itu beliau pernah melaksanakan shalat sambil duduk di antara shalat-shalatnya. Maka kamipun shalat di belakang Beliau dengan duduk. Ketika selesai Beliau bersabda: Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti, jika ia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri. Jika ia rukuk maka rukuklah kalian, jika ia mengangkat kepalanya maka angkatlah kepala kalian. Dan jika ia mengucapkan SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah merndengar orang yang memuji-Nya) ', maka ucapkanlah; RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian) '. Dan jika ia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri, dan jika ia shalat dengan duduk maka shalatlah kalian semuanya dengan duduk. Abu 'Abdullah berkata, Al Humaidi ketika menerangkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam 'Dan bila dia shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan duduk' dia berkata, Kejadian ini adalah saat sakitnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di waktu yang lampau. Kemudian setelah itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat dengan duduk sedangkan orang-orang shalat di belakangnya dengan berdiri, dan beliau tidak memerintahkan mereka agar duduk. Dan sesungguhnya yang dijadikan ketentuan adalah berdasarkan apa yang paling akhir dan terakhir dari perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Bacaan Tahmid Versi 3.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

Allāhumma Rabbana wa lakal-ḥamd.

"Ya Allah, Tuhan kami, dan bagi-Mu segala puji."

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan :

حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ يُكَبِّرُ وَإِذَا قَامَ مِنْ السَّجْدَتَيْنِ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ

Telah menceritakan kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah berkata, Jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ', maka beliau melanjutkan dengan: 'RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) '. Jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam rukuk dan mengangkat kepalanya (dari sujud), beliau bertakbir, dan jika bangkit dari dua sujud (dua rakaat), beliau mengucapkan 'Allahu Akbar'.

Bacaan Tahmid Versi 4.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Allāhumma Rabbanā lakal-ḥamdu, mil’us-samāwāti, wa mil’ul-arḍi, wa mil’u mā shi’ta min shay’in ba‘du, ahla ath-tsanā’i wal-majdi, lā māni‘a limā a‘ṭayta, wa lā mu‘ṭiya limā mana‘ta, wa lā yanfa‘u ḏal-jaddi minka al-jaddu.

"Ya Allah, Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Engkaulah yang berhak mendapat pujian dan kemuliaan. Tidak ada yang dapat menahan apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan. Dan tidak berguna kekayaan dan kemuliaan bagi pemiliknya di hadapan-Mu."

Bacaan tersebut sebagaimana hadis al-Hakam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat :

و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ قَالَ غَلَبَ عَلَى الْكُوفَةِ رَجُلٌ قَدْ سَمَّاهُ زَمَنَ ابْنِ الْأَشْعَثِ فَأَمَرَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فَكَانَ يُصَلِّي فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَامَ قَدْرَ مَا أَقُولُ اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ قَالَ الْحَكَمُ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى فَقَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ يَقُولُا كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرُكُوعُهُ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ وَسُجُودُهُ وَمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ قَالَ شُعْبَةُ فَذَكَرْتُهُ لِعَمْرِو بْنِ مُرَّةَ فَقَالَ قَدْ رَأَيْتُ ابْنَ أَبِي لَيْلَى فَلَمْ تَكُنْ صَلَاتُهُ هَكَذَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ أَنَّ مَطَرَ بْنَ نَاجِيَةَ لَمَّا ظَهَرَ عَلَى الْكُوفَةِ أَمَرَ أَبَا عُبَيْدَةَ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ وَسَاقَ الْحَدِيثَ

Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Muadz al-Anbari telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari al-Hakam dia berkata, Seorang laki-laki (Mathar bin Najiyah) telah mengalahkan (penduduk) Kufah yang telah dia sebutkan namanya pada zaman Ibnu al-Asyats. Lalu dia memerintahkan Abu Ubaidullah bin Abdullah untuk shalat mengimami orang-orang. Dia pernah shalat, apabila dia mengangkat kepalanya dari rukuk maka dia berdiri selama waktu yang dibutuhkan olehku untuk membaca, 'AALLOOHUMMA ROBBANAA LAKAL HAMDU MILUS SAMAAWAATI WAL ARDHI, WAMILU MAA SYITA MIN SYAIIN BADU, AHLATS TSANAAI WAL MAJDI, LAA MAANI'A LIMAA A'THOITA WALAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDI, Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu wahai Dzat yang berhak dipuji dan diagungkan. Tidak ada penghalang untuk sesuatu yang Engkau beri, dan tidak ada pemberi untuk sesuatu yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat harta orang yang kaya dari adzabmu.' Al-Hakam berkata, 'Lalu aku menyebutkan hal tersebut kepada Abdurrahman bin Abi Laila seraya dia berkata, aku mendengar al-Bara' bin Azib berkata, 'Dahulu shalat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, dan rukuknya, dan apabila mengangkat kepalanya dari rukuk, sujudnya serta duduk antara dua sujud hampir memakan waktu yang sama.' Syu'bah berkata, 'Lalu aku menyebutkannya untuk Amru bin Murrah maka dia berkata, 'Aku telah melihat Ibnu Abi Laila, namun shalatnya tidak demikian'. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari al-Hakam bahwa Mathar bin Najiyah ketika menguasai Kufah maka dia memerintahkan Abu Ubaidah untuk mengimami manusia. Dan dia membawakan hadits tersebut.

Bacaan Tahmid Versi 5.

حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Ḥamdan katsīran ṭayyiban mubārakan fīh

Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Rifa'ah bin Rafi' Az Zuraqi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُجْمِرِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ الزُّرَقِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ قَالَ كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Nu'aim bin 'Abdullah Al Mujmir dari 'Ali bin Yahya bin Khallad Az Zuraqi dari Bapaknya dari Rifa'ah bin Rafi' Az Zuraqi berkata, Pada suatu hari kami shalat di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika mengangkat kepalanya dari rukuk beliau mengucapkan: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar punjian orang yang memuji-Nya) '. Kemudian ada seorang laki-laki yang berada di belakang beliau membaca; 'RABBANAA WA LAKAL HAMDU HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah) '. Selesai shalat beliau bertanya: Siapa orang yang membaca kalimat tadi? Orang itu menjawab, Saya. Beliau bersabda: Aku melihat lebih dari tiga puluh Malaikat berebut siapa di antara mereka yang lebih dahulu untuk menuliskan kalimat tersebut.

Apa Yang Dibaca Olah Imam, Makmum dan Munfarid (Orang yang shalat sendirian)

Imam dianjurkan untuk mengeraskan bacaan ketika akan melakukan I'tidal agar makmum bisa mendengarnya. Hal ini sebagaimana anjuran yang berlaku pada bacaan takbir. Alasannya, bacaan tersebut merupakan dizikir Intiqal (peralihan) dari rukun menuju rukun lain. Untuk itulah disunnahkan mengeraskan suara seperti saat takbir. ) 4. Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 79. Imam dianjurkan mengeraskan bacaan سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ agar makmum mendengar dan tahu peralihan gerakan imam. Dianjurkan pula imam melirihkan ucapan رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ , karena ucapan ini dilakukan pada saat i'tidal, maka dibaca lirih, sama seperti bacaan tasbih ketika ruku dan sujud. Sementara bagi makmum, dianjurkan melirihkan kedua ucapan ini, sama seperti melirihkan bacaan takbir. Bila makmum ingin menyampaikan peralihan gerakan imam pada makmum lain, seperti menyampaikan takbir imam, maka mengeraskan ucapan سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ , karena ucapan ini disyariatkan pada saat bangun dari ruku. Namun ucapan رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ tidak dibaca keras, karena ucapan ini disyariatkan pada saat i'tidal." ) 5. Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i. Jilid 3, hal. 812-813.

Ibnu Qadamah dalam kitab al-mughni mengatakan bahwa Imam dianjurkan untuk mengeraskan bacaan ketika akan melakukan i'tidal agar makmum bisa mendengarnya. Hal ini sebagaimana anjuran yang berlaku pada bacaan takbir. Alasannya, bacaan tersebut merupakan dizikir Intiqal (peralihan) dari rukun menuju rukun lain. Untuk itulah disunnahkan mengeraskan suara seperti saat takbir. ) 6. Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 79.)

Menurut Imam Asy-Syafi'i : Imam, makmum dan orang yang shalat sendirian saat mengangkat kepala dari ruku membaca سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ Setelah selesai membaca bacaan tersebut, dia menyusulinya dengan membaca رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ . Jika mau, dia boleh membaca اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ . ) 7. Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid 2, hal. 267.

Dari Uraian tersebut di atas dapat disarikan sebagai berikut :
Yang Harus Dibaca oleh Imam :

1.
Tasmi' سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Dianjutran diucapkan dengan keras agar makmum mendengar dan tahu peralihan gerakan imam.

2.
Tahmid' رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Setelah berdiri secara sempurna kemudian membaca dilanjutkan dengan membaca tahmid dengan lirih (suara pelan)
Tahmid yang dibaca boleh yang mana saja dari berbagai versi bacaan tahmid, tetapi begi imam dianjukan membacara yang ringkas.

Yang Harus Dibaca oleh Makmum :
1.
Tasmi' سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Dianjutran diucapkan dengan lirih.

2.
Tahmid' رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Setelah berdiri secara sempurna kemudian membaca dilanjutkan dengan membaca tahmid dengan lirih (suara pelan)
Tahmid yang dibaca boleh yang mana saja dari berbagai versi bacaan tahmid.

Yang Harus Dibaca oleh Munfaid (Orang Yang Shalat Sendirian) :
1.
Tasmi' سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Dianjutran diucapkan dengan lirih.

2.
Tahmid' رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Setelah berdiri secara sempurna kemudian membaca dilanjutkan dengan membaca tahmid dengan lirih (suara pelan)
Tahmid yang dibaca boleh yang mana saja dari berbagai versi bacaan tahmid.

Sujud atas tujuh anggota badan

Imam Asy-Syafi'i berkata: Saya senang sekiranya orang yang shalat memulai takbir dalam keadaan berdiri, lalu dia turun di tempatnya dalam keadaan sujud. Kemudian, yang pertama dia letakkan dari tubuhnya pada tanah adalah kedua lututnya, disusul kedua tangannya, disusul wajahnya. Jika dia meletakkan wajahnya sebelum kedua tangannya, atau kedua tangannya sebelum kedua lututnya, maka saya memakruhkannya, tetapi dia tidak harus mengulangi dan tidak pula melakukan sujud Sahwi. Dia harus bersujud pada tujuh anggota tubuhnya, yaitu wajah, dua telapak tangan, dua lutut, clan bagian depan dari dua telapak kakinya. ) 1. Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid 2, hal. 272.

Para ulama berpendapat bahwa sujud hendaklah dikerjakan dengan tujuh anggota badan; muka, kedua tangan, kedua lutut dan kedua ujung-ujung jemari telapak kaki, kesepakatan ini berdasarkan sebuah hadits Nabi SAW:

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ

Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh anggota badan. ) 2. Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Takhrij : Ahmad Abu Al Majd, Jilid 1, hal. 289.

Sujud dua kali pada setiap raka’at. Sekurang-kurang sujud adalah meletakan sebagian kening ke tempat șalat dalam keadaan terbuka. Sedangkan sujud yang paling sempurna adalah meletakan kedua tangan, lutut, telapak kaki dan kening beserta hidung ke tempat șalat. ) 3. Dr. H. Khoirul Abror, M.H., Fiqh Ibadah, hal. 80.

Hadits Tentang Sujud

1.
HR. Bukhari

أَخْبَرَنَا الصَّلْتُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا مَهْدِيٌّ عَنْ وَاصِلٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ رَأَى رَجُلًا لَا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَلَا سُجُودَهُ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ قَالَ وَأَحْسِبُهُ قَالَ لَوْ مُتَّ مُتَّ عَلَى غَيْرِ سُنَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah mengabarkan kepada kami Ash Shaltu bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami Mahdi dari Washil dari Abu Wa'il dari Hudzaifah, bahwa ia melihat seorang laki-laki tidak sempurna dalam rukuk dan sujudnya. Setelah orang itu selesai shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, Kamu belum shalat! Orang itu berkata, Aku rasa sudah cukup. Hudzaifah berkata lagi, Seandainya kamu meninggal, maka kamu meninggal dunia bukan di atas sunah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

2.
HR. Bukhari

أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ مُضَرَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ ابْنِ هُرْمُزَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَالِكٍ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ وَقَالَ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنُ رَبِيعَةَ نَحْوَهُ

Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Bakar bin Mudlar dari Ja'far bin Rabi'ah dari Ibnu Hurmuz dari 'Abdullah bin Malik bin Buhainah, bahwa jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau membentangkan kedua lengannya hingga tampak putih ketiaknya. Al Laits berkata, telah menceritakan kepadaku Ja'far bin Rabi'ah seperti itu.

