Huruf hijaiyah adalah abjad dalam bahasa Arab berjumlah 30 huruf bila ditambah dengan hamzah (ء ) dan lam alif (لا ). Bagi umat muslim, memahami bacaan Al Quran dengan baik dan benar memiliki kaitan yang erat dengan pemahaman huruf hijaiyah.
Huruf hijaiyah adalah hal yang penting untuk umat Islam. Karena huruf hijaiyah adalah dasar untuk membaca Al Quran. Biasanya pembelajaran huruf hijaiyah ini dimulai sewaktu kita kecil. Pada masa kanak-kanak akan diajarkan huruf-huruf hijaiyah melalui buku Iqra.
Huruf hijaiyah adalah syarat utama dalam pembacaan Al Quran. Sebab huruf ini merupakan dasar dari pembentukan kata dan kalimat yang ada di dalam Al Quran. Jika kalian sudah mengenal huruf-huruf hijaiyah pastinya kalian juga akan bisa dalam membaca Al Quran.

Huruf hijaiyah Cara Membaca
ا Alif
ب Ba’
ت Ta’
ث Tsa’
ج Jim
ح Ha’
خ Kha’
د Dal
ذ Dzal
ر Ra’
ز Za’
س Sin
ش Syin
ص Shad
ض Dhad
ط Tha’
ظ Zha’
ع ‘Ain
غ Ghain
ف Fa’
ق Qaf
ك Kaf
ل Lam
م Mim
ن Nun
و Waw
ه Ha’
ء Hamzah
ي Ya’
لا lam alif

Disarukan dari buku Juz 'Amma dan Tajwidnya untuk Semua Usia oleh Rusdianto (2016: 51), sifat-sifat dari huruf-huruf hijaiyah adalah sebagai berikut :
A.
Shifat Lazimah atau Sifat Lazim.
1.
Hams

Hams artinya samar, yakni samar dalam pendengaran disebabkan oleh dua pita suara terbuka dan tidak bergetar. Secara istilah, hams artinya mengalir napas. Saat melafalkan huruf-huruf hams, posisi pita suara terbuka, tidak bergetar, dan ada ada aliran napas yang terembus.
Keluarnya suara huruf hams terdengar lembut di pendengaran. Embusan napas akan mengalir lebih kuat ketika huruf tersebut bertanda sukun.
Huruf-huruf yang memiliki sifat Hams ada sepuluh, yaitu:
ت ث ح خ س ش ص ف ك ه

2.
Jahr

Jahr merupakan lawan dari hams. Jahr secara bahasa artinya jelas, yaitu jelas dalam pendengaran disebabkan oleh dua pita suara tertutup, bergetar, dan aliran napas yang tertahan.
Keluarnya huruf jahr terdengar jelas karena saat melafalkan huruf tersebut dua pita tertutup dan bergetar serta tidak disertai aliran napas.
Huruf-huruf jahr adalah semua huruf hijaiyah selain huruf-huruf hums. Jumlahnya ada 19, yaitu:
ا ب ج د ذ ر ز ض ط ظ ع غ ق ل م ن و ء ي

3.
Syiddah

Syiddah secara bahasa berarti kuat, yaitu menahan sejenak suara di tempat keluarnya huruf. Keluarnya huruf yang memiliki sifat syiddah secara alami menahan aliran napas yang akan keluar. Suara huruf ini akan terhenti dan tidak bisa dilanjutkan.
Huruf-huruf yang memiliki sifat syiddah yaitu:
ج د ق ط ب ك ت

4.
Rakhawah

Rakhawah merupakan lawan dari syiddah. Rakhawah secara bahasa artinya lembut atau lunak. Maksudnya adalah mengeluarkan suara bersamaan dengan mengucapkan huruf tanpa hambatan karena lemah makhrajnya.
Huruf-huruf yang memiliki sifat Rakhawah yaitu:
خ ذ غ ث ح ظ رف ص ش و ص زي س

5.
Tawassuth

Tawassuth secara bahasa artinya pertengahan antara sifat syiddah dan rakhawah. Cara melafalkan huruf-huruf tawasuth adalah tidak terlalu ditahan suara dan juga tidak terlalu mengalirkan suara.
Huruf-huruf yang memiliki sifat tawassuth yaitu:
ن ع م ر

6.
Isti’la’.

Isti'la menurut bahasa adalah terangkat. Maksudnya adalah saat mengucapkan huruf-huruf isti'la, maka pangkal lidah mengarah ke langit-langit mulut, tegang, tekanan suara mengarah ke atas sehingga bunyi huruf menjadi lebih tinggi, tebal, dan berat.
uruf-huruf yang memiliki sifat Isti’la’ ada lima, yaitu:
خ ص ض غ ط ق ظ

7.
Infitah.

Infitah secara bahasa artinya terbuka. Terbuka di sini maksudnya memposisikan tengah lidah berada di bawah (tidak dinaikkan) sehingga membuka jalan aliran nafas dari tenggorokan.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat isti'la, yaitu:
Huruf-huruf yang memiliki sifat infitah ada 24, yaitu huruf hijaiyah selain huruf ithbag.

8.
Istifal.

Istifal secara bahasa artinya turun. Secara istilah istifal adalah mengucapkan huruf disertai dengan turunnya lidah dari langit-langit mulut. Suara yang mengalir, berasal dari paru-paru langsung keluar tidak diangkat ke langit-langit.
Untuk membantu agar lidah tertahan di dasar mulut, maka ucapkan dengan tersenyum agar hasil suara terdengar lebih jelas. Huruf yang memiliki sifat istifal ada 22, yaitu huruf-huruf selain isti'la.

9.
Ithbaq.

Ithbaq secara bahasa artinya menutup (tertutup). Maksudnya adalah pangkal lidah dinaikkan ke langit-langit mulut saat mengucapkan huruf. Menutup di sini juga dimaksudkan menutup jalan napas dari tenggorokan dikarenakan pangkal lidah naik dan menempel ke langit-langit.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat ithbaq ada empat, yaitu:
ص ض ط ظ

10.
Idzlaq.

Idzlaq secara bahasa bisa diartikan tajam, ujung, maupun fasih. Secara istilah, idzlaq adalah ringan dan cepatnya pengucapan saat mengucapkan huruf dikarenakan keluarnya dari ujung lidah ataupun bibir tanpa hambatan.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Idzlaq antara lain:
ف ر م ن ل ب

11.
Ishmat.

Secara bahasa, ishmat artinya mencegah. Sedangka secara istilah, ishmat adalah berat dan tidak cepatnya pengucapan saat mengucapkan huruf dikarenakan keluarnya jauh dari ujung lidah atau bibir dan sebab lain seperti naiknya lidah ke langit-langit yang menyebabkan sulitnya sura mengalir ke arah bibir.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat ishmat ada 22, yakni huruf-huruf selain idzlaq.

12.
Shafir.

Shafir menurut bahasa artinya suara yang tinggi atau nyaring. Menurut istilah, shafir diartikan suara desis akibat dari jalur yang dilewati suara menyempit. Hasil suara ini menyerupai suara burung.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Shafir antara lain:
ص ز س

13.
Qalqolah.

Qolqolah menurut bahasa artinya bergetar dan bergerak. Sedangkan menurut istilah, qolqolah adalah pengucapan huruf sukun disertai dengan getaran suara pada makhrajnya sehingga terdengar suara yang kuat.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Qalqolah antara lain:
د ج ق ط ب

14.
Lin.

Lin menurut bahasa diartikan mudah dan lembut dalam pengucapan. Sedangkan menurut istilah, lin adalah pengucapan huruf yang lembut tanpa harus memaksakan.
Disebut huruf lin karena huruf tersebut berharakat sukun yang diawali harakat yang tidak biasa. Misalnya, wau sukun biasanya didahului harakat dhammah, namun wau sukun ini didahului fathah.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Lin antara lain:
wau (و ) dan ya' (ي )

15.
Inhiraf.

Inhiraf menurut bahasa artinya condong atau miring, sedangkan menurut istilah inhiraf adalah huruf yang pengucapannya miring setelah keluar dari ujung lidah. Huruf inhiraf ada dua, yaitu:
Miring ke permukaan lidah, yaitu huruf lam (ل )
Miring ke punggung lidah, yaitu ra' (ر )

16.
Takrir.

Takrir menurut bahasa artinya mengulangi. Sedangkan menurut istilah, takrir adalah pengucapan huruf disertai bergetarnya ujung lidah.
Huruf yang memiliki sifat takrir adalah ra' (ر ).