Hadits Tentang Sujud Pada 7 Anggota Badan

1.
Shahih Bukhari - Bab : Adzan - Hadis No. : 770

حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ

Telah menceritakan kepada kami Mu'alla bin Asad berkata, telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari 'Abdullah bin Thawus dari Bapaknya dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhu, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud); kening -beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung- kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan tidak boleh menahan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud).

2.
Shahih Bukhari - Bab : Adzan - Hadis No. : 774

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَمْرٍو عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةٍ لَا أَكُفُّ شَعَرًا وَلَا ثَوْبًا

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari 'Amru dari Thawus dari Ibnu 'Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh anggota sujud, dan dilarang mengumpulkan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud).

3.
Shahih Muslim - Bab : Shalat - Hadis No. : 756

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ وَلَا أَكُفَّ ثَوْبًا وَلَا شَعْرًا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Muhammad, yaitu Ibnu Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Amru bin Dinar dari Thawus dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda, Aku diperintahkan untuk bersujud pada tujuh anggota badan, dan aku tidak melipat baju dan mengikat rambut.

4.
Shahih Muslim - Bab : Shalat - Hadis No. : 758

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ طَاوُسٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَلَا الشَّعْرَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Bahz telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Thawus dari Thawus dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda, Aku diperintahkan untuk bersujud pada tujuh anggota badan: kening -dan beliau menunjuk dengan tangannya pada hidungnya-, kedua tangannya, dan kedua kakinya, serta ujung kedua kedua telapak kakinya. Dan kami tidak melipat baju dan tidak pula mengikat rambut.

5.
Sunan Ad-Darimi - Bab : Kitab Shalat - Hadis No. : 1285

أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَيَحْيَى بْنُ حَسَّانَ قَالَا حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ الْجَبْهَةِ قَالَ وُهَيْبٌ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكُفَّ الثِّيَابَ وَلَا الشَّعَرَ

Telah mengabarkan kepada kami Muslim bin Ibrahim dan Yahya bin Hassan mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Wuhaib ia berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Thawus dari Ayahnya dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda: Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang; kening.. Wuhaib menyebutkan Beliau lalu menunjukkan dengan tangannya ke hidung kedua tangan kedua lutut dan ujung telapak kaki. Dan kami tidak menahan kain dan rambut.

6.
Musnad Imam Ahmad - Bab : Dari Musnad Bani Hasyim - Hadis No. : 2186

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ أَنْبَأَنِي طَاوُسٌ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةٍ وَلَا أَكُفَّ شَعَرًا وَلَا ثَوْبًا ثُمَّ قَالَ مَرَّةً أُخْرَى أُمِرَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعٍ وَلَا يَكُفَّ شَعَرًا وَلَا ثَوْبًا

Telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Syu'bah, Amru bin Dinar berkata; telah memberitakan kepadaku Thawus dari Ibnu Abbas, ia berkata; Aku diperintah untuk melakukan sujud di atas tujuh (anggota), serta tidak boleh melipat rambut dan tidak pula pakaian. Kemudian dia mengatakan sekali lagi, Nabi kalian shallallahu alaihi wasallam telah diperintahkan untuk sujud di atas tujuh (anggota), serta tidak boleh melipat rambut dan tidak pula pakaian.

7.
Musnad Imam Ahmad - Bab : Dari Musnad Bani Hasyim - Hadis No. : 2396

حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ قَالَ سَمِعْتُ طَاوُسًا يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ وَلَا أَكُفَّ شَعَرًا وَلَا ثَوْبًا وَقَالَ مَرَّةً أُخْرَى أُمِرَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ وَلَا يَكُفَّ شَعَرًا وَلَا ثَوْبًا

Telah menceritakan kepada kami Bahz telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Amru bin Dinar, ia berkata; aku mendengar Thawus menceritakan dari Ibnu Abbas; bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Aku diperintah untuk sujud di atas tujuh anggota (badan), juga tidak menahan (menyibukkan diri dengan) rambut dan tidak pula pakaian. Sesekali Ibnu Abbas berkata; Nabi kalian Shallallahu Alaihi Wasallah diperintah untuk sujud di atas tujuh anggota (badan), juga tidak menahan (menyibukkan diri dengan) rambut dan tidak pula pakaian.

8.
Sunan An-Nasa´i - Bab : Pelaksanaan - Hadis No. : 1084

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ وَيُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى وَالْحَارِثُ بْنُ مِسْكِينٍ قِرَاءَةً عَلَيْهِ وَأَنَا أَسْمَعُ وَاللَّفْظُ لَهُ عَنْ ابْنِ وَهْبٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةٍ لَا أَكُفَّ الشَّعْرَ وَلَا الثِّيَابَ الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ

Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Amr bin As-Sarh dan Yunus bin Abdul A la dan Al Harits bin Miskin telah dibacakan kepadanya yang saya mendengarnya, dan lafazhnya miliknya dari Ibnu Wahb dari Ibnu Juraij dari Abdullah bin Thawus dari bapaknya dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Aku diperintahkan sujud di atas tujuh anggota badan, tanpa mengikat rambut atau melipat baju, yaitu wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki.

9.
Sunan Ibnu Majjah - Bab : Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya - Hadis No. : 873

حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُعَاذٍ الضَّرِيرُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ وَحَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ

Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Mu adz Adl Dlarir berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dan Hammad bin Zaid dari Amru bin Dinar dari Thawus dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang.

Dari Uraian dan hadis-hadis tersebut di atas dapat disarikan bahwa sujud harus dukerjakan 7 (tujuh) anggota tubuh yaitu :

1.
Jabhah ( الجَبْهَةُ ) – Dahi Termasuk hidung, seperti ditunjukkan Rasulullah ﷺ dalam isyaratnya (hadis Ibnu 'Abbas HR. Bukhari).

Nabi ﷺ memberi isyarat ke hidung, menunjukkan bahwa dahi dan hidung harus menempel bersamaan di tanah saat sujud.
Ini adalah anggota yang paling utama dalam sujud karena posisinya yang tinggi, namun direndahkan dalam ibadah kepada Allah.

Permasalahan apakah dahi dan hidung harus menempel ke lantai atau boleh dahi saja atau hidung saja ?, terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama.
Para ulama juga bersepakat bahwa orang yang sujud dengan dahi dan hidung, berarti ia sudah melakukan sujud dengan wajahnya. Namun, mereka berbeda pendapat mengenai orang yang sujud dengan menggunakan salah satu dari dua anggota itu.
Asy-Syafi'i berkata: Seandainya seseorang sujud dengan sebagian keningnya, tidak seluruhnya, maka saya memakruhkannya, tetapi dia tidak wajib mengulangi karena dia telah dianggap bersujud dengan keningnya. Seandainya dia sujud dengan hidungnya saja, tidak dengan keningnya, maka tidak sah karena keninglah tempatnya sujud. Dia boleh sujud dengan hidung hanya karena hidung berhubungan dengan kening dan berdekatan. Seandainya dia sujud pada pelipisnya atau pada pipinya, maka sujudnya tidak sah, karena keninglah tempatnya sujud. Seandainya dia sujud dengan kepalanya tanpa menyentuhkan sedikit pun dari keningnya pada tanah, maka sujudnya tidak sah. Jika dia sujud dengan kepalanya tetapi ada sebagian dari keningnya yang menyentuh tanah, maka sujudnya sah, insya Allah. ) 4. Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid 2, hal.278.

-.
Imam Malik

apabila seseorang sujud dengan menggunakan dahi saja, maka sujud itu dibolehkan. Namun, jika sujud dengan hidung saja, maka itu tidak diperbolehkan.

-.
Abu Hanifah berpendapat bahwa hal di atas diperbolehkan.

-.
Imam Syafi'i berpendapat harus dengan seluruh anggota sujud.

Bagi ulama yang mewajibkan sebagian saja berkesimpulan bahwa sujud dengan menempelkan dahi atau hidung saja sudah dianggap cukup (sah). sedangkan bagi ulama yang berpendapat bahwa sujud itu cukup dengan menggunakan dahi, mereka membolehkan sujud dengan dahi, tetapi tidak membolehkan dengan hidung. ) 5. Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Takhrij : Ahmad Abu Al Majd, Jilid 1, hal. 290.

2.
Yadain ( الْيَدَيْنِ ) – Kedua telapak tangan

Kedua telapak tangan diletakkan rata di lantai sejajar dengan bahu atau telinga.
Jari-jari dirapatkan dan diarahkan ke kiblat.

3. Rukbatain ( الرُّكْبَتَيْنِ ) – Kedua lutut

Kedua lutut menempel ke tanah saat sujud.
Bagian ini menunjukkan kerendahan dan ketundukan di hadapan Allah.

4.
Athrāf al-Qadamayn (أَطْرَافُ القَدَمَيْنِ ) – Ujung jari-jari kedua kaki (menghadap kiblat)

Kedua ujung jari kaki (bagian depan telapak kaki) juga ditempelkan ke lantai saat sujud.
Jari-jari tersebut ditekuk dan diarahkan ke kiblat.

Takbir Ketika Sujud.

Dianjurkan bertakbir ketika sujud. Dianjurkan memperpanjang bacaan takbir mulai dari hendak turun hingga meletakkan dahi di tanah. ) 6. Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i., Jilid 3, hal. 818.

Tata Cara Sujud.

Dianjurkan meletakkan kedua lutut terlebih dahulu, kemudian kedua tangan, dahi, lalu hidung. Ini berdasarkan riwayat Wa'il bin Hujr RA, ia berkata, 'Ketika sujud Nabi SAW meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan, dan bila bangun beliau mengangkat kedua tangan sebelum kedua lutut'. Bila se~eorang meletakkan kedua tangan terlebih dahulu sebelum kedua lutut, maka hukumnya sah, namun ia meninggalkan tata cara yang dianjurkan. ) 7. Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i., Jilid 3, hal. 819.

-
Merenggangkan Tangan.

Hadis tentang merenggangkan tangan ketika sujud

1. Hadis Abdullah bin Malik Ibnu Buhainah Al Asadiy yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Perilaku Budi Pekerti Yang Terpuji.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ مُضَرَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَالِكٍ ابْنِ بُحَيْنَةَ الْأَسْدِيِّ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى نَرَى إِبْطَيْهِ قَالَ وَقَالَ ابْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا بَكْرٌ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ

Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah bercerita kepada kami Bakr bin Mudlar dari Ja'far bin Rabi'ah dari Al A'raj dari 'Abdullah bin Malik Ibnu Buhainah Al Asadiy berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila sujud, beliau merenggangkan kedua lengan beliau (dari badan) hingga kami lihat kedua ketiak beliau. Dia (Qutaibah) berkata; Dan berkata Ibnu Bukair telah bercerita kepada kami Bakr bin Mudlar -dengan redaksi-; (hingga nampak) putih kedua ketiak beliau (tidak ada bulu ketiaknya).

2. Hadis Maimunah binti alharits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat.

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَصَمِّ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ عَنْ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ خَوَّى بِيَدَيْهِ يَعْنِي جَنَّحَ حَتَّى يُرَى وَضَحُ إِبْطَيْهِ مِنْ وَرَائِهِ وَإِذَا قَعَدَ اطْمَأَنَّ عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim al-Hanzhali telah mengabarkan kepada kami Marwan bin Muawiyah al-Fazari dia berkata, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abdullah bin al-Ashamm dari Yazid bin al-Ashamm bahwasanya dia telah mengabarkan kepadanya dari Maimunah binti alharits, istri Nabi Shallallahu'alaihiwasallam dia berkata, Dahulu Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam apabila bersujud, maka beliau menjauhkan kedua tangannya, maksudnya merenggangkan tangan hingga terlihatlah putihnya kedua ketiaknya dari belakang. Dan apabila beliau duduk maka beliau tenang dengan bertumpu pada pahanya yang sebelah kanan.

Dari kedua hadis tersebut dapat disarikan sebagai berikut :

a.
خَوَّى بِيَدَيْهِ (khawwā biyadayhi)

Maksudnya menjauhkan atau merenggangkan tangan dari sisi tubuh.

b.
جَنَّحَ artinya membentangkan kedua tangan.

c.
يُرَى وَضَحُ إِبْطَيْهِ terlihat warna putih dari ketiaknya

Menunjukkan bahwa sujud beliau terbuka dan tidak menempelkan lengan ke tubuh.

Semuanya itu menunjukkan bahwa ketika sujud, lengan (siku hingga telapak) tidak menempel pada badan tetapi direnggangkan dari badan. Posisi ini menunjukkan kekhusyukan, ketenangan, dan kerapian gerakan.
Ini khusus untuk laki-laki. Adapun wanita disunnahkan merapatkan tangan dan anggota badan, karena lebih tertutup dan sopan.
Imam Asy-Syafi'i berkata: Allah mendidik kaum perempuan agar menutupi tubuh mereka, dan Rasulullah pun mendidik mereka demikian. Saya menganjurkan bagi perempuan dalam sujud untuk merapatkan sebagian anggota tubuhnya dengan sebagian yang lain, serta menempelkan perutnya pada pahanya, dan bersujud dengan tertutup serapat-rapatnya. ) 8. Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid , hal. 284.

-
Meluruskan Punggung

Dikutip dari Kitab Al-Mughni, masalah Abu Al Qasim Al Kharqi berkata, "Hendaklah ia dalam bersujud meluruskan punggungnya." ) 9. Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 95-96.
At-Tirmidzi mengatakan bahwa para ulama memilih meluruskan punggung dalam sujud. Diriwayatkan dari Jabir bahwasanya Nabi SAW bersabda,

اِذَا سَجَدَ اَحَدُكُم فَليَعْتَدِلْ وَلَا يَفْتَرِشْ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَشَ الْكَلْبِ

Apabila salah seorang di antara kalian bersujud, maka tengah-tengah lah (antara menempelkan kedua tangan pada tanah dan menempelkan perut dengan kedua paha) dan jangan menempelkan kedua lengan tangannya (dengan tempat sujud) seperti anjing menempelkannya.
At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan shahih. Demikian ini juga diriwayatkan dari Anas dari Rasulullah SAW sebagairnana dinukil Abu Daud. Dalam redaksi Anas disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda,

اعْتَدِ لُوْا فِي السُّجُودِ وَلَايَسْجُدْ أحَدُكُمْ وَهُوَبَسِطٌ ذِرَاعَيْهِ كَالْكَلْبِ

"Tengah-tengahlah dalam bersujud dan janganlah salah seorang di antara kalian bersujud dengan meletakkan kedua lengannya seperti anjing (meletakkannya).

Inilah Iftirasy yang dilarang dalam hadits, yaitu meletakkan kedua lengan di atas tanah seperti yang dilakukan hewan buas. Tindakan semacam ini dibenci oleh para ulama. Disebutkan dalam hadits riwayat Abu Humaid, "Tatkala beliau bersujud, beliau bersujud tanpa meletakkan kedua lengan pada tanah dan tidak menempelkannya pada dirinya.

Asy-Syafi'i berkata: Seperti inilah yang saya anjurkan bagi orang yang bersujud, yaitu dengan melakukan takhwiyah. Takhwiyah adalah mengangkat dada dari kedua paha serta merenggangkan kedua siku dan lengan dari tulang belikat sehingga apabila tidak ada sesuatu yang menutupi bagian bawah pundaknya, maka terlihatlah wama kelabu ketiaknya.
Orang yang sujud tidak boleh menempelkan lututnya yang satu dengan yang lain, melainkan merenggangkan kedua kakinya, mengangkat punggungnya, dan tidak melengkungkan punggung, melainkan mengangkatnya seperti yang saya gambarkan, tetapi tidak terlalu mengangkat bagian tengah dari bagian bawah dan bagian atasnya. ) 10. Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid , hal. 284.

Dari uraian di atas dapat disarikan sebagai berikut :

a.
Jangan menghamparkan kedua lengan seperti anjing

→ Artinya siku tidak diletakkan menempel di lantai saat sujud. → Harus diangkat dari lantai, dan lengan bagian atas tetap terangkat dan tidak rapat ke tubuh.

b.
Tengah-tengah" antara tangan dan paha

→ Posisi tubuh seimbang: tidak terlalu menekan tangan ke tanah, tidak pula menjatuhkan perut ke paha, melainkan posisi terbuka dan terangkat dengan stabil.

Larangan Membaca Al-Qur'an Ketika Sujud.

Ketika kita sedang rukuk, kita tidak diperbolehkan membaca Al-Quran. Larangan ini terdapat dalam hadis-hadis sebagai berikut :

1.
Hadis Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat.

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ سُحَيْمٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّتَارَةَ وَالنَّاسُ صُفُوفٌ خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلَّا الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ أَلَ ا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ سُحَيْمٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّتْرَ وَرَأْسُهُ مَعْصُوبٌ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلَّا الرُّؤْيَا يَرَاهَا الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ تُرَى لَهُ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ سُفْيَانَ

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dan Abu Bakar bin Abi Syaibah serta Zuhair bin Harb mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah telah mengabarkan kepadaku Sulaiman bin Suhaim dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad dari Bapaknya dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam membuka tirai penutup, sedangkan manusia bershaf-shaf di belakang Abu Bakar, maka beliau bersabda, 'Wahai manusia, tidak tersisa dari pemberi kabar kenabian melainkan mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya. Ketahuilah, aku dilarang untuk membaca al-Qur'an dalam keadaan rukuk atau sujud. Adapun rukuk maka agungkanlah Rabb azza wa jalla, sedangkan sujud, maka berusahalah bersungguh-sungguh dalam doa, sehingga layak dikabulkan untukmu'. Abu Bakar berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Sulaiman telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ja'far telah mengabarkan kepadaku Sulaiman bin Suhaim dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad bin Abbas dari Bapaknya dari Abdullah bin Abbas dia berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam membuka tirai penutup, sedangkan kepalanya diikat, itu terjadi ketika sakitnya yang menyebabkan wafatnya, lalu beliau bersabda, 'Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan, -beliau ulang tiga kali- sesungguhnya tidak tersisa dari pemberi kabar kenabian melainkan mimpi yang baik, yang dilihat oleh seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya'. Kemudian beliau menyebutkan seperti hadits Sufyan.

2.
Hadis Ibnu Abbas tersebut juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi dalam Sunan Ad-Darimi - Bab : Kitab Shalat sebagai berikut :

أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ سُحَيْمٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ وَأَنَا رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Hassan telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dan Isma'il bin Ja far dari Sulaiman bin Suhaim dari Ibraihim bin Abdullah bin Ma bad bin Abbas dari Bapaknya dari Ibnu Abbas ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya aku dilarang untuk membaca Al Qur an ketika sedang rukuk atau sujud. Jika rukuk maka agungkanlah Tuhan kalian dan jika sujud maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa karena lebih memungkinkan dikabulkan doa kalian.

Asy-Syafi'i berkata: Saya tidak senang sekiranya seseorang membaca Al Qur' an dalam posisi ruku atau sujud, karena ada larangan dari Rasulullah clan bahwa keduanya bukan merupakan tempat membaca Al Qur'an. Imam·Asy-Syafi'i, Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib, Jilid 3, hal. 261.

Zikir atau Bacaan Dalam Sujud.

Terdapat beberapa versi bacaan dalam sujud sebagaimana diuraikan di bawah ini yang semuanya sah dan boleh diamalkan.

Zikir atau Bacaan Sujud Versi 1.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى

SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM.

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi."

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Hudzaifah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar :

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ جَرِيرٍ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ الْمُسْتَوْرِدِ بْنِ الْأَحْنَفِ عَنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنْ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Mu'awiyah -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Jarir mereka semua dari Al A'masy -dalam jalur lain- telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair -dan lafazh ini adalah darinya- telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Sa'id bin Ubaidah dari Al Mustaurid bin Al Ahnaf dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah ia berkata; Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa' hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung). Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Maha Mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya). Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: SUBHAANA RABBIYAL A'LAA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri. Sementara di dalam hadits Jarir terdapat tambahan; Beliau membaca: SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH RABBANAA LAKAL HAMDU (Allah Maha Mendengar akan orang yang memuji-Nya, Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji).

Zikir atau Bacaan Sujud Versi 2.

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Subbūḥun Quddūsun, Rabbul-malā’ikati war-rūḥ

"Mahasuci, Maha Qudus, Rabb malaikat dan ruh."

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Aisyah radhiyallahu'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ أَنَّ عَائِشَةَ نَبَّأَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَخْبَرَنِي قَتَادَةُ قَالَ سَمِعْتُ مُطَرِّفَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَحَدَّثَنِي هِشَامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا الْحَدِيثِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr al-'Abdi telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abi 'Arubah dari Qatadah dari Mutharrif bin Abdullah bin asy-Syikhkhir bahwa Aisyah radhiyallahu'anhu memberitahukannya bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dahulu berdoa dalam rukuk dan sujudnya, Mahasuci, Maha Qudus, Rabb malaikat dan ruh. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abu Dawud telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepadaku Qatadah dia berkata, Saya mendengar Mutharrif bin Abdullah bin asy-Syikhkhir, Abu Dawud berkata, dan telah menceritakan kepadaku Hisyam dari Qatadah dari Mutharrif dari Aisyah radhiyallahu'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam dengan hadits ini.

Zikir atau Bacaan Sujud Versi 3.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ

Allāhumma-ghfir lī dzanbī kullah, diqqahu wa jillah, wa awwalahu wa ākhirah, wa ‘alāniyatahu wa sirrah

Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, dan yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat :

و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَيُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ

Dan telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Yunus bin Abdul A'la keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yahya bin Ayyub dari Umarah bin Ghaziyyah dari Sumai, maula Abu Bakar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dalam sujudnya mengucapkan do'a, Allahummaghfirli Dzanbi Kullahu Diqqahu Wajullahu Wa Awwalahu Wa Akhirahu Wa 'Alaniyatahu Wa Sirrahu (Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, dan yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi).

Zikir atau Bacaan Sujud Versi 4.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Subḥānaka Allāhumma Rabbana wa biḥamdik, Allāhumma-ghfir lī

Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Aisyah radhiyallahu'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan :

حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin 'Umar berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Manshur dari Abu Adl Dluha dari Masruq dari 'Aisyah ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) '.

Memperbanyak Do'a Waktu Sujud.

Selain bacaan-bacaan di atas, Rasulullah ﷺ memotivasi umatnya untuk memperbanyak doa saat sujud, karena itu adalah waktu paling dekat antara hamba dan Rabb-nya. Hal ini berdasarkan hadis Abu Hurairah radhiyallahu'anha yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat.

و حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ وَعَمْرُو بْنُ سَوَّادٍ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا صَالِحٍ ذَكْوَانَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

Dan telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Amru bin Sawwad keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb dari Amru bin al-Harits dari Umarah bin Ghaziyyah dari Sumai, maula Abu Bakar bahwasanya dia mendengar Abu Shalih Dzakwan bercerita dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa.

Sujud Kedua.

Sujud di atas kita sebut sujud yang pertama.
Setelah setelah membaca zikir dan do'a dalam sujud kemudian duduk diantara 2 sujud seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Kemuadian sujud lagi (sujud kedua) seperti sujud yang pertama.

Al Qadhi Abu Ath-Thayib menjelaskan, "Kaum muslim sepakat bahwa sujud yang kedua hukumnya wajib." Dalilnya adalah hadits-hadits shahih dan masyhur, disamping ijma '. Sahabat-sahabat kami berkata, "Tata cara sujud kedua sama seperti tata cara sujud pertama dalam segala sesuatunya." ) 11. Imam An-Nawawi, Al Majmu’Syarh Al Muhadzdza, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i, Jilid 3, hal. 867.