17.
Tafkhim.

Tafkhim secara bahasa artinya tebal. Huruf hijaiyah yang memiliki sifat tafkhim harus dibaca tebal memenuhi mulut. Ada dua huruf hijaiyah yang memiliki sifat tafkhim, yaitu huruf lam dan ra'.

18.
Tarqiq.

Tarqiq secara bahasa artinya tipis. Huruf hijaiyah yang memiliki sifat tarqiq harus dibaca tipis. Ada dua huruf hijaiyah yang memiliki sifat tarqiq, yaitu huruf lam dan ra'.

19.
Tafasysyi .

Tafasysyi menurut bahasa artinya menyebar. Sementara menurut istilah artinya pengucapan huruf disertai menyebarnya angin di dalam mulut.
Huruf yang memiliki sifat tafasysyi adalah huruf syin (ش ).

20.
Istithalah .

Istithalah menurut bahasa artinya memanjang. Sementara menurut istilah artinya adalah mengucapkan huruf yang disertai memanjangkan suara dari awal sisi lidah sampai akhirnya.
Huruf yang memiliki sifat istithalah adalah huruf dhad (ض ).

21.
Ikhfa.

Ikhfa' menurut bahasa artinya menutup, menyembunyikan, dan menyamarkan.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Ikhfa ada 15, yaitu:
ك ق ف ظ ط ض ص ش س ز ذ د ج

22.
Ghunnah .

Ghunnah menurut bahasa artinya mendengungkan suara melalui rongga hidung.
Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Ghunnah : nun (ن ) sukun dan nun tasydid serta mim (م ) tasydid.

Tabel Makhraj dan Sifat Huruf Hijaiyah.

Tabel Sifat Huruf

No Huruf Sifat Huruf
1أ (Hamzah)Jahr, Syiddah, Istifal, Ishmat
2بJahr, Syiddah, Istifal, Qalqalah, Idzlaq
3تHams, Syiddah, Istifal, Ishmat
4ثHams, Rakhawah, Istifal, Ishmat
5جJahr, Syiddah, Istifal, Qalqalah, Ishmat
6حHams, Rakhawah, Istifal, Ishmat
7خHams, Rakhawah, Isti’la, Ishmat
8دJahr, Syiddah, Istifal, Qalqalah, Ishmat
9ذJahr, Rakhawah, Istifal, Ishmat
10رJahr, Tawassuth, Istifal, Takrir, Idzlaq
11زJahr, Rakhawah, Istifal, Sofir, Ishmat
12سHams, Rakhawah, Istifal, Sofir, Ishmat
13شHams, Rakhawah, Istifal, Tafasyy, Ishmat
14صHams, Rakhawah, Isti’la, Sofir, Ishmat
15ضJahr, Rakhawah, Isti’la, Istitalah, Ishmat
16طJahr, Syiddah, Isti’la, Qalqalah, Ishmat
17ظJahr, Rakhawah, Isti’la, Ishmat
18عJahr, Tawassuth, Istifal, Ishmat
19غJahr, Rakhawah, Isti’la, Ishmat
20فHams, Rakhawah, Istifal, Idzlaq
21قJahr, Syiddah, Isti’la, Qalqalah, Ishmat
22كHams, Syiddah, Istifal, Ishmat
23لJahr, Tawassuth, Istifal, Inhiraf, Idzlaq
24مJahr, Tawassuth, Istifal, Ghunnah, Idzlaq
25نJahr, Tawassuth, Istifal, Ghunnah, Idzlaq
26هـHams, Rakhawah, Istifal, Ishmat
27وJahr, Rakhawah, Istifal, Idzlaq
28يJahr, Rakhawah, Istifal, Idzlaq

Makharijul huruf (مخارج الحروف ) adalah istilah dalam ilmu tajwid yang merujuk pada tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah (Arab) saat diucapkan dari mulut dan tenggorokan manusia. Pemahaman makhraj sangat penting agar bacaan Al-Qur’an benar dan tidak merubah makna.
Secara bahasa: "Makhraj" berasal dari kata خرج - يخرج - مخرجًا yang berarti "tempat keluar". Secara istilah: Makhraj adalah tempat keluarnya huruf dari alat ucap, di mana suara huruf berhenti atau terdengar jelas ketika diucapkan.
1.
Makhraj Utama (Makharij Kulli)

Makhraj Utama (Makharij Kulli) adalah lima tempat utama keluarnya huruf-huruf hijaiyah dalam ilmu tajwid dan fonetik Arab. Dari kelima makhraj utama ini kemudian terbagi lagi menjadi 17 makhraj far’i (rinci).
Berikut penjelasan rinci tentang 5 Makhraj Utama (Makharij Kulli):

1.
Al-Jauf ( الجوف ) Rongga Mulut

➡️ Tempat

1.
Rongga mulut dan tenggorokan bagian dalam (tidak memiliki tempat spesifik di lidah, tenggorokan, atau bibir).
Logo

➡️ Huruf

ا (alif panjang), و (wau panjang), ي (ya panjang) (Huruf mad)

➡️ Ciri Khas

Dikeluarkan dari rongga mulut tanpa ada sentuhan organ apa pun.

Tergantung pada harakat sebelumnya:


- fathah ➡️ alif,
- dhammah ➡️ wau,
- kasrah ➡️ ya.

2.
Al-Halq ( الحلق ) Tenggorokan.

➡️ Tempat

i.
Tenggorokan terbagi menjadi tiga bagian:.

Pangkal tenggorokan (أقصى الحلق ):  ء , هـ
Tengah tenggorokan(وسط الحلق ):  ع , ح
Ujung atas tenggorokan(أدنى الحلق ):  غ ,خ
Logo

➡️ Huruf
ء، هـ، ع، ح، غ، خ

➡️ Ciri Khas

Memiliki karakter suara yang kuat dan jelas.
Sering digunakan dalam lafaz-lafaz zikir.

3.
Al-Lisan ( اللسان ) Lidah.

➡️ Tempat

Makhraj terluas: mencakup 10 makhraj rinci dan menghasilkan 18 huruf.

➤ Contoh pembagian area:

⇒Pangkal lidah ke langit-langit atas: ق
⇒Sedikit ke depan:  ك
⇒Tengah lidah ke langit-langit tengah:  ج ش ي
⇒Sisi lidah ke geraham atas:  ض
⇒Ujung lidah ke gusi atas:
ن (ujung menekan),
ر (ujung menyentuh sedikit),
ل (bagian samping lidah). Antara ujung lidah dan pangkal gigi atas:
ط د ت
ص ز س
ظ ذ ث
➡️ Huruf
ظق ك ج ش ي ض ل ن ر ط د ت ص ز س ظ ذ ث
Logo

4.
Asy-Syafatain ( الشفتان ) Dua Bibir.

➡️ Tempat

Makhraj yang melibatkan bibir atas dan bawah.

➡️ Huruf
ف (gigi atas dan bibir bawah),
ب (kedua bibir rapat),
م (kedua bibir menyentuh lembut),
و (kedua bibir membulat tanpa rapat total).
➡️ Ciri Khas
→ Jelas terasa ketika mengucapkan huruf dengan menutup atau merapatkan bibir.
Logo

5.
Al-Khaisyum ( الخيشوم ) Rongga Hidung.

➡️ Tempat

Bagian dalam hidung (rongga yang menyalurkan udara saat ghunnah).

➡️ Huruf
ن (nun),
م (mim),
➡️ Ciri Khas
→ Suara dengung atau nasal yang terjadi ketika membaca nun atau mim bertasydid, atau dalam kondisi idgham/ikhfa.
Logo

Tabel Makhraj dan Sifat Huruf Hijaiyah.