Bangkit dari sujud dengan mengangkat kepala hingga lurus duduk.

Hadits Tentang Duduk antara dua sujud

Hadis Aisyah radhiyallahu'anha yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ يَعْنِي الْأَحْمَرَ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ عَنْ بُدَيْلِ بْنِ مَيْسَرَةَ عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِ { الْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } وَكَانَ إِذَا رَكَعَ لَمْ يُشْخِصْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُصَوِّبْهُ وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَائِمًا وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ جَالِسًا وَكَانَ يَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ وَكَانَ يَخْتِمُ الصَّلَاةَ بِالتَّسْلِيمِ وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ نُمَيْرٍ عَنْ أَبِي خَالِدٍ وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عَقِبِ الشَّيْطَانِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, yaitu al-Ahmar dari Husain al-Mu'allim dia berkata, --Lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan lafazh tersebut miliknya, dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami Husain al-Mu'allim dari Budail bin Maisarah dari Abu al-Jauza' dari Aisyah radhiyallahu'anha dia berkata, Dahulu Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam membuka shalat dengan takbir dan membaca, 'Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin'. Dan beliau apabila rukuk niscaya tidak mengangkat kepalanya dan tidak menundukkannya, akan tetapi melakukan antara kedua hal tersebut. Dan beliau apabila mengangkat kepalanya dari rukuk, niscaya tidak bersujud hingga beliau lurus berdiri, dan beliau apabila mengangkat kepalanya dari sujud niscaya tidak akan sujud kembali hingga lurus duduk, dan beliau membaca tahiyyat pada setiap dua raka'at. Beliau menghamparkan kaki kirinya dan memasang tegak lurus kakinya yang kanan. Dan beliau melarang duduknya setan, dan beliau melarang seorang laki-laki menghamparkan kedua siku kakinya sebagaimana binatang buas menghampar. Dan beliau menutup shalat dengan salam. Dan dalam riwayat Ibnu Numair dari Abu Khalid, Dan beliau melarang duduk seperti duduknya setan.

Duduk di antara dua sujud disunnahkan dengan cara lftiraasy, yaitu melipat kaki kiri lalu diduduki sementara kaki kanan ditegakkan dan dikeluarkan dari bawah (pinggul). Selain itu juga meletakkan bagian dalam jari-jari kaki kanannya pada tanah dengan menjadikannya sebagai tumpuan agar jari-jari tersebut mengarah pada kiblat.
Abu Humaid dalam menjelaskan sifat shalat Rasulullah SAW mengatakan, "Kemudian beliau melipat kaki kirinya dan mendudukinya, lalu tenang di dalamnya hingga seluruh persendian tulangnya kembali pada tempatnya masing-masing. Usai dari itu beliau melanjutkannya dengan sujud." ) 1. Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 102.

Cara Duduk Diantara dua Sujud.

Hadis yang menunjukan cara duduk Rasulullah.

Hadis Abu Hamid As Sa'idi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ وَحَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ وَيَزِيدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ أَنَّهُ كَانَ جَالِسًا مَعَ نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَا صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ أَنَا كُنْتُ أَحْفَظَكُمْ لِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُهُ إِذَا كَبَّرَ جَعَلَ يَدَيْهِ حِذَاءَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُ فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ اسْتَوَى حَتَّى يَعُودَ كُلُّ فَقَارٍ مَكَانَهُ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِشٍ وَلَا قَابِضِهِمَا وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ الْقِبْلَةَ فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ وَسَمِعَ اللَّيْثُ يَزِيدَ بْنَ أَبِي حَبِيبٍ وَيَزِيدُ مِنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَلْحَلَةَ وَابْنُ حَلْحَلَةَ مِنْ ابْنِ عَطَاءٍ قَالَ أَبُو صَالِحٍ عَنْ اللَّيْثِ كُلُّ فَقَارٍ وَقَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَيُّوبَ قَالَ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ عَمْرٍو حَدَّثَهُ كُلُّ فَقَارٍ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Khalid dari Sa'id dari Muhammad bin 'Amru bin Halhalah dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha', dan telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid bin Abu Habib dan Yazid bin Muhammad dari Muhammad bin 'Amru bin Halhalah dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha', bahwasanya dia duduk bersama beberapa orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, mereka bercerita tentang shalatnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka berkatalah Abu Hamid As Sa'idi, Aku adalah orang yang paling hafal dengan shalatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, jika shalat aku melihat beliau takbir dengan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan pundaknya, jika rukuk maka beliau menempatkan kedua tangannya pada lutut dan meluruskan punggungnya. Jika mengangkat kepalanya, beliau berdiri lurus hingga seluruh tulung punggungnya kembali pada tempatnya semula. Dan jika sujud maka beliau meletakkan tangannya dengan tidak menempelkan lengannya ke tanah atau badannya, dan dalam posisi sujud itu beliau menghadapkan jari-jari kakinya ke arah kiblat. Apabila duduk pada rakaat kedua, beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan menegakkan kakinya yang kanan. Dan jika duduk pada rakaat terakhir, maka beliau memasukkan kaki kirinya (di bawah kaki kananya) dan menegakkan kaki kanannya dan beliau duduk pada tempat duduknya. Dan Al Laits telah mendengar dari Yazid bin Abu Habib, dan Yazid dari Muhammad bin Halhalah, dan Ibnu Halhalah dari Ibnu 'Atha'. Abu Shalih menyebutkan dari Al Laits, Seluruh tulung punggung. Ibnu Al Mubarak berkata dari Yahya bin Ayyub ia berkata, telah menceritakan kepadaku Yazid bin Abu Habib bahwa Muhammad bin 'Amru menceritakan kepadanya, Seluruh tulung punggung.

Hadis Aisyah radhiyallahu'anha yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat. :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ يَعْنِي الْأَحْمَرَ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ عَنْ بُدَيْلِ بْنِ مَيْسَرَةَ عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِ { الْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } وَكَانَ إِذَا رَكَعَ لَمْ يُشْخِصْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُصَوِّبْهُ وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَائِمًا وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ جَالِسًا وَكَانَ يَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ وَكَانَ يَخْتِمُ الصَّلَاةَ بِالتَّسْلِيمِ وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ نُمَيْرٍ عَنْ أَبِي خَالِدٍ وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عَقِبِ الشَّيْطَانِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, yaitu al-Ahmar dari Husain al-Mu'allim dia berkata, --Lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan lafazh tersebut miliknya, dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami Husain al-Mu'allim dari Budail bin Maisarah dari Abu al-Jauza' dari Aisyah radhiyallahu'anha dia berkata, Dahulu Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam membuka shalat dengan takbir dan membaca, 'Al-Hamdulillah Rabb al-Alamin'. Dan beliau apabila rukuk niscaya tidak mengangkat kepalanya dan tidak menundukkannya, akan tetapi melakukan antara kedua hal tersebut. Dan beliau apabila mengangkat kepalanya dari rukuk, niscaya tidak bersujud hingga beliau lurus berdiri, dan beliau apabila mengangkat kepalanya dari sujud niscaya tidak akan sujud kembali hingga lurus duduk, dan beliau membaca tahiyyat pada setiap dua raka'at. Beliau menghamparkan kaki kirinya dan memasang tegak lurus kakinya yang kanan . Dan beliau melarang duduknya setan, dan beliau melarang seorang laki-laki menghamparkan kedua siku kakinya sebagaimana binatang buas menghampar. Dan beliau menutup shalat dengan salam. Dan dalam riwayat Ibnu Numair dari Abu Khalid, Dan beliau melarang duduk seperti duduknya setan.

Para Ulama berbeda pendapat tentang kondisi duduk dalam shalat:

1.
Imam Malik dan para pengikutnya

berpendapat bahwa orang yang duduk dalam shalat hendaknya menyentuhkan kedua bokongnya kelantai, lalu menegakkan telapak kaki kanan, dan menekukkan kaki kirinya. Menurut Imam Malik wanita pun sama dengan kaum laki-laki.

2.
Abu Hanifah dan para pengikutnya.

berpendapat, orang yang mengerjakan shalat hendaklah menegakkan telapak kaki kanannya dan duduk di atas telapak kaki kirinya.

3.
Imam Syaf i

membedakan antara duduk pertama dan duduk terakhir. Untuk duduk pertama pendapatnya sama dengan Imam Abu Hanifah, sedangkan duduk kedua sama dengan Malik.) 2. Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Takhrij : Ahmad Abu Al Majd, Jilid 1, hal. 283.

Dikutip dari Kitab Al-Mugni : ) 3. Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 102-103
Disunnahkan membuka jari-jari kaki kanan sehingga mengarah ke kiblat. Maksudnya adalah menjulurkannya ke arah kiblat. Atsram berkata, "Aku mengawasi Abu Abdillah, lalu aku melihatnya membuka jari-jari kaki kanannya sehingga diarahkannya ke kiblat."
Abdurrahman bin Yazid meriwayatkan, "Kami diajari apabila duduk dalam shalat agar seseorang menjadikan kaki kirinya sebagai alas dan menegakkan kaki kanannya dengan bagian depannya.
Apabila ibu jarinya terlipat, hendaknya ia memasukkan tangannya untuk mengubahnya (agar sama dengan jari-jari lainnya yang mengarah ke kiblat)." lbnu Umar berkata, "Di antara sunnah shalat adalah menegakkan kaki kanan dan mengarahkan jari-jarinya ke kiblat.

Berdasarkan hadis pendapat para ulama tersebut di atas dapat disarikan bahwa tata cara duduk diantara dua sujud sebagai berikut :

1.
Kaki kiri dihamparkan dan duduk di atas kaki kiri;
2.
Kaki kanan ditegakan dengan jari-jari menghadap kiblat.

Hukum Duduk Tasyahud

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum duduk tasyahud. Perbedaan tersebut antara lain :
Ibnu Qadamah dalam kitab Al-Mughni menjelaskan sebagai berikut :
Apabila seseorang shalat dua raka'at, hendaklah ia duduk untuk tasyahhud. Duduk dan tasyahhud di dalamnya merupakan sesuatu yang disyariatkan tanpa ada perselisihan. Ketentuan seperti ini telah dinukil dari Rasulullah SAW secara mutawatir dari generasi ke genaris selanjutnya dan selalu dilakukan umat Islam dalam shalat mereka.

Duduk tahiyat akhir adalah rukun shalat, menurut kesepakatan para ulama. Tidak sah shalat seseorang tanpa duduk dan membaca tahiyat akhir bila memang itu shalat dua rakaat ke atas.

Tata Cara Duduk Tahiyat Akhir

-
Kaki kiri masuk di bawah betis kanan.
-
Kaki kanan (telapak kaki) ditegakkan, jari-jari menghadap kiblat.
-
Pantat menempel ke lantai, bukan di atas kaki kiri.