No Huruf Makhraj Sifat Huruf
1أ (Hamzah)Pangkal tenggorokanJahr, Syiddah, Istifal, Ishmat
2بDua bibir tertutupJahr, Syiddah, Istifal, Qalqalah, Idzlaq
3تUjung lidah & gigi seri atasHams, Syiddah, Istifal, Ishmat
4ثUjung lidah & ujung gigi atasHams, Rakhawah, Istifal, Ishmat
5جTengah lidah & langit-langitJahr, Syiddah, Istifal, Qalqalah, Ishmat
6حTengah tenggorokanHams, Rakhawah, Istifal, Ishmat
7خPangkal tenggorokanHams, Rakhawah, Isti’la, Ishmat
8دUjung lidah & gusi atasJahr, Syiddah, Istifal, Qalqalah, Ishmat
9ذUjung lidah & ujung gigi atasJahr, Rakhawah, Istifal, Ishmat
10رUjung lidah & langit-langitJahr, Tawassuth, Istifal, Takrir, Idzlaq
11زUjung lidah & gigi seri atasJahr, Rakhawah, Istifal, Sofir, Ishmat
12سUjung lidah & gigi seri atasHams, Rakhawah, Istifal, Sofir, Ishmat
13شTengah lidah & langit-langitHams, Rakhawah, Istifal, Tafasyy, Ishmat
14صUjung lidah & gigi seri atasHams, Rakhawah, Isti’la, Sofir, Ishmat
15ضSisi lidah & gigi gerahamJahr, Rakhawah, Isti’la, Istitalah, Ishmat
16طUjung lidah & gusi atasJahr, Syiddah, Isti’la, Qalqalah, Ishmat
17ظUjung lidah & ujung gigi atasJahr, Rakhawah, Isti’la, Ishmat
18عTengah tenggorokanJahr, Tawassuth, Istifal, Ishmat
19غPangkal tenggorokanJahr, Rakhawah, Isti’la, Ishmat
20فBibir bawah & gigi atasHams, Rakhawah, Istifal, Idzlaq
21قPangkal lidah & langit-langitJahr, Syiddah, Isti’la, Qalqalah, Ishmat
22كTengah lidah & langit-langitHams, Syiddah, Istifal, Ishmat
23لUjung lidah & gusi atasJahr, Tawassuth, Istifal, Inhiraf, Idzlaq
24مDua bibir tertutupJahr, Tawassuth, Istifal, Ghunnah, Idzlaq
25نUjung lidah & langit-langit depanJahr, Tawassuth, Istifal, Ghunnah, Idzlaq
26هـTengah tenggorokanHams, Rakhawah, Istifal, Ishmat
27وDua bibir / madJahr, Rakhawah, Istifal, Idzlaq
28يTengah lidah & langit-langitJahr, Rakhawah, Istifal, Idzlaq

a. Idzhar

Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf idzhar, maka cara membacanya yaitu jelas, terang. Huruf-huruf idzhar ini dibaca jelas karena tempat keluarnya huruf-huruf tersebut adalah mulut, ada pada kerongkongan atau tenggorokan.
Huruf-huruf idzhar: ا ع غ ح خ ها
Contoh :
مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ Nun mati bertemu dengan أ
فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ Nun mati bertemu dengan هـ
بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ Nun mati bertemu dengan ع
مِنْ غَفُورٍ رَحِيم Nun mati bertemu dengan غ
أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ Tanwin bertemu dengan ح
كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ Tanwin bertemu dengan خ

b. Idgham Bigunnah

Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf idgham bigunnah maka dibacanya dengan mendengung. Idgham artinya memasukkan, dan bigunnah artinya mendengung. Jadi cara membacanya dengan ditasydidkan ke dalam salah satu huruf idham dengan suara yang mendengung.
Huruf-huruf idgham bigunnah : ي ن م و
Contoh :
مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا Nun mati bertemu dengan ي
إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ Nun mati bertemu dengan ن
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ Nun mati bertemu dengan م
مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ Nun mati bertemu dengan و
بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ Tanwin bertemu dengan ي
حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ Tanwin bertemu dengan ن
رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ Tanwin bertemu dengan < span class="arab14">م
مِنْ خَيْلٍ وَلَا رِكَابٍ Tanwin bertemu dengan و

c. Idgham Bilagunnah

Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf idgham bilagunnah maka dibacanya dengan dimasukkan namun tidak berdengung. Idgham artinya memasukkan, dan bilagunnah artinya tidak mendengung. Jadi cara membacanya dengan ditasydidkan ke dalam salah satu huruf idham dengan suara yang tidak mendengung.
Huruf-huruf Idgham Bilagunnah : ل ر
Contoh :
فَضْلًا مِنْ رَبِّكَ Nun Mati bertemu dengan ر
قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ Nun Mati bertemu dengan ل
لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ Tanwin bertemu dengan ل
سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ Tanwin bertemu dengan ر

d. Iqlab

Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf iqlab maka dibacanya dengan ditukar. Iqlab artinya meleburkan atau lebih mudahnya cara membacanya dengan menukar huruf menjadi huruf mim.
Huruf Iqlab : ب
Contoh :
أَنْ تُنْبِتُوا Nun mati bertemu dengan ب
كُلُّ حِزْبٍ بِمَا Tanwin bertemu dengan ب

e. Ikhfa Haqiqi

Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf ikhfa haqiqi, maka dibacanya dengan samar-samar. Ikhfa artinya menyamar atau menyembunyikan sedangkan haqiqi artinya sungguh-sungguh. Jadi cara membacanya harus terang dengan adanya dengung.
Huruf Ikhfa Haqiqi : ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
Contoh :
أَنْتُمْ Nun mati bertemu dengan ت
مَنْثُورًا Nun mati bertemu dengan ث
فَأَنْجَيْنَاه Nun mati bertemu dengan ج
عِنْدَهُ Nun mati bertemu dengan د لِيُنْذِرَكُمْ Nun mati bertemu dengan ذ
أُنْزِلَ Nun mati bertemu dengan ز
نَنْسَخْ Nun mati bertemu dengan س
مَنْشُورً Nun mati bertemu dengan ش
رِيحًا صَرْصَرًا Tanwin bertemu dengan ص
وَكُلًّا ضَرَبْنَا Tanwin bertemu dengan ض
صَعِيدًا طَيِّبًا Tanwin bertemu dengan ط
ظِلًّا ظَلِيلً Tanwin bertemu dengan ظ
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ Tanwin bertemu dengan ف
عَلِيمٌ قَدِيرٌ Tanwin bertemu dengan ق
وَرِزْقٌ كَرِيمٌ Tanwin bertemu dengan ك

a. Ikhfa Syafawi

Apabila mim mati bertemu dengan huruf ikhfa syafawi maka dibaca dengan samar. Caranya menyamarkan suara mim mati dengan diiringi dengungan. Meskipun dengungnya tidak terlalu terdengar jelas karena huruf mim mati dan ba memiliki tempat keluar yang sama yaitu dua bibir. Huruf ikhfa syafawi hanya satu. Hurufnya sama seperti iqlab, namun cara membacanya tidak dileburkan seperti iqlab.
Huruf Ikhfa Syafawi : ب
Contoh :
وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ    Mim mati bertemu dengan huruf   ب
وَهُمْ بِالْآَخِرَةِ    Mim mati bertemu dengan huruf    ب
عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ    Mim mati bertemu dengan huruf    ب

b. Idgham Mimi

Apabila mim mati bertemu dengan huruf idgham mimi, maka dibacanya melebur menjadi satu. Huruf idgham mimi hanya satu, yaitu huruf mim. Jadi, idgham mimi adalah pertemuan dua huruf mim. Cara melafalkannya sama seperti melafadzkan mim yang bertasydid. Sebab, mim tasydid merupakan gabungan dari mim mati dan mim hidup.
Huruf Idgham Mimi : م
Contoh :
وَكَمْ مِنْ قَرْيَةٍ    Mim mati bertemu dengan    م
كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ    Mim mati bertemu dengan    م
إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ    Mim mati bertemu dengan    م