Dalil Hadits :

Shahih Bukhari - Bab : Adzan - Hadis No. : 785

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ وَحَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ وَيَزِيدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ أَنَّهُ كَانَ جَالِسًا مَعَ نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَا صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ أَنَا كُنْتُ أَحْفَظَكُمْ لِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُهُ إِذَا كَبَّرَ جَعَلَ يَدَيْهِ حِذَاءَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُ فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ اسْتَوَى حَتَّى يَعُودَ كُلُّ فَقَارٍ مَكَانَهُ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِشٍ وَلَا قَابِضِهِمَا وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ الْقِبْلَةَ فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ وَسَمِعَ اللَّيْثُ يَزِيدَ بْنَ أَبِي حَبِيبٍ وَيَزِيدُ مِنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَلْحَلَةَ وَابْنُ حَلْحَلَةَ مِنْ ابْنِ عَطَاءٍ قَالَ أَبُو صَالِحٍ عَنْ اللَّيْثِ كُلُّ فَقَارٍ وَقَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَيُّوبَ قَالَ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ عَمْرٍو حَدَّثَهُ كُلُّ فَقَارٍ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Khalid dari Sa'id dari Muhammad bin 'Amru bin Halhalah dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha', dan telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid bin Abu Habib dan Yazid bin Muhammad dari Muhammad bin 'Amru bin Halhalah dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha', bahwasanya dia duduk bersama beberapa orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, mereka bercerita tentang shalatnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka berkatalah Abu Hamid As Sa'idi, Aku adalah orang yang paling hafal dengan shalatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, jika shalat aku melihat beliau takbir dengan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan pundaknya, jika rukuk maka beliau menempatkan kedua tangannya pada lutut dan meluruskan punggungnya. Jika mengangkat kepalanya, beliau berdiri lurus hingga seluruh tulung punggungnya kembali pada tempatnya semula. Dan jika sujud maka beliau meletakkan tangannya dengan tidak menempelkan lengannya ke tanah atau badannya, dan dalam posisi sujud itu beliau menghadapkan jari-jari kakinya ke arah kiblat. Apabila duduk pada rakaat kedua, beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan menegakkan kakinya yang kanan. Dan jika duduk pada rakaat terakhir, maka beliau memasukkan kaki kirinya (di bawah kaki kananya) dan menegakkan kaki kanannya dan beliau duduk pada tempat duduknya. Dan Al Laits telah mendengar dari Yazid bin Abu Habib, dan Yazid dari Muhammad bin Halhalah, dan Ibnu Halhalah dari Ibnu 'Atha'. Abu Shalih menyebutkan dari Al Laits, Seluruh tulung punggung. Ibnu Al Mubarak berkata dari Yahya bin Ayyub ia berkata, telah menceritakan kepadaku Yazid bin Abu Habib bahwa Muhammad bin 'Amru menceritakan kepadanya, Seluruh tulung punggung.

Tasyahud adalah bacaan dalam shalat yang dilakukan ketika duduk setelah rakaat kedua (tasyahud awal) dan duduk di rakaat terakhir (tasyahud akhir). Dalam bahasa Arab, "tasyahud" artinya bersaksi, karena di dalamnya ada syahadat.

Tasyahud Pada Rakaat Kedua.

Shalat subuh karena jumlah rakaatnya adalah 2 rakaat maka maka tasyahud pada rakaat ke 2 adalah merupakan tasyahud akhir.
Shalat zuhur, shalat maghrib, shalat ashar dan shalat isyaa' karena jumlah rakaatnya lebih dari 2 rakaat, maka tasyahud pada rakaat ke 2 merupakan tasyahud awal. Tasyahud pada rakaat ke 3 pada shalat maghrib dan tasyahud pada rakaat ke 4 pada shalat zuhur, shalat ashar dan shalat isyaa' merupakan tasyahud akhir.

Catatan Fikih

1.
Jika lupa tasyahud awal, boleh dilanjutkan dan sujud sahwi di akhir shalat.
2.
Jika tidak membaca tasyahud akhir, maka shalatnya tidak sah karena ini rukun.
3.
Disunnahkan menunjuk dengan jari telunjuk saat mengucapkan syahadat.

Dalil menunjuk dengan jari telunjuk saat mengucapkan syahadat

1.
Shahih Muslim - Bab : Masjid dan tempat-tempat shalat - Hadis No. : 911

و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَ عَبْدٌ أَخْبَرَنَا وَقَالَ ابْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَرَفَعَ إِصْبَعَهُ الْيُمْنَى الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ فَدَعَا بِهَا وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى بَاسِطَهَا عَلَيْهَا

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi' dan Abd bin Humaid. Abd mengatakan; telah mengabarkan kepada kami, sementara Ibnu Rafi' mengatakan; telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari 'Ubaidullah bin Umar dari Nafi' dari Ibn Umar, bahwa apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam duduk dalam shalat, beliau meletakkan kedua tangannya diatas kedua lututnya, dan beliau angkat jari kanan sebelah jempolnya (telunjuk) sambil memanjatkan doa, sementara tangan kirinya diatas lutut kirinya sambil dibuka.

2.
Sunan Ad-Darimi - Bab : Kitab Shalat - Hadis No. : 1323

حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا زَائِدَةُ بْنُ قُدَامَةَ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ أَخْبَرَنِي أَبِي أَنَّ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ أَخْبَرَهُ قَالَ قُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيْهِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى قَالَ ثُمَّ لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ مِثْلَهَا وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَرَفَعَ يَدَيْهِ مِثْلَهَا ثُمَّ سَجَدَ فَجَعَلَ كَفَّيْهِ بِحِذَاءِ أُذُنَيْهِ ثُمَّ قَعَدَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ مِرْفَقَهُ الْأَيْمَنَ عَلَى فَخْذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ ثِنْتَيْنِ فَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ أُصْبُعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا قَالَ ثُمَّ جِئْتُ بَعْدَ ذَلِكَ فِي زَمَانٍ فِيهِ بَرْدٌ فَرَأَيْتُ عَلَى النَّاسِ جُلَّ الثِّيَابِ يُحَرِّكُونَ أَيْدِيَهُمْ مِنْ تَحْتِ الثِّيَابِ

Telah menceritakan kepada kami Mu awiyah bin Amru telah menceritakan kepada kami Zaidah bin Qudamah telah menceritakan kepada kami Ashim bin Kulaib telah mengabarkan kepadaku Ayahku bahwa Wail bin Hujr telah mengabarkan kepadanya ia berkata Aku katakan Sungguh aku akan memperhatikan shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bagaimana beliau melakukan shalat. Kemudian aku memperhatikan Rasulullah beliau berdiri dan takbir lalu mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinga dan meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya. Wail bin Hujr berkata Kemudian saat akan rukuk beliau mengangkat kedua tangannya seperti itu dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya kemudian mengangkat kepalanya dan mengangkat kedua tangannya seperti itu. Baru setelah itu beliau sujud dan menjadikan kedua telapak tangannya sejajar dengan kedua telinganya kemudian duduk dan menyilangkan kaki kirinya lalu meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha serta lutut kirinya dan menjadikan siku kanannya berada di atas paha kanannya Beliau menggenggam dua jarinya dan membuat lingkaran dengan mengangkat satu jari (telunjuk) nya dan aku melihat beliau menggerakkan jari tersebut sambl membaca berdoa . Wail bin Hujr berkata Setelah itu aku kepada mereka saat musim dingin dan aku lihat mereka memakai pakaian besar dan menggerakkan tangan mereka dari bawah pakaian.

3.
Musnad Imam Ahmad - Bab : Musnad Sahabat Yang Banyak Meriwayatkan Hadits - Hadis No. : 5728

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ نَافِعٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ وَأَتْبَعَهَا بَصَرَهُ ثُمَّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهِيَ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ الْحَدِيدِ يَعْنِي السَّبَّابَةَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdillah Abu Amad Az Zubairi telah menceritakan kepada kami Katsir bin Zaid dari Nafi dia berkata, Abdullah bin Umar jika duduk dalam shalat, dia meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya, kemudian memberi isyarat dengan jari telunjuknya, dan mengikutinya dengan pandangan matanya. Dia berkata lagi, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Hal itu lebih menyengsarakan setan daripada besi. Yakni jari telunjuk.

4.
Sunan An-Nasa´i - Bab : Sahwi (Lupa) - Hadis No. : 1252

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَرَفَعَ أُصْبُعَهُ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ فَدَعَا بِهَا وَيَدُهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ بَاسِطُهَا عَلَيْهَا

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Rafi dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq dia berkata; telah memberitakan kepada kami Ma mar dari Ubaidullah dari Nafi dari Ibnu Umar bahwa apabila Rasulullah Shalallah Alaihi Wa Sallam duduk dalam shalat maka beliau meletakkan kedua tangan diatas lutut dan mengangkat jari telunjuk, lalu berdoa dengannya. Sedangkan tangan kiri dilututnya, dengan membentangkannya.

5.
Sunan Ibnu Majjah - Bab : Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya - Hadis No. : 903

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ وَإِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالُوا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَرَفَعَ إِصْبَعَهُ الْيُمْنَى الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ فَيَدْعُو بِهَا وَالْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ بَاسِطَهَا عَلَيْهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya dan Al Hasan bin Ali dan Ishaq bin Manshur mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata, telah menceritakan kepada kami Ma mar dari Ubaidullah dari Nafi dari Ibnu Umar berkata, Nabi shallallahu alaihi wasallam apabila duduk dalam shalat beliau meletakkan kedua tangan di atas kedua pahanya, lalu beliau mengangkat jari kanannya, yakni jari setelah ibu jari (telunjuk) dan berdo'a dengannya. Sedangkan tangan kirinya di atas paha sebelah kiri dengan posisi membentang.

Bacaan Tasyahud.

Terdapat beberapa versi bacaan tasyahud sebagaimana diuraikan di bawah ini yang semuanya sah dan boleh diamalkan.

Bacaan Tasyahud Versi 1.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

At-taḥiyyātu al-mubārakātu, aṣ-ṣalawātu, aṭ-ṭayyibātu lillāh.
As-salāmu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa raḥmatullāhi wa barakātuh.
As-salāmu ‘alainā wa ‘alā ‘ibādillāhiṣ-ṣāliḥīn.
Asyhadu allā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muḥammadan Rasūlullāh.

Segala penghormatan shalawat dan juga kebaikan bagi Allah,. Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya. Semoga keselamatan terlimpahkan atas kami dan hamba Allah yang shalih. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat :

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحِ بْنِ الْمُهَاجِرِ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَعَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ فَكَانَ يَقُولُ التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ رُمْحٍ كَمَا يُعَلِّمُنَا الْقُرْآنَ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Laits --lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh bin al-Muhajir telah mengabarkan kepada kami al-Laits dari Abu az-Zubair dari Sa'id bin Jubair, dan dari Thawus dari Ibnu Abbas bahwasanya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kami tasyahhud sebagaimana beliau mengajarkan kami sebuah surat alQuran, lalu pada waktu itu beliau membaca, 'Attahiyyat ash-Shalawat ath-Thayyibat Lillah, Assalamu alaika, Ayyuha an-Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuhu, Assalamu'alaina wa ala Ibadillahishshaalihin. (Segala penghormatan shalawat dan juga kebaikan bagi Allah,. Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya. Semoga keselamatan terlimpahkan atas kami dan hamba Allah yang shalih. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)'. Dan dalam suatu riwayat, Sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami al-Qur'an.

Bacaan Tasyahud Versi 2.

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

At-taḥiyyātu lillāh, waṣ-ṣalawātu, waṭ-ṭayyibātu,
as-salāmu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa raḥmatullāhi wa barakātuh,
as-salāmu ‘alainā wa ‘alā ‘ibādillāhiṣ-ṣāliḥīn.
Fa-innakum idhā qultumūhā aṣābat kulla ‘abdin lillāhi ṣāliḥin fī as-samā’i wal-arḍ.
Asyhadu allā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muḥammadan ‘abduhū wa rasūluh.

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Syaqiq bin Salamah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Adzan :

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْنَا السَّلَامُ عَلَى جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ وَفُلَانٍ فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ فَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمُوهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim berkata, telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Syaqiq bin Salamah berkata, berkata, Abdullah berkata, Jika kami shalat di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kami membaca: 'ASSALAAMU 'ALAA JIBRIL WA MIKAA'IL. ASSALAAMU 'ALAA FULAN WA FULAN (Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada malaikat Jibril dan Mika'il, dan semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada si anu dan si anu) '. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menoleh ke arah kami seraya bersabda: Sesungguhnya Allah, Dialah As-Salaam. Maka jika seseorang dari kalian shalat, hendaklah ia membaca: 'ATTAHIYYAATU LILLAHI WASHSHALAWAATU WATHTHAYYIBAAT. ASSALAAMU 'ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU 'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADILLAHISH SHAALIHIIN (Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih) '. Sesungguhnya jika kalian mengucapkan seperti ini, maka kalian telah mengucapkan salam kepada seluruh hamba Allah yang shalih di langit maupun di bumi. (Dan lanjutkanlah dengan bacaan): 'ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WA RASUULUH (Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya').

Bacaan Tasyahud Versi 3.

التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ،
السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ، وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ،
السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

At-taḥiyyātu aṭ-ṭayyibātu aṣ-ṣalawātu lillāh,
as-salāmu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu, wa raḥmatullāhi wa barakātuh,
as-salāmu ‘alainā wa ‘alā ‘ibādillāhiṣ-ṣāliḥīn,
asyhadu allā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muḥammadan ‘abduhū wa rasūluh.

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat :

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْأُمَوِيُّ وَاللَّفْظُ لِأَبِي كَامِلٍ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ يُونُسَ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ حِطَّانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الرَّقَاشِيِّ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ صَلَاةً فَلَمَّا كَانَ عِنْدَ الْقَعْدَةِ قَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أُقِرَّتْ الصَّلَاةُ بِالْبِرِّ وَالزَّكَاةِ قَالَ فَلَمَّا قَضَى أَبُو مُوسَى الصَّلَاةَ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ فَقَالَ أَيُّكُمْ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَأَرَمَّ الْقَوْمُ ثُمَّ قَالَ أَيُّكُمْ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا فَأَرَمَّ الْقَوْمُ فَقَالَ لَعَلَّكَ يَا حِطَّانُ قُلْتَهَا قَالَ مَا قُلْتُهَا وَلَقَدْ رَهِبْتُ أَنْ تَبْكَعَنِي بِهَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أَنَا قُلْتُهَا وَلَمْ أُرِدْ بِهَا إِلَّا الْخَيْرَ فَقَالَ أَبُو مُوسَى أَمَا تَعْلَمُونَ كَيْفَ تَقُولُونَ فِي صَلَاتِكُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَنَا فَبَيَّنَ لَنَا سُنَّتَنَا وَعَلَّمَنَا صَلَاتَنَا فَقَالَ إِذَا صَلَّيْتُمْ فَأَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ ثُمَّ لْيَؤُمَّكُمْ أَحَدُكُمْ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذْ قَالَ { غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } فَقُولُوا آمِينَ يُجِبْكُمْ اللَّهُ فَإِذَا كَبَّرَ وَرَكَعَ فَكَبِّرُوا وَارْكَعُوا فَإِنَّ الْإِمَامَ يَرْكَعُ قَبْلَكُمْ وَيَرْفَعُ قَبْلَكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتِلْكَ بِتِلْكَ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ يَسْمَعُ اللَّهُ لَكُمْ فَإِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَإِذَا كَبَّرَ وَسَجَدَ فَكَبِّرُوا وَاسْجُدُوا فَإِنَّ الْإِمَامَ يَسْجُدُ قَبْلَكُمْ وَيَرْفَعُ قَبْلَكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتِلْكَ بِتِلْكَ وَإِذَا كَانَ عِنْدَ الْقَعْدَةِ فَلْيَكُنْ مِنْ أَوَّلِ قَوْلِ أَحَدِكُمْ التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ كُلُّ هَؤُلَاءِ عَنْ قَتَادَةَ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ وَفِي حَدِيثِ جَرِيرٍ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ قَتَادَةَ مِنْ الزِّيَادَةِ وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا وَلَيْسَ فِي حَدِيثِ أَحَدٍ مِنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ قَالَ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ إِلَّا فِي رِوَايَةِ أَبِي كَامِلٍ وَحْدَهُ عَنْ أَبِي عَوَانَةَ قَالَ أَبُو إِسْحَقَ قَالَ أَبُو بَكْرِ ابْنُ أُخْتِ أَبِي النَّضْرِ فِي هَذَا الْحَدِيثِ فَقَالَ مُسْلِمٌ تُرِيدُ أَحْفَظَ مِنْ سُلَيْمَانَ فَقَالَ لَهُ أَبُو بَكْرٍ فَحَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ هُوَ صَحِيحٌ يَعْنِي وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا فَقَالَ هُوَ عِنْدِي صَحِيحٌ فَقَالَ لِمَ لَمْ تَضَعْهُ هَا هُنَا قَالَ لَيْسَ كُلُّ شَيْءٍ عِنْدِي صَحِيحٍ وَضَعْتُهُ هَا هُنَا إِنَّمَا وَضَعْتُ هَا هُنَا مَا أَجْمَعُوا عَلَيْهِ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ فِي الْحَدِيثِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَضَى عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur, Qutaibah bin Sa'id, Abu Kamil al-Jahdari dan Muhammad bin Abdul Malik al-Umawi sedang lafazh tersebut milik Abu Kamil, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Yunus bin Jubair dari Hiththan bin Abdullah bin ar-Raqasyi dia berkata, Saya shalat bersama Abu Musa al-Asy'ari dengan sebuah shalat. Tatkala pada waktu duduk (tahiyat), maka seorang laki-laki dari kaum tersebut berkata, 'Shalat diidentikkan dengan kebaikan dan mengeluarkan zakat.' Dia berkata, 'Ketika Abu Musa melaksanakan shalat dan salam, maka dia berpaling seraya berkata, 'Siapakah di antara kalian yang mengucapkan kalimat demikian dan demikian.' Perawi berkata, 'Lalu kaum tersebut diam kemudian dia berkata lagi, 'Siapakah di antara kalian yang mengucapkan kalimat demikian dan demikian.' Maka kaum tersebut diam. Lalu dia bertanya lagi, 'Boleh jadi kamu wahai Hiththan yang telah mengucapkannya'. Dia menjawab, 'Aku tidak mengatakannya. Dan aku khawatir kamu menghardikku dengannya.' Lalu seorang laki-laki dari kaum tersebut berkata, 'Akulah yang mengatakannya, dan tidaklah aku bermaksud mengatakannya melainkan suatu kebaikan.' Lalu Abu Musa berkata, 'Tidakkah kalian mengetahui bagaimana kalian (seharusnya) mengucapkan (dzikir) dalam shalat kalian. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi khutbah kepada kita, lalu menjelaskan kepada kita sunnah-sunnahnya, dan mengajarkan kepada kita tentang shalat kita, beliau bersabda, 'Apabila kalian shalat maka luruskanlah shalat kalian, kemudian hendaklah salah seorang dari kalian mengimami kalian, apabila dia bertakbir maka kalian bertakbirlah, dan apabila dia mengucapkan, Ghairil Maghdhubi Alaihim wala adh-Dhallin (Bukan jalan orang yang dimurkai dan tidak pula jalan orang yang sesat) ' maka katakanlah, 'Amin' niscaya Allah mencintai kalian. Apabila dia bertakbir dan rukuk, maka bertakbir dan rukuklah, karena imam harus rukuk sebelum kalian dan mengangkat dari rukuk sebelum kalian.' Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Lalu gerakan demikian diikuti dengan gerakan demikian. Apabila dia berkata, 'Samiallahu liman hamidah (semoga Allah mendengar kepada orang yang memujinya) ', maka katakanlah, 'Allahumma Rabbana laka al-Hamdu (Ya Allah, Rabb kami, segala puji untukMu) ' niscaya Allah akan mendengarkan kalian, karena Allah berkata melalui lisan NabiNya Shallallahu'alaihiwasallam, 'Samiallahu liman hamidah'. Dan apabila imam bertakbir dan sujud, maka bertakbir dan sujudlah, karena imam sujud sebelum kalian, dan bangkit sebelum kalian.' Lalu Rasulullah bersabda lagi, 'Lalu gerakan tersebut diikuti dengan gerakan tersebut. Dan apabila sedang duduk tahiyat maka hendaklah doa pertama kalian adalah, 'Attahiyyat Lillah wa ash-Shalawat wa ath-Thayyibat, assalamu alaika, ayyuha an-Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuhu, assalamu'alaina wa ala ibadillahishshaalihin. (Segala penghormatan bagi Allah, shalawat dan juga kebaikan. Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya. Semoga keselamatan terlimpahkan atas kami dan hamba Allah yang shalih) '. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah'. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abi 'Arubah --lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan al-Misma'i telah menceritakan kepada kami Muadz bin Hisyam telah menceritakan kepada kami bapakku --lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Jarir dari Sulaiman at-Taimi semuanya meriwayatkan dari Qatadah dalam isnad ini dengan yang semisalnya. Dan dalam hadits Jarir dari Sulaiman dari Qatadah ada tambahan, 'Apabila imam membaca maka simaklah.' Dan tidak ada dalam hadits salah seorang dari mereka ungkapan, ' Allah berkata melalui lisan NabiNya Shallallahu'alaihiwasallam, 'Samiallahu liman hamidah' kecuali dari riwayat Abu Kamil sendirian dari Abu Awanah. Abu Ishaq berkata, Abu Bakar putra saudari Abu an-Nadhar berkata dalam hadits ini. Lalu Muslim berkata, Kamu memaksudkan lebih hafizh daripada Sulaiman. Lalu Abu Bakar berkata kepadanya, 'Hadits Abu Hurairah adalah shahih, maksudnya, 'Apabila imam membaca maka kalian simaklah.' Dan Abu Hurairah berkata, hadits tersebut menurutku shahih.' Muslim bertanya, Mengapa kamu tidak meletakkannya di sini. Abu Hurairah menjawab, Tidak semua yang ada di sisiku adalah shahih. Aku meletakkannya di sini hanyalah dengan maksud sekedar meletakkannya di sisi selama mereka berijma' atasnya. Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Ibnu Abi Umar dari Abdurrazzaq dari Ma'mar dari Qatadah dengan isnad ini, dan dia berkata dalam hadits tersebut, Allah menetapkan melalui lisan NabiNya Shallallahu'alaihiwasallam, 'Samiallah liman hamidah'.

Bacaan Tasyahud Versi 4.

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ، الطَّيِّبَاتُ، الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ،
السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ،
السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَىٰ عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

At-taḥiyyātu lillāh, az-zākiyātu lillāh, aṭ-ṭayyibātu, aṣ-ṣalawātu lillāh,
as-salāmu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa raḥmatullāhi wa barakātuh,
as-salāmu ‘alainā wa ‘alā ‘ibādillāhiṣ-ṣāliḥīn,
asyhadu allā ilāha illallāh, wa asyhadu anna Muḥammadan ‘abduhū wa rasūluh.

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Umar bin Khatthab yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa´ - Bab : Adzan :

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يُعَلِّمُ النَّاسَ التَّشَهُّدَ يَقُولُ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab dari Urwah bin Az Zubair dari Abdurrahman bin Abdin Al Qari Bahwasanya ia mendengar Umar bin Khatthab di atas mimbar mengajarkan tasyahud kepada orang-orang. Umar berkata, Bacalah: ATTAHIYYAATU LILLAHI AZZAKIYAATU LILLAHI AT THAYYIBAAT ASHSHALAWAATU LILLAHI ASSALAAMU ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAMU ALAINAA WA ALAA IBAADILLAH ASH-SHAALIHIIN. ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASUULUH (Segala penghormatan yang suci hanya milik Allah, shalawat yang baik hanya milik Allah. Keselamatan bagimu wahai Nabi dan Rahmat Allah dan barakah-Nya, keselamatan bagi kami dan Hamba Hamba Allah yang Shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan -yang berhak diibadahi- selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah) .

Bacaan Tasyahud Versi 5.

بِسْمِ اللَّهِ، التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ، الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ،
السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ،
السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَىٰ عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ،
شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، شَهِدْتُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Bismillāh, at-taḥiyyātu lillāh, aṣ-ṣalawātu lillāh, az-zākiyātu lillāh,
as-salāmu ‘alā an-nabiyyī wa raḥmatullāhi wa barakātuh,
as-salāmu ‘alainā wa ‘alā ‘ibādillāhiṣ-ṣāliḥīn,
syahidtu an lā ilāha illallāh, syahidtu anna Muḥammadan Rasūlullāh.