c. Idzhar Syafawi

Apabila mim mati bertemu dengan huruf-huruf idzhar syafawi, maka tetap harus dibaca jelas meski mulut tertutup. Huruf idzhar syafawi ada banyak, kecuali mim dan ba, karena kedua huruf tersebut merupakan milik ikhfa syafawi dan idgham mimi.
Huruf-huruf Idzhar Syafawi ada 15 yaitu : ا ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل ن و ه ي
Contoh :
أَأَنْذَرْتَهُمْ أَم    Mim mati bertemu dengan    ا
أَنْعَمْتَ    Mim mati bertemu dengan   ت
ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ    Mim mati bertemu dengan   ث
أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ    Mim mati bertemu dengan    ج
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا    Mim mati bertemu dengan    ح
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ    Mim mati bertemu dengan    خ
الْحَمْدُ لِلَّ    Mim mati bertemu dengan    د
أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ    Mim mati bertemu dengan    ذ
حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ    Mim mati bertemu dengan    ر
ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا    Mim mati bertemu dengan    ز
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ    Mim mati bertemu dengan   س
وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ    Mim mati bertemu dengan   ش
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ    Mim mati bertemu dengan   ص
أَ وْ أَمْضِيَ حُقُبًا    Mim mati bertemu dengan   ض
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ    Mim mati bertemu dengan   ط
وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ    Mim mati bertemu dengan    ظ
بِسَمْعِهِمْ    Mim mati bertemu dengan    ع
عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوب   Mim mati bertemu dengan    غ
وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ   Mim mati bertemu dengan    ف
إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا   Mim mati bertemu dengan    ق
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ    Mim mati bertemu dengan    ك
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا   Mim mati bertemu dengan <  span class="arab merah"> ل
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ   Mim mati bertemu dengan    ن
عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين   Mim mati bertemu dengan    و
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ   Mim mati bertemu dengan    ه
هُمْ يُوقِنُون   Mim mati bertemu dengan   ي

Apabila mim bertasydid dan nun bertasydid maka dibacanya dengan cara didengungkan. Hal ini juga disebut dengan bacaan gunnah. Gunaah ini disebut dengan ghunna ashliyyah. Secara bahasa gunnah artinya suara dengung, suara ringan yang berasal dari rongga hidung dan tidak ada penggunaan lidah sama sekali. Cara membacanya dipanjangkan sampai dua harokat.
Huruf: mim tasydid dan nun tasydid
Contoh :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا ada nun bertasydid
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون ada mim bertasydid
كَمَا آَمَنَ النَّاس ada nun bertasydid

a. Idzhar Qamariyah

Apabila ada lam ta’rief bertemu dengan huruf-huruf idzhar qamariyah, maka cara membacanya harus jelas. Qamar dalam bahasa arab memiliki arti bulan. Sedangkan lam ta’rief diumpamakan dengan bintang. Hal ini karena bintang tetap terlihat meskipun bertemu dengan bulan.
Huruf-huruf Idzhar Qamariyah : ء ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و ه ي
Contoh :
لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولً Alif lam bertemu dengan ء
فَارْجِعِ الْبَصَرَ Alif lam bertemu dengan ب
أَصْحَابَ الْجَنَّةِ Alif lam bertemu dengan ج
خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ Alif lam bertemu dengan ح
وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ Alif lam bertemu dengan خ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ Alif lam bertemu dengan ع
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ Alif lam bertemu dengan غ
وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ Alif lam bertemu dengan ف
لِيَوْمِ الْفَصْلِ Alif lam bertemu dengan ق
إِنِ الْكَافِرُونَ Alif lam bertemu dengan ك
وَبِئْسَ الْمَصِيرُ Alif lam bertemu dengan م
فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ Alif lam bertemu dengan و
وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى Alif lam bertemu dengan ه
وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ Alif lam bertemu dengan ي

b. Idgham Syamsiyah

Apabila ada lam ta’rief bertemu dengan huruf-huruf qamariyah lainnya, selain huruf idzhar qamariyah, maka disebut dengan idhgam. Syamsiyah memiliki arti matahari, maka jika alif lam yang diumpakan bintang, bertemu dengan matahari, maka jadi tidak terlalu kelihatan. Karena tidak terbaca ini, maka alif lam yang bertemu dengan huruf syamsiyah, seperti ditasydidkan, atau dimasukkan ke huruf berikutnya.
Huruf-huruf Idgham Syamsiyah : ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Contoh :
وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ Alif lam bertemu dengan ت
مِنَ الثَّمَرَاتِ Alif lam bertemu dengan ث
يَوْمِ الدِّينِ Alif lam bertemu dengan د
وَالذَّاكِرِينَ Alif lam bertemu dengan ذ
الرَّحْمَنِ Alif lam bertemu dengan ر
وَالزَّيْتُوْنِ Alif lam bertemu dengan ز
هُمُ السُّفَهَاءُ Alif lam bertemu dengan س
هَذِهِ الشَّجَرَةَ Alif lam bertemu dengan ش
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ Alif lam bertemu dengan ص
وَلَا الضَّالِّينَ Alif lam bertemu dengan ض
فَوْقَكُمُ الطُّورَ Alif lam bertemu dengan ط
مِنَ الظَّالِمِينَ Alif lam bertemu dengan ظ
وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ Alif lam bertemu dengan ل
أَ تَأْمُرُونَ النَّاسَ Alif lam bertemu dengan ن

Qolqolah adalah salah satu hukum tajwid dalam ilmu membaca Al-Qur'an (tajwid) yang berkaitan dengan pantulan atau getaran suara ketika melafalkan huruf-huruf tertentu. Kata "qolqolah" (القلقلة) secara bahasa berarti pantulan atau getaran, dan dalam istilah tajwid berarti memantulkan suara ketika melafalkan huruf-huruf tertentu yang sukun (mati), baik karena memang berharakat sukun (mati) atau karena disukunkan (dimatikan) karena waqaf (berhenti) dan tasydid/syiddah karena waqaf.

1.
Huruf Qolqolah

Huruf-huruf qolqolah berjumlah lima, dan bisa diingat dengan istilah ب ج د ط ق (bajuditoko) Artinya huruf-hurufnya adalah:

  • ق (Qaf),   ط (Tha),    د    (Dal),    ج (Jim),   ب (Ba)

2.
Syarat Terjadinya Qolqolah

Qolqolah hanya terjadi jika huruf-huruf tersebut dalam keadaan sukun, baik:

a.
Asli sukun (memang huruf itu berharakat sukun sejak awal), atau
b.
Aridh lis-sukun (disukunkan karena berhenti di akhir ayat atau akhir kata ketika waqaf)..

3.
Jenis-jenis Qolqolah

a.
Qolqolah Sughra (Kecil)

Qalqalah sughra dibaca lebih tipis, seperti arti sughra sendiri yang artinya kecil.
Qolqolah Sughra terjadi jika huruf qolqolah berada di tengah kata dan bersukun asli.
contoh :
ثُمَّ لِيقْ طَعْ فَلْيَنْظُرْ   Ada huruf Qaf mati di tengah kata.
ثَانِيَ عِطْ فِهِ   Ada huruf Tho mati di tengah kata.
وَقَوْمُ إِبْرَاهِيمَ   Ada huruf Ba mati di tengah kata.
فَعَلَيَّ إِجْرَامِي   Ada huruf Ja mati di tengah kata.
يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ   Ada huruf Dal mati di tengah kata.
contoh Dalam Al-Quran:
Surah Al-Kautsar ayat 3 :
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأبْتَرُ
Huruf ba (ب ) sukun di tengah lafal dibaca memantul dengan tekanan yang tipis.
Surah Quraisy ayat 4 :
الَّذِي أطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Huruf tha (ط ) sukun dibaca memantul tapi tipis.

b.
Qolqolah Kubra (Besar)

qalqalah kubra diartikan secara bahasa sebagai besar. Pengertian qalqalah kubra adalah jika ada huruf qalqalah yang terletak di akhir lafal, baik secara harakat sukun, fathah, kasrah, dhammah, dan tanwin, tetapi dibaca waqaf.
contoh :
بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ   Ada huruf Ba di akhir kalimat jika diwaqaf.
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُو جِ   Ada huruf Ja di akhir kalimat jika diwaqaf.
وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ   Ada huruf Da di akhir kalimat jika diwaqaf.
قَائِمًا بِالْقِسْطِ   Ada huruf Tho di akhir kalimat jika diwaqaf.
وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ   Ada huruf Qaf di akhir kalimat jika diwaqaf.

contoh Dalam Al-Quran:
Surah Al-Ikhlas: 1
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Surah Al-Falaq: 1
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقْ
Surah Al-Lahab: 5
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدْ

4.
Kesalahan Umum dalam Qolqolah

Kekeliruan-keliruan umum yang sering terjadi pada huruf qolqolah :

a.
Tidak memantulkan suara pada huruf qolqolah yang sukun.
b.
Memantulkan secara berlebihan hingga terdengar seperti ada dua huruf.
c.
Tidak membedakan antara qolqolah sughra dan kubra.

A.
Pengertian.

dari sudut bahasa adalah pemberhentian pengucapan. Sementara itu, dari sudut istilah tajwid, wakaf adalah penghentian bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Untuk mengetahui waqaf yang tepat, diperlukan pemahaman terhadap ayat yang dibaca, sehingga wakaf memberikan kesan arti sempurna. Bagi yang sudah memahami dapat menentukan sendiri wakaf yang tepat sehingga tidak merusak makna, dan bagi yang belum faham hendaknya mengikuti tanda wakaf atau melihat mushaf agar tidak merusak makna Al-Qur'an itu sendiri saat wakaf.

B.
Pembagian Waqaf.


Waqaf Terbagai Atas :

1.
Waqaf Idhthirari (اضطراري)

Idhthirari artinya darurat, dalam artian wakaf atau pemberhentian bacaan Al-Qur'an dalam keadaan darurat, terpaksa, atau tidak sengaja karena tidak kuatnya nafas, menguap, batuk, bersin dan hal lain yang tidak dapat di tahan.

2.
Waqaf Intizhari (انتظاري) (انتظاري)

Waqaf Intizhari adalah wakaf yang dilakukan khusus dalam sebuah pengajaran Al-Qur'an. Hal ini dalam rangka menguasai cara membaca.

3.
Waqaf Ikhtibari (اختباري) (اختباري)

Kata ikhtibari wakaf yang dilakukan oleh seorang guru (mu'allim) untuk menguji muridnya dalam hal bacaan Al-Qur'an.

4.
Waqaf Ikhtiari atau Waqaf Ijtihad (اختياري)

Kata Ikhtiari atau wakaf ijtihad, wakaf yang dilakukan karena pemahaman terhadap Al-Qur'an dan kaidah Bahasa Arab.
Waqaf Ikhtiari ini terbagi menjadi 4 yaitu :

a.
tāmm (تام )

wakaf sempurna ➡️ yaitu pemberhentian pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak memengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya.

b.
kāf (كاف )

wakaf memadai ➡️ yaitu pemberhentian pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, tetapi ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya.

c.
ḥasan ( ﺣﺴﻦ )

wakaf baik ➡️ yaitu mewakafkan bacaan atau ayat sesudahnya.

d.
qabīh ( ﻗﺒﻴﺢ )

wakaf buruk ➡️ yaitu pemberhentian bacaan secara tidak sempurna atau penghentian bacaan di tengah-tengah ayat. Wakaf ini harus dihindari, karena bacaan yang diwakafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.

C.
Tanda-Tanda Qakaf.

Terdapat 14 Tanda-Tanda Waqaf sebagai berikut :

1.
Tanda mim (مـ)

disebut juga dengan wakaf lazim, adalah penghentian di akhir kalimat sempurna. Wakaf lazim disebut juga sebagai wakaf tāmm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim (م), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, tetapi sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya.

2.
Tanda ṭa (ﻁ )

adalah tanda wakaf mutlak sehingga diwajibkan untuk berhenti.

3.
Tanda jim (ﺝ )

adalah wakaf jaiz, jadi boleh berhenti dan boleh melanjutkan bacaan.

4.
Tanda ẓa (ﻇ )

menandakan lebih baik tidak berhenti.

5.
Tanda ṣad (ﺹ )

disebut juga dengan wakaf murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik tidak mengentikan bacaan, tetapi diperbolehkan berhenti saat keadaan darurat dan tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda ẓa dan ṣad terletak pada fungsinya; dalam kata lain, lebih diperbolehkan berhenti pada wakaf ṣad.

6.
Tanda ṣad lam ya (ﺻﻠﮯ )

adalah singkatan dari al-waṣal awlā yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan lebih baik". Maka dari itu, meneruskan bacaan tanpa mewakafkannya lebih dianjurkan.

7.
Tanda qaf (ﻕ )

adalah singkatan dari qīla alayhil waqaf yang bermakna "boleh berhenti pada wakaf sebelumnya". Maka dari itu, lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwakafkan.

8.
Tanda ṣad lam ( صل )

aadalah singkatan dari qad yūṣalu yang bermakna "kadang kala boleh diwasalkan". Maka dari itu, lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan.

9.
Tanda qif (ﻗﻴﻒ )

artinya lebih dianjurkan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya diteruskan oleh sang pembaca tanpa berhenti.

10.
Tanda sin (س ) atau Tanda saktah (ﺳﮑﺘﻪ )

menandakan pemberhentian sejenak tanpa mengambil napas sekiranya 1 alif 2 harokat, baru untuk meneruskan bacaan. Ada beberapa saktah dalam Al-Qur'an yakni pada surat : Al-Kahfi ayat : 1 dan 2, surat Yasin ayat 52 dan yang ke 3, surat Al-Qiyamah ayat 27, dan surat Al-Muthaffifin ayat 14.

11.
Tanda waqfah (ﻭﻗﻔﻪ )

bermakna sama seperti wakaf saktah (ﺳﮑﺘﻪ )tetapi harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas.

12.
Tanda lā (ﻻ )

menandakan pelarangan penghentian. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika muncul di pertengahan ayat, maka tidak dianjurkan untuk berhenti. Jika berada di penghujung ayat, sang pembaca boleh berhenti dan boleh tidak.

13.
Tanda kaf (ﻙ )

adalah singkatan dari kadzālik yang bermakna "serupa". Dengan kata lain, makna dari wakaf ini mirip dengan wakaf yang sebelumnya muncul.

14.
titik tiga ( ∴ ∴ )

disebut sebagai wakaf muraqabah atau wakaf ta'anuq sering kita kenal dengan wakaf mu'anaqoh, yang berarti "terikat". Wakaf artinya boleh berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua, dan sebaliknya. Seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 2 :
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

A.
Pengertian.

Wasal (وصلة ) adalah tanda baca atau diakritik yang dituliskan pada huruf Arab yang biasa dituliskan di atas huruf alif atau yang disebut juga dengan Alif wasal. Secara ilmu tajwid, wasal bermakna meneruskan tanpa mewaqafkan atau menghentikan bacaan, artinya wasal adalah perangkaian dua buah kata yang menghilangkan bunyi huruf alif (yaitu fonem /a/, /i/ atau /u/) dari kata kedua. Dengan bahasa yang lebih mudah, alif wasal berarti pembacaan disambung (contoh ihdinashiraat di bawah).
Harakat wasal selalu berada di permulaan kata dan tidak dilafazkan manakala berada di tengah-tengah kalimat, tetapi akan berbunyi layaknya huruf hamzah manakala dibaca di mula kalimat.