Dengan nama Allah, semua kemuliaan hanya milik Allah dan shalawat yang suci hanya milik Allah,
kesalamatan bagimu wahai Nabi serta Rahmat Allah dan barakah-Nya.
Kesalamatan atas kami dan hamba-hamba Allah yang Shalih.
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Bacaan tersebut sebagaimana hadis Abdullah bin Umar yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa´ - Bab : Adzan : Hadis No. : 190

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَتَشَهَّدُ فَيَقُولُ بِسْمِ اللَّهِ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ شَهِدْتُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ يَقُولُ هَذَا فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ وَيَدْعُو إِذَا قَضَى تَشَهُّدَهُ بِمَا بَدَا لَهُ فَإِذَا جَلَسَ فِي آخِرِ صَلَاتِهِ تَشَهَّدَ كَذَلِكَ أَيْضًا إِلَّا أَنَّهُ يُقَدِّمُ التَّشَهُّدَ ثُمَّ يَدْعُو بِمَا بَدَا لَهُ فَإِذَا قَضَى تَشَهُّدَهُ وَأَرَادَ أَنْ يُسَلِّمَ قَالَ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ عَنْ يَمِينِهِ ثُمَّ يَرُدُّ عَلَى الْإِمَامِ فَإِنْ سَلَّمَ عَلَيْهِ أَحَدٌ عَنْ يَسَارِهِ رَدَّ عَلَيْهِ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Nafi , bahwa Abdullah bin Umar bertasyahud dengan membaca: BISMILLAHIT TAHIYYAATI LILLAH ASHSHALAAWATU LILLAHIZ ZAAKIYAATU LILLAAH. ASSALAAMU ALAN NABIYYI WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH. ASSALAAMU ALAINAA WA ALAA IBAADILLAHISH SHAALIHIIN. SYAHIDTU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, SYAHIDTU ANNA MUHAMMADAR RASULAULLAH. (Dengan nama Allah, semua kemuliaan hanya milik Allah dan shalawat yang suci hanya milik Allah, kesalamatan bagimu wahai Nabi serta Rahmat Allah dan barakah-Nya. Kesalamatan atas kami dan hamba-hamba Allah yang Shalih. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan -yang berhak untuk disembah- selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) . Abdullah bin Umar membaca ini pada dua rakaat yang pertama dan berdoa jika telah selesai tasyahhud dengan doa yang ada padanya. Jika dia duduk pada akhir shalatnya, maka dia duduk seperti itu juga, hanya saja dia mendahulukan tasyahhud kemudian baru berdoa. Jika dia telah selesai tasyahud dan hendak salam, dia membaca: ASSALaAMU ALA ANNABI WARAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMMU ALAINaA WA ALaA IBAADILLAHISH SHALIHIIN (Keselamatan atas Nabi, rahmat Allah dan barakah-Nya. Keselamatan atas kami dan hamba hamba Allah yang Shalih) , ASSALAAMU ALAIKUM ke sisi kanannya. Kemudian ia menjawab salam imam. Jika ada yang salam dari sisi kirinya dia juga menjawabnya.

Bacaan Tasyahud Versi 6.

التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ،
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،
السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ،
السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ،
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ.

Segala kehormatan, keberkahan, salawat, dan kebaikan adalah milik Allah.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Dia Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Salam sejahtera bagimu wahai Nabi, serta rahmat Allah dan keberkahan-Nya.
Salam sejahtera bagi kami dan hamba-hamba Allah yang saleh.
Salam sejahtera atas kalian semua.

Bacaan tersebut sebagaimana hadis AAisyah yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa´ - Bab : Adzan : Hadis No. : 191

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا كَانَتْ تَقُولُ إِذَا تَشَهَّدَتْ التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abdurrahman bin Al Qasim dari Bapaknya dari Aisyah isteri Nabi shallallahu alaihi wasallam, Bahwasanya jika bertasyahud ia membaca: ATTAHIYYAATUT THAYYIBAATU ASHSHALAWAATU AZZAKIYYAATU LILLAAHI. ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU WA ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASUULUHU. ASSALAAMU ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAHI WA BARAKAATUH ASSALAAMU ALAINA WA ALAA IBAADILLAAHIS SHAALIHIN ASSALAAMU ALAIKUM. (Kesejahteraan yang baik dan shalawat yang suci hanya milik Allah. Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah satu-satunya dan tidak sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Kesalamatan bagimu, wahai Nabi serta Rahmat Allah dan barakah-Nya. Kesalamatan atas kami dan hamba hamba Allah yang Shalih. Semoga keselamatan atas kalian) .

Bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah bagian penting dalam tasyahud akhir shalat. Ini merupakan sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) menurut sebagian ulama, dan bahkan dianggap wajib/rukun dalam mazhab Syafi’i.
Shalawat kapada Nabi ini dibaca setelah selesai membaca tasyahud akhir sehinnga setelah selesai membaca tasyahud akhir langsung dilanjutkan membaca shalawat.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma shalli 'alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad kamaa shallaita 'alaa aalii ibraahim innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik 'alaa muhammad wa'alaa aali muhammad kamaa baarakta 'alaa 'aali ibrahiima innaka hamiidum majiid

Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia

Atau


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

Allahumma shalli 'alaa muhammad wa'alaa aali muhammadin kamaa shallaita 'alaa ibraahiima wa'alaa aali ibrahiima, wabaarik 'alaa aali muhammadin wa'alaa aali muhammadin kamaa baarakta 'alaa ibraahima wa 'alaa aali ibraahima, fil 'aalamiina innaka hamiidun majiidun.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.

Hadis tentang Shalawat.

Hadis Ka'b bin 'Ujrah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari - Bab : Tafsir Al Quran : - Hadis No. : 4423

حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَّا السَّلَامُ عَلَيْكَ فَقَدْ عَرَفْنَاهُ فَكَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Haddatsanī Sa‘īd bin Yaḥyā bin Sa‘īd, haddatsanā abī, haddatsanā Mis‘ar, ‘an al-Ḥakam, ‘an Ibn Abī Lailā, ‘an Ka‘b bin ‘Ujrah raḍiyallāhu‘anhu, Dikatakan: "Yā Rasūlallāh, kami telah mengetahui bagaimana mengucapkan salam kepadamu. Maka bagaimana cara bershalawat kepadamu?" Beliau bersabda:"Katakanlah: Allāhumma ṣalli ‘alā Muḥammad, wa ‘alā āli Muḥammad, kamā ṣallayta ‘alā āli Ibrāhīm, innaka Ḥamīdun Majīd. Allāhumma bārik ‘alā Muḥammad, wa ‘alā āli Muḥammad, kamā bārakta ‘alā āli Ibrāhīm, innaka Ḥamīdun Majīd."

Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Yahya bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami Bapakku Telah menceritakan kepada kami Mis'ar dari Al Hakam dari Ibnu Abu Laila dari Ka'ab bin 'Ujrah radliallahu 'anhu ketika dikatakan; Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah caranya bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: Ucapkanlah; ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALLAITA 'ALAA AALII IBRAAHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA 'ALAA 'AALI IBRAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID.

Hadis Abu Mas'ud al-Anshari yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim - Bab : Shalat : - Hadis No. : 613

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُجْمِرِ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ الْأَنْصَارِيَّ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ هُوَ الَّذِي كَانَ أُرِيَ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ أَخْبَرَهُ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِي مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فَقَالَ لَهُ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ أَمَرَنَا اللَّهُ تَعَالَى أَنَّ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَالسَّلَامُ كَمَا قَدْ عَلِمْتُمْ

Ḥaddathanā Yaḥyā bin Yaḥyā at-Tamīmī, qāla: qara’tu ‘alā Mālik, ‘an Nu‘aim bin ‘Abdillāh al-Mujmir, anna Muḥammad bin ‘Abdillāh bin Zayd al-Anṣārī (wa ‘Abdullāh bin Zayd huwa alladzī kāna uriya an-nidā’ biṣ-ṣalāh) akhbarahu ‘an Abī Mas‘ūd al-Anṣārī, qāla: Atānā Rasūlullāh ﷺ wa naḥnu fī majlis Sa‘d bin ‘Ubādah, faqāla lahu Bashīr bin Sa‘d: “Amaranā Allāhu Ta‘ālā an nuṣalliya ‘alaika yā Rasūlallāh, fakayfa nuṣallī ‘alaika?” Qāla: fa-sakata Rasūlullāh ﷺ ḥattā tamannaynā annahu lam yas’alhu. Thumma qāla Rasūlullāh ﷺ: Qūlū: Allāhumma ṣalli ‘alā Muḥammad, wa ‘alā āli Muḥammad, kamā ṣallayta ‘alā āli Ibrāhīm, wa bārik ‘alā Muḥammad, wa ‘alā āli Muḥammad, kamā bārakta ‘alā āli Ibrāhīm, fī al-‘ālamīn, innaka Ḥamīdun Majīd. Wa as-salāmu kamā qad ‘alimtum.

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamimi dia berkata, saya membaca di hadapan Malik dari Nu'aim bin Abdullah al-Mujmir bahwa Muhammad bin Abdullah bin Zaid al-Anshari dan Abdullah bin Zaid yang dia adalah orang yang diberi petunjuk dalam hal panggilan untuk shalat (adzan), dia telah menceritakannya dari Abu Mas'ud al-Anshari dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi kami sedangkan kami berada dalam majlis Sa'd bin Ubadah, maka Basyir bin Sa'ad berkata kepadanya, 'Allah memerintahkan kami untuk mengucapkan shalawat atasmu wahai Rasulullah, lalu bagaimana cara bershalawat atasmu? ' Perawi berkata, Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diam hingga kami berangan-angan bahwa dia tidak menanyakannya kepada beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Katakanlah, 'ALLOOHUMMA SHOLLI 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHOLLAITA 'ALAA AALI IBROOHIIMA WABAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA 'ALAA AALI IBROOHIIMA FIL'AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIID. Ya Allah, berilah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi shalawat atas keluarga Ibrahim, dan berilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada keluarga Ibrahim di dunia. Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.' Dan salam sebagaimana yang telah kamu ketahui.

Salam adalah rukun shalat yang menjadi penutup ibadah shalat. Shalat tidak sah tanpa melakukan salam sesuai dengan tata cara yang diajarkan oleh Rasulullahﷺ. .

Lapaz Salam :

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

As-salāmu ‘alaikum wa raḥmatullāh

Keselamatan atas kalian dan rahmat Allah.

Gerakan Salam :

-
Mengucapkan sekali sambil menoleh ke kanan sudah mencukupi (minimal sah).
-
Sunnah menambahkan salam kedua ke kiri.

Penjelasan Fikih:

Mazhab Syafi’i dan Hanbali:
-Salam pertama = Rukun shalat (wajib, tanpa itu shalat tidak sah).
-Salam kedua = Sunnah (jika ditinggalkan, shalat tetap sah).

Mazhab Hanafi
Salam pertama dan kedua = Wajib (dalam istilah Hanafiyah, ‘wajib’ = lebih rendah dari rukun tapi jika ditinggalkan sengaja, shalat batal).
Artinya: Keduanya harus dilakukan, tetapi kalau lupa, bisa diganti dengan sujud sahwi.

Mazhab Maliki
Salam pertama = Wajib (rukun).
alam kedua = Sunnah muakkadah (sangat dianjurkan tapi tidak membatalkan jika ditinggalkan).

Dalil hadits :

1).
Sunan Abu Daud - Bab : Thaharah - Hadis No. : 56

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ ابْنِ عَقِيلٍ عَنْ مُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki dari Sufyan dari Ibnu Aqil dari Muhammad bin Al Hanafiyyah dari Ali radliallahu anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Kunci shalat adalah bersuci yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di laur shalat) adalah takbir dan yang menghalalkannya kembali adalah salam.

2).
Sunan Ad-Darimi - Bab : Kitab tahharah - Hadis No. : 684

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Sufyan dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil dari Muhammad Ibnu Al Hanafiyah dari Ali radhialahu anhu ia berkata: Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda: Kunci shalat adalah bersuci tanda mengharamkan (segala aktivitas diluar shalat) adalah takbir dan tanda menghalalkan (segala aktivitas diluar shalat) adalah salam .

3).
Sunan Tirmidzi - Bab : Bersuci - Hadis No. : 03

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَهَنَّادٌ وَمَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ عَنْ عَلِيٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا الْحَدِيثُ أَصَحُّ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ وَأَحْسَنُ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ هُوَ صَدُوقٌ وَقَدْ تَكَلَّمَ فِيهِ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ قَالَ أَبُو عِيسَى و سَمِعْت مُحَمَّدَ بْنَ إِسْمَعِيلَ يَقُولُ كَانَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَالْحُمَيْدِيُّ يَحْتَجُّونَ بِحَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ قَالَ مُحَمَّدٌ وَهُوَ مُقَارِبُ الْحَدِيثِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ وَأَبِي سَعِيدٍ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Hannad dan Mahmud bin Ghailan mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Waki dari Sufyan. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil dari Muhammad Ibnul Hanafiah dari Ali dari Nabi Shallahu alaihi wa Sallam, beliau bersabda: Kunci shalat adalah bersuci, keharamannya adalah takbir dan penghalalannya adalah salam. Abu Isa berkata; Hadits ini adalah yang paling shahih dan paling baik dalam bab ini. Abdullah bin Muhammad bin Aqil adalah seorang yang jujur, namun ada beberapa ahli ilmu yang memperbincangkan tentang hafalannya. Abu Isa berkata; Aku telah mendengar Muhammad bin Isma il berkata; Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Ibrahim dan Al Humaidi, mereka berdalil dengan hadits Abdullah bin Muhammad bin Aqil. Muhammad berkata; Masanya berdekatan. Abu Isa berkata; Dalam bab ini juga ada riwayat dari Jabir dan Abu Sa id.