B.
Penggunaan Wassal;.
1.
alif wasal ( ٱ ).

Alif wasal tidak dibaca apabila bacaan tersebut dirangkaikan, tetapi apabila dijumpai pada pangkal kata maka alif wasal lebih sering dibaca sebagai fonem /i/, contoh:
ٱسم "ism"
ٱبن "ibn"
ٱجلس "ijlis"
contoh Alif Wassal :
ٱهدنا ٱلصرط    "ihdinaṣ ṣirāt"
Bacaan tersebut memiliki dua alif wasal, yang pertama pada lafaz ihdinaa dan as shiraat yang manakala kedua lafaz tersebut diwasalkan atau dirangkaikan dalam pembacaannya maka akan dibaca ihdinas ṣirāt dengan menghilangkan pembacaan alif wasal pada kata as ṣirāt. Dibaca ihdinashiraat, bukan ihdinash shiraat (alif wasal berfungsi memberi tanda tidak ada jeda antara din dan aṣ ṣirāt).
نستعين ٱهدنا ٱلصرط    "nasta'īnuh dinaṣ ṣirāt"
Bacaan di atas terdiri dari kata nasta'iin, ihdinaa dan as shiraat, dengan mewasalkan lafaz ihdina dengan lafaz sebelumnya, sehingga menghasilkan lafaz nasta'iinuh dinā, dengan mewasalkan lafaz as ṣirāt dengan lafaz sebelumnya, maka akan menghasilkan lafaz "nasta'iinuh dinaṣ ṣirāt".
Alif wasal lebih sering dijumpai bersamaan dengan huruf lam atau yang disebut juga dengan alif lam makrifah pada lafaz dalam bahasa Arab yang mengacu kepada kata yang bersifat isim atau nama.

2.
Alif wasal dalam Alif lam makrifah (كسرة )

Contoh alif wasal dalam alif lam makrifah :
ٱل صرط    "aṣ ṣirāt"
ٱل بقرة   "al baqarah"
ٱل إنسان    "al insān"

3.
Nun Wasal

Nun wasal ( النون الوصلة ) atau disebut nun wiqayah adalah nun kecil yang muncul di bawah hamzah wasal. Kegunaan tersebut yaitu hanya menjaga suara tanwin ataupun tidak. Contoh ayat dengan nun wasal adalah surah Al-Humazah ayat 1-2. Yaitu wailul likulli humazatil lumazatillażī jama‘amā lawwa‘addadah harus menjadi wailul likulli humazatil lumazatinillażī jama‘amā lawwa‘addadah.

A.
Pengertian.

Harakat حركات, atau tashkīl, adalah tanda baca atau diakritik yang ditempatkan pada huruf Arab untuk memperjelas gerakan dan pengucapan huruf tersebut. Huruf-huruf dalam abjad Arab biasa hanya melambangkan konsonan tanpa vokal, sehingga harakat digunakan sebagai penjelas pengucapannya. Harakat yang digunakan adalah fathah (dalam bahasa Arab klasik melambangkan vokal -a yang mengikuti konsonan yang ditandainya), kasrah (-i), dhammah (-u), dan sukun (menandai konsonan tanpa vokal). Selain itu terdapat harakat tanwin (untuk menandai bahwa bunyi -n ditambahkan setelah vokal sehingga menjadi -an, -in, atau -un), serta modifikasi untuk menunjukkan vokal yang dibaca panjang.
Harakat dipakai untuk mempermudah cara membaca huruf Arab bagi orang awam, pemula atau pelajar dan biasanya dituliskan pada buku-buku pendidikan, buku anak-anak, dan kitab suci al-Quran, walaupun dalam penulisan sehari-hari tidak menggunakan harakat, karena pada umumnya orang Arab sudah paham dan mengerti akan tulisan yang mereka baca, tetapi kadang juga digunakan sebagai penekanan dari suatu kata terutama pada kata-kata yang kurang umum digunakan agar menghindari kesalahaan pembacaan.

B.
Macam-Macam Harakat.

1.
Fathah (فتحة ) _-


adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil (ءَ ) yang berada di atas suatu huruf Arab yang melambangkan fonem /a/. Secara harfiah, fathah itu sendiri berarti membuka, layaknya membuka mulut saat mengucapkan fonem /a/. Ketika suatu huruf diberi harakat fathah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-a/, contonya huruf lam (ل ) diberi harakat fathah menjadi /la/ (لَ ).
Fathah juga ditulis layaknya garis vertikal seperti huruf alif kecil (ءٰ ) yang disebut dengan mad fathah atau alif khanjariah yang melambangkan fonem /a/ yang dibaca agak panjang. Sebuah huruf berharakat fathah jika diikuti oleh Alif (ا ) juga melambangkan fonem /-a/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /lā/ (لاَ )

2.
Kasrah (كسرة ) _-


adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil (ءِ) yang diletakkan di bawah suatu huruf arab, harakat kasrah melambangkan fonem /i/. Secara harfiah, kasrah bermakna melanggar. Ketika suatu huruf diberi harakat kasrah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-i/, contonya huruf lam (ل) diberi harakat kasrah menjadi /li/ (لِ ).
Sebuah huruf yang berharakat kasrah jika bertemu dengan huruf ya (ي ) maka akan melambangkan fonem /-i/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /lī/ (لي )

3.
Dammah (ضمة ) _و


adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf waw (و) kecil yang diletakkan di atas suatu huruf arab (ءُ ), harakat dammah melambangkan fonem /u/. Ketika suatu huruf diberi harakat dammah, maka huruf tersebut akan berbunyi /-u/, contonya huruf lam (ل ) diberi harakat dammah menjadi /lu/ (لُ ).
Sebuah huruf yang berharakat dammah jika bertemu dengan huruf waw (و ) maka akan melambangkan fonem /-u/ yang dibaca panjang. Contohnya pada kata /lū/ (لـُو ).

4.
Sukun (سکون ) _o


adalah harakat yang berbentuk bulat layaknya huruf ha (ه ) yang ditulis di atas suatu huruf Arab. Harakat sukun melambangkan fonem konsonan atau huruf mati dari suatu huruf, misalkan pada kata mad (مـَدْ ) yang terdiri dari huruf mim yang berharakat fathah (مَ ) sehingga menghasilkan bunyi /ma/, dan diikuti dengan huruf dal yang berharakat sukun (دْ ) yang menghasilkan konsonan /d/ sehingga menjadi /mad/.
Harakat sukun juga misa menghasilkan bunyi diftong, seperti /au/ dan /ai/, cotohnya pada kata (نـَوْمُ ) yang berbunyi /naum(u)/ yang berarti tidur, dan juga pada kata (لَـيْن ) yang berbunyi /lain/ yang berati lentur, santai atau lembut.

5.
Tasydid(تشديد ) atau Syaddah (شدة ) _ ّ


adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf w atau seperti kepala dari huruf sin (س ) yang diletakkan di atas huruf arab (ءّ ) . Harakat tasydid melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang dituliskan dengan simbol konsonan ganda, sebagai contoh pada kata (شـَـدَّةٌ ) yang berbunyi /syaddah/ yang terdiri dari huruf syin yang berharakat fathah (ش ) sehingga menghasilkan bunyi /sya/, diikuti dengan huruf dal yang berharakat tasydid fathah (دَّ ) yang menghasilhan bunyi /dda/, diikuti pula dengan ta marbuta (ةٌ ) di akhir kata yang menghasilkan bunyi /h/, sehingga menjadi /syaddah/.

6.
Tanwin ( التنوين )

adalah tanda baca/diakritik/harakat pada tulisan Arab untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu dengan huruf nun mati.
Tanda-tanda tanwin :
1. Tanwin Fathah (fathatain) :   _ ً
2. Tanwin Kasrah (kasratain) :   _ ٍ
3. Tanwin Dommah (dammatain) :   _ ٌ

Mad berasal dari bahasa Arab yang berarti memanjangkan. Dalam tajwid, mad adalah memanjangkan suara ketika membaca huruf hijaiyah yang memiliki huruf mad, yaitu:

1.
Alif ( ا ) yang tidak berharakat, dan huruf sebelumnya berharakat fathah.
2.
MWaw ( و ) yang tidak berharakat, dan huruf sebelumnya berharakat dhammah.
3.
Ya ( ي ) yang tidak berharakat, dan huruf sebelumnya berharakat kasrah.

1.
Mad Thabi’i (Mad Asli)

a.
Pengertian

Mad Thabi’i adalah mad dasar yang terjadi karena keberadaan huruf mad saja, tanpa disertai oleh huruf hamzah ( ء ) ataupun huruf sukun ( o   ) setelah huruf mad tersebut. Disebut "thabi’i" karena bacaannya mengikuti sifat alami manusia dalam memanjangkan suara vokal secara wajar dan tidak berlebihan karena panjangnya sesuai tabiat atau kebiasaan bacaan bahasa Arab, bukan karena faktor luar.

b.
Syarat Mad Thabi’i

1.
Didahului huruf yang berharakat fathah, kasrah, atau dhammah.
2.
Diikuti huruf mad, yaitu salah satu dari:

➡️ Alif ( ا ) setelah fathah
➡️ Waw (و ) setelah dhammah
➡️ Ya’ (ي ) setelah kasrah

3.
Tidak diikuti oleh:

➡️Hamzah (ء) ➜ itu menjadi mad far’i
➡️Huruf sukun atau tasydid ➜ itu juga masuk mad far’i

c.
Panjang Bacaan

Mad Thabi’i dibaca 2 harakat (setara dua ketukan atau dua ketukan jari).
Contoh ketukan ➡️ Ma—na (ketuk pertama) | Ta—la (ketuk kedua)

d.
Contoh-contoh Mad Thabi’i

Lafaz Arab Bacaan Penjelasan
قَالَ qāla Alif setelah fathah = mad thabi’i
يُقِيمُونَ yuqīmūn Ya setelah kasrah + Waw setelah dhammah
فِيهِ fīhi Ya setelah kasrah
لَهُ lahū Waw setelah dhammah

Contoh Menerapan Dalan Surah Al-Fatihah

Ayat Contoh Mad Thabi’i Penjelasan
الرَّحِيمِ raḥīmī → ي setelah kasrah Mad Thabi’i
نَسْتَعِينُ nasta‘īnu → ي setelah kasrah Mad Thabi’i
صِرَاطَ الَّذِينَ nasta‘īnu → ي setelah kasrah Mad Thabi’i

2.
Mad Far’i (Mad Cabang)

a.
Pengertian

Mad Far’i ( مَدّ فَرْعِيّ ) adalah mad cabang — yaitu pemanjangan suara huruf mad yang terjadi karena adanya sebab tertentu selain huruf-huruf mad itu sendiri. Mad ini muncul karena adanya huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad.
Disebut far’i (cabang), karena merupakan cabang dari Mad Asli (Mad Thabi’i), yaitu mad dasar yang hanya dibaca dua harakat.

b.
Perbedaan Mad Asli dan Mad Far’i

Aspek Mad Asli (Thabi’i) Mad Far’i (Cabang)
نَسْتَعِينُ nasta‘īnu → ي setelah kasrah Mad Thabi’i
صِرَاطَ الَّذِينَ nasta‘īnu → ي setelah kasrah Mad Thabi’i

c.
Sebab Terjadinya Mad Far’i

1)
Bertemu Huruf Hamzah (ء)

Contoh:   جَاءَ، شَاءَ
➡️Ini menghasilkan Mad Wajib Muttashil atau Mad Jaiz Munfashil

2)
Bertemu Huruf Sukun (ْ)

Contoh:   الْحَاقَّةُ، الضَّالِّينَ
➡️Ini menghasilkan Mad Lazim, Mad ‘Aridh lissukun, atau Mad Lin

d.
Macam-Macam Mad Far’i

1.
Mad Wajib Muttashil

Hukum mad wajib muttasil adalah hukum bacaan, ketika mad asli bertemu dengan huruf hamzah ( ء ) dalam satu kata. Cara membaca mad wajib muttasil, harus dipanjangkan menjadi 4 – 5 harakat.
Contoh mad wajib muttasil, di antaranya :

  • QS Al-Baqarah ayat 6 :  سَ وَاۤءٌ عَلَيْهِمْ
  • QS Al-Maun ayat 6 :  يُرَآءُ ونَ
  • QS Al-Bayyinah ayat 5 :  حُنَ فَآءَ

Syarat terjadinya Mad Wajib Muttashil :

Syarat Penjelasan
Ada **huruf mad** Yaitu alif ( ا ), wau ( و ), atau ya ( ي ) yang didahului harakat yang sesuai
Diikuti hamzah ( ء ) Hamzah bisa berharakat atau sukun
Dalam satu kata Huruf mad dan hamzah tidak boleh terpisah dalam dua kata

Panjang Bacaan :

Mad Wajib Muttashil dibaca 4 sampai 5 harakat.

Dalam riwayat Hafsh ‘an ‘Ashim (yang paling umum dipakai di Indonesia):

➡️Wajib dibaca panjang 4 atau 5 harakat.

➡️Banyak ulama menyarankan membaca 4 harakat secara konsisten.

Hukum Membacanya :

Disebut "wajib" karena:.

➡️Ada ijma’ (kesepakatan qurra’) bahwa ia harus dipanjangkan.

➡️Namun tetap tidak sama dengan hukum wajib secara fiqh.

Membaca pendek tidak membatalkan salat, tapi dianggap menyalahi kaidah qira’ah yang sahih.

2.
Mad Jaiz Munfasil

Kebalikannya, hukum mad jaiz munfasil adalah hukum bacaan, ketika mad asli bertemu dengan hamzah (ء), namun tidak dalam satu kata. Cara membaca mad jaiz munfasil, yakni dengan dipanjangkan sebanyak 4 – 5 harakat.
Contoh mad jaiz munfasil, di antaranya:

  • QS Al-Kafirun ayat 2 :  لَآ أَ عْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
  • QS Al-Kafirun ayat 3 :  وَ لَآ أَ نتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ
  • QS Al-Quraisy ayat 4 :  الَّذِيْٓ اَ طْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ

Syarat Terjadinya Mad Jaiz Munfashil.

Agar sebuah bacaan tergolong Mad Jaiz Munfashil, harus memenuhi kriteria :

Syarat Penjelasan
Ada huruf mad Yaitu alif ( ا ), wau ( و ), atau ya ( ي ) yang berfungsi sebagai huruf mad.
Diikuti hamzah ( ء ) Huruf hamzah berada di awal kata berikutnya.
Berada dalam satu kata Huruf mad dan hamzah berada dalam kata yang terpisah.

Panjang Bacaan :

Dibaca antara 2 hingga 5 harakat.

Disebut "wajib" karena:.

➡️Dalam riwayat Hafsh (yang digunakan di Indonesia), Mad Jaiz Munfashil biasa dibaca 4 harakat.

➡️Disebut “jaiz (boleh)” karena boleh dipanjangkan antara 2–5 harakat sesuai qira’ah yang digunakan.

Harakat diukur dengan hitungan ketukan pendek, misalnya ketukan jari.

3.
Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi

Hukum mad lazim mutsaqqal kilmi adalah hukum mad yang terjadi, ketika mad asli bertemu dengan huruf bertasydid ( ّ- ) dalam satu kata. Cara membaca mad lazim mutsaqqal kilmi, yakni dengan memanjangkan bacaan hingga 6 harakat. Contoh mad lazim mutsaqqal kilmi, di antaranya:

  • QS Al-Fatihah ayat 7 :  وَلَا ال ضَّاۤلِّيْنَ
  • QS Al-Haqqah ayat 1 :  اَلْ حَاۤقَّةُۙ
  • QS Al-Haqqah ayat 2 :  مَا الْ حَاۤقَّةُۚ

4.
Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi

Hukum mad lazim mukhaffaf kilmi adalah hukum mad yang terjadi, ketika huruf mad bertemu dengan huruf berharakat sukun ( ْ- ) dalam satu kata. Cara membaca mad lazim mukhaffaf kilmi, yakni dipanjangkan sampai 6 harakat.
Dalam Al-Quran, hanya terdapat dua mad lazim mukhaffaf kalimi, yaitu pada surah Yunus ayat 51 dan 91 sebagai berikut:

  • QS. Yunus ayat 51 :  أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ ءَامَنتُم بِهِۦٓ ۚ ءَآلْـَٰٔنَ وَقَدْ كُنتُم بِهِۦ تَسْتَعْجِلُونَ
  • QS. Yunus ayat 91 :  ءَآلْـَٰٔنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ ٱلْمُفْسِدِينَ