4).
Musnad Imam Ahmad - Bab : Musnad Sepuluh Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga - Hadis No. : 1019

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ مُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الْوُضُوءُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Sufyan dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil dari Muhammad bin Al Hanafiyah dari Ali Radhiallah anhu, berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Pembuka shalat adalah berwudhu, mulai diharamkannya (dari selain shalat) dengan takbir dan dihalalkannya (selain shalat) dengan salam.

5).
Sunan Ibnu Majjah - Bab : Thaharah dan sunah-sunahnya - Hadis No. : 271

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ مُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Waki dari Sufyan dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil dari Muhammad Ibnul Hanafiah dari Bapaknya ia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Pembuka shalat adalah bersuci, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Tertib (الترتيب ) dalam shalat berarti melakukan seluruh rukun shalat secara berurutan, tidak boleh mendahulukan rukun yang seharusnya di belakang.

Dalil hadits :

1).
Shahih Bukhari - Bab : Adzan - Hadis No. : 715

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِي فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari Bapaknya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke masjid, lalu ada juga seorang laki-laki masuk Masjid dan langsung shalat kemudian memberi salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau menjawab dan berkata kepadanya, Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat! Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi kemudian datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan memberi salam. Namun Beliau kembali berkata: Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat! Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata, Demi Dzat yang mengutus Tuan dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarkkanlah aku! Beliau lantas berkata: Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qur'an kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (rakaat) mu.

2).
Shahih Muslim - Bab : Shalat - Hadis No. : 602

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّلَامَ قَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ الرَّجُلُ فَصَلَّى كَمَا كَانَ صَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْكَ السَّلَامُ ثُمَّ قَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ الرَّجُلُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا عَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَا حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاحِيَةٍ وَسَاقَا الْحَدِيثَ بِمِثْلِ هَذِهِ الْقِصَّةِ وَزَادَا فِيهِ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Ubaidullah dia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abi Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memasuki sebuah masjid, lalu seorang laki-laki masuk, lalu shalat, kemudian dia datang, lalu mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membalas salamnya seraya berkata, 'Kembalilah, lalu shalatlah, karena kamu belum shalat. Lalu laki-laki tersebut kembali, lalu shalat sebagaimana sebelumnya dia shalat, kemudian mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya mengucapkan salam kepada beliau. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu' kemudian beliau bersabda lagi, 'Kembalilah dan shalatlah lagi, karena kamu belum shalat', hingga dia melakukan hal tersebut tiga kali. Lalu laki-laki tersebut berkata, 'Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik selain daripada ini, ajarkanlah kepadaku.' Beliau bersabda, 'Apabila kamu mendirikan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah sesuatu yang mudah dari al-Qur'an, kemudian ruku'lah hingga bertuma'ninah dalam keadaan ruku'. Kemudian angkatlah (kepalamu dari ruku') hingga lurus berdiri, kemudian sujudlah hingga bertuma'ninah dalam keadaan sujud, kemudian angkatlah hingga bertuma'ninah dalam duduk, kemudian lakukan hal tersebut dalam shalatmu semuanya'. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dan Abdullah bin Numair -lewat jalur periwayatan lain - dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku dia berkata, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah dari Sa'id bin Abi Sa'id dari Abu Hurairah 'bahwa seorang laki-laki masuk masjid, lalu mendirikan shalat sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di suatu sudut masjid, ' lalu dia membawakan hadits seperti kisah ini, dan dia menambahkan, 'Apabila kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah'.

3).
Sunan Tirmidzi - Bab : Shalat - Hadis No. : 279

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ الرَّجُلُ فَصَلَّى كَمَا كَانَ صَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مِرَارٍ فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا فَعَلِّمْنِي فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ قَالَ وَقَدْ رَوَى ابْنُ نُمَيْرٍ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَرِوَايَةُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَصَحُّ وَسَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ قَدْ سَمِعَ مِنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَرَوَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبُو سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ اسْمُهُ كَيْسَانُ وَسَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ يُكْنَى أَبَا سَعْدٍ وَكَيْسَانُ عَبْدٌ كَانَ مُكَاتَبًا لِبَعْضِهِمْ

telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa id Al Qaththan berkata; telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar berkata; telah mengabarkan kepadaku Sa id bin Abu Sa id dari Ayahnya dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masuk ke dalam masjid. Lalu masuklah seorang laki-laki dan mengerjakan shalat, setelah itu ia datang seraya mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau lalu menjawab salamnya dan bersabda: Kembali dan shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat! lalu laki-laki itu kembali dan shalat sebagaimana yang ia lakukan, setelah itu ia datang dan mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau lalu menjawab salamnya, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada: Kembali dan shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat! hingga laki-laki itu mengulanginya sampai tiga kali, setelah itu ia berkata kepada Rasulullah, Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa shalat dengan baik kecuali seperti ini, untuk itu ajarilah aku! beliau pun bersabda: Jika engkau berdiri shalat, maka bertakbirlah. Setelah itu bacalah Al Qur`an yang mudah kamu baca, lalu rukuklah dengan tuma ninah (tenang) dan berdiri lagi hingga benar-benar tegak. Setelah itu sujudlah dengan tuma ninah dan bangun (duduk) hingga benar-benar tegak. Lakukanlah seperti itu pada semua shalatmu. Abu Isa berkata; Hadits ini derajatnya hasan shahih. Ia berkata; Ibnu Numair juga telah meriwayatkan hadits ini dari Ubaidullah bin Umar dari Sa id Al Maqburi dari Abu Hurairah hanya saja di dalamnya ia tidak menyebutkan dari Abu Hurairah. Dan riwayat Yahya bin Sa id dari Abdullah bin Umar lebih shahih. Sedangkan Sa id Al Maqburi telah mendengar hadits ini dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan dari ayahnya, dari Abu Hurairah. Nama Abu Sa id Al Maqburi adalah Kaisan. Dan Sa id Al Maqburi dijuluki dengan nama Abu Sa d. Kaisan dahulu adalah termasuk budak mereka yang memerdekakan dirinya (dengan menebus).

4).
Musnad Imam Ahmad - Bab : Sisa Musnad Sahabat Yang Banyak Meriwayatkan Hadits - Hadis No. : 9260

حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ دَخَلَ رَجُلٌ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَ فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ubaidillah telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abi Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah berkata; Seorang laki-laki memasuki masjid lalu shalat, kemudian ia menemui Nabi shallallahu alaihi wasallam seraya mengucapkan salam kepadanya, beliau kemudian menjawabnya dan bersabda: ulangi dan shalatlah, karena sesungguhnya kamu belum shalat, lalu ia pun kembali, dan ia melakukan seperti semula sampai tiga kali, Abu Hurairah berkata; laki-laki itu kemudian berkata; Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari ini, maka ajarilah aku, beliau bersabda: Jika kamu berdiri untuk shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al qur'an, lalu ruku lah hingga engkau tenang dalam ruku mu, kemudian angkatlah hingga engkau berdiri tegak, lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu, lalu angkatlah hingga engkau duduk dengan tenang dan lakukanlah hal tersebut dalam shalatmu.

5).
Sunan An-Nasa´i - Bab : Iftitah (Pembukaan) - Hadis No. : 874

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَرَجَعَ فَصَلَّى كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْكَ السَّلَامُ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ الرَّجُلُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا فَعَلِّمْنِي قَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya dia berkata; Ubaidullah bin Umar dia berkata; telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasululluh Shallallahu alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, lalu ada seorang laki-laki yang ikut masuk kemudian shalat. Setelah itu ia datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu alihiwasallam dan beliau Shallallahu alaihi wasallam membalas salamnya sambil berkata, Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat! la lalu kembali lagi dan mengulangi shalatnya seperti shalat pertamanya. Kemudian ia datang lagi kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan mengucapkan salam kepada beliau Shallallahu alihiwasallam dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkata, Wa alaikas-salam. Kembali dan ulangi lagi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat! Lalu orang tersebut shalat seperti itu sampai tiga kali. Setelah itu orang tersebut berkata, Demi Dzat yang mengutus engkau dengan membawa kebenaran, aku tidak bisa shalat lebih baik lagi dari yang seperti ini, maka ajarilah aku! Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam lalu bersabda: Jika kamu telah berdiri untuk shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah A! Qur an yang mudah bagimu. Kemudian ruku lah hingga kamu tenang (thuma ninah) dalam rukumu dan bangkitlah dari ruku hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu tenang (thuma ninah) dalam sujudmu, dan bangkitlah dari sujud hingga kamu tenang (Thuma ninah) dalam keadaan duduk. Kerjakanlah semua hal tersebut pada setiap shalatmu.

  1. Imam An-Nawawi, Al Majmu' Syarah Al Muhadzdzab, Tahqiq dan Ta'liq : Muhammad Najib Al Muthi'i, Jilid 3, Pembahasan Shalat, hal. 525
  2. Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Takhrij : Ahmad Abu Al Majd, Jilid 1, hal. 248.
  3. Imam Asy-Syafi'i Al-Umm, Tahqiq & Takhrij: Dr. Rif'at Fauzi Abdul Muththalib. Jilid 2, hal. 185.
  4. Ibnu Qadamah, Al Mughni, Tahqiq: DR. M.Syarafuddin Khathab DR. Sayyid Muhammad Sayyid Prof. Sayyid Ibrahim Shadiq, Jilid 2, hal. 13.
  5. Imam An-Nawawi Op.cit., hal. 524.
  6. Ibnu Qadamah Op.cit., hal. 13.
  7. Ibnu Katsir Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M.,Jilid 5, hal. 105.
  8. Ibnu Katsir Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M.,Jilid 1, hal. 15.
  9. Ibnu Katsir Ibid.
  10. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 29.
  11. Ibnu Katsir Op.cit., hal. 19-20.
  12. Ibnu Katsir Op.cit., hal. 37.
  13. Imam Asy-Syafi'i Op.cit.,, hal. 247.
  14. Ibnu Qadamah, Op.Cit., Jilid 2, hal. 49.
  15. Ibnu Qadamah, Op.Cit., Jilid 2, hal. 51.
  16. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 698.
  17. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 699-700.
  18. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 765.
  19. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 59.
  20. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 766.
  21. Imam Asy-Syafi'i Op.cit.,, hal. 253.
  22. Imam Asy-Syafi'i Op.cit.,, hal. 261.
  23. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 76.
  24. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 813.
  25. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 76.
  26. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 79.
  27. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 812-813.
  28. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 79.
  29. Imam Asy-Syafi'i Op.cit.,, hal. 267.
  30. Imam Asy-Syafi'i Op.cit.,, hal. 272.
  31. Ibnu Rusyd, Op.cit., Jilid 1, hal. 289.
  32. Dr. H. Khoirul Abror, M.H., Fiqh Ibadah, hal. 80.
  33. Imam Asy-Syafi'i Op.cit.,, hal. 278.
  34. Ibnu Rusyd, Op.cit., Jilid 1, hal. 290.
  35. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 818.
  36. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 819.
  37. Imam Asy-Syafi'i Op.cit.,, hal. 284.
  38. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 95-96.
  39. Imam Asy-Syafi'i Op.cit.,, hal. 284.
  40. Imam An-Nawawi, Op.cit., hal. 867.
  41. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 102.
  42. Ibnu Rusyd, Op.cit., Jilid 1, hal. 283.
  43. Ibnu Qadamah, Op.cit., hal. 102-103.