5.
Mad Lazim Harfi Mutsaqqal

Hukum mad lazim harfi mutsaqqal adalah hukum mad yang terjadi di awal surat, dengan syarat: ada huruf mad yang bertemu huruf sukun yang diidghomkan (tasydid) dalam bentuk huruf saja (huruf fawatihus suwar).
Hukum mad lazim harfi mutsaqqal adalah hukum mad yang terjadi di awal surat, dengan syarat: ada huruf mad yang bertemu huruf sukun yang diidghomkan (tasydid) dalam bentuk huruf saja (huruf fawatihus suwar).
Cara membaca mad lazim mutsaqqal harfi, yakni dibaca sepanjang 6 harakat.
Contoh mad lazim harfi mustaqqal, di antaranya:

  • QS Al-Qalam ayat 1 :  نۤ ,  dibaca nuuun.
  • QS Asy-Syu’ara’ ayat 1 :  طٰسٓمّٓ ,   dibaca thoo-siiim-miiim
  • QS Maryam ayat 1 :  كٓهٰيٰـعٓـصٓ,   dibaca kaaaf-haa-yaa-‘aiiin-shoood.

6.
Mad Lazim Harfi Mukhaffaf

Hukum mad lazim harfi mukhaffaf adalah hukum mad yang terjadi di awal surat, yang terdiri dari enam huruf fawatih, yaitu huruf kha (ح), huruf ya (ي), huruf tha (ط), huruf alif (ا), huruf Ha (ه), dan huruf ra (ر).
Cara membaca mad lazim mukhaffaf harfi, yakni dengan panjang 2 harakat.
Contohnya yaitu:

  • QS Thaha ayat 1 :  طٰهٰ   dibaca thaa-haa.
  • QS Yasin ayat 1 :  يٰسۤ  dibaca yaa-siiin.
  • QS Al-Fussilat ayat 1 :  حٰمۤ   dibaca haa-miiim.

7.
Mad Layyin

Hukum mad layyin adalah hukum bacaan, ketika huruf berharakat fathah atau dammah, bertemu dengan huruf ya (ي) atau wau (و) bertanda sukun, kemudian di depannya lagi ada huruf yang dimatikan karena waqaf (berhenti).
Dengan kata lain, hukum mad layyin hanya terjadi dalam kondisi waqaf atau berhenti. Cara membaca mad layyin, yakni dengan dipanjangkan sebanyak 2, 4, atau 6 harakat.
Namun, jika sudah memilih salah satu, pilihan itu harus konsisten ketika menemukan bacaan serupa hingga akhir tilawah.
Contoh mad layyin, di antaranya:

  • QS Al-Quraisy ayat 1: :  لِاِيْلٰفِ قُ رَيْشٍۙ ۝١
  • QS Al-Quraisy ayat 2 :  اٖلٰفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاۤءِ وَال صَّيْفِۚ ۝٢
  • QS Al-Quraisy ayat 3 :  فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْ بَيْتِۙ ۝٣

8.
Mad Arid Lissukun

Hukum mad arid lissukun adalah hukum bacaan yang terjadi, ketika huruf mad diikuti oleh huruf lain yang diwaqafkan. Cara membaca mad arid lissukun, yakni harus panjang 2, 4, atau 6 rakaat.
Contoh mad arid lissukun, antara lain:

  • QS Al-Kafirun ayat 1 :  قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِ رُوْنَۙ ۝١
  • QS Al-Kafirun ayat 2 :  لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُ دُوْنَۙ ۝٢
  • QS Al-Kafirun ayat 6 : لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِࣖ ۝٦

9.
Mad Shilah Qashirah

Hukum mad shilah qashirah adalah hukum mad yang terjadi, apabila huruf ha dhamir (ه) berharakat kasrah atau dhammah, berada di antara dua huruf yang berharakat (bukan huruf mati). Huruf sebelumnya berharakat hidup (bukan mad), dan huruf setelahnya bukan hamzah.
Cara membaca mad shilah qashirah, yakni dengan dipanjangkan sebanyak 2 harakat.
Contoh mad shilah qashirah, yakni:

  • QS Al-Qariah ayat 9 :  هٗ هَاوِيَةٌ
  • QS An-Naziat ayat 17 :  اِذْهَبْ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّ هٗ طَغٰىۖ
  • QS An-Naziat ayat 40 :  وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ

10.
Mad Shilah Thawilah

Hukum mad shilah thawilah adalah hukum mad yang terjadi, ketika huruf ha dhamir (ه) bertemu dengan huruf hamzah. Cara membaca mad shilah thawilah, yakni dengan panjang 4 – 5 harakat.
Contoh mad shilah thawilah, di antaranya:

  • QS Al-Baqarah ayat 255 :  عِنْدَ هٗٓ اِلَّا
  • QS Al-Humazah ayat 3 :  يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗٓ اَخْلَدَهٗۚ
  • QS Al-Balad ayat 7 :  اَيَحْسَبُ اَنْ لَّمْ يَرَ هٗٓ اَحَدٌۗ

11.
Mad Iwad

Hukum mad iwad adalah hukum bacaan ketika, bacaan tanwin yang dihentikan (waqaf), sehingga dibaca panjang (mad). Sebagai pengecualian, mad iwad tidak terjadi pada huruf ta’ marbutah (ة).
Cara membaca mad iwad, yaitu bunyi tanwin (an) dihilangkan, dan dibaca seperti fathah biasa (bunyi a) dengan panjang 2 harakat.
Contoh bacaan mad iwad, antara lain:

  • QS An-Nisa ayat 1 :  كَثِيْرًا وَّنِسَاۤ ءً
  • QS Al-‘Adiyat ayat 1 :  وَالْعٰدِيٰتِ ضَبْ حًاۙ
  • QS Al-‘Adiyat ayat 2 :  فَالْمُوْرِيٰتِ قَدْ حًاۙ

12.
Mad Badal

Hukum mad badal adalah hukum bacaan yang terjadi, ketika bertemunya dua hamzah (ء) dalam satu kalimat. Hamzah yang satu berharakat, sedangkan hamzah yang lain sukun.
Nah, hamzah yang sukun ini, kemudian diganti dengan huruf mad yang sesuai pada harakat hamzah kedua, untuk meringankan bacaan.
Cara membaca atau hukum bacaan mad badal, yakni dengan dipanjangkan sebanyak 2 harakat.
Contoh mad badal, di antaranya:

  • QS Al-Baqarah ayat 8 :  اٰمَنَّا بِاللّٰهِ
  • QS Al-Baqarah ayat 9 :  وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْ
  • QS Al-Baqarah ayat 13 :  اٰمِنُوْا كَمَآ اٰمَنَ النَّاسُ

13.
Mad Farqi

ecara bahasa, farqi artinya memisahkan. Jadi, hukum mad farqi adalah hukum mad yang terjadi, apabila mad badal bertemu dengan tasydid. Cara membacanya, yakni dipanjangkan hingga 6 harakat.
Contoh mad farqi, antara lain:

  • QS Al-An’am ayat 143 : < style="font-size: 18pt;"> قُلْ ءٰۤالذَّكَرَيْنِ
  • QS Yunus ayat 59 :  قُلْ ءٰۤاللّٰهُ
  • QS An-Naml ayat 59 :  ءٰۤاللّٰهُ خَيْرٌ

14.
Mad Tamkin

Hukum mad tamkin adalah hukum mad yang terjadi, ketika huruf ya (ﻱ) atau wau (ﻭ) berharakat tasydid (ـّـ) atau kasrah (ـِـ), bertemu dengan huruf ya atau wau berharakat sukun (ـْـ). Panjang bacaan mad tamkin, yakni sejumlah dua harakat.
Contoh mad tamkin, di antaranya:

  • QS Ali Imran ayat 75 :  فِى ٱلْأُمِّ يِّينَ سَبِيلٌ
  • QS Ali Imran ayat 20 :  وَالْاُمِّيّٖنَ ءَاَسْلَمْتُمْ
  • QS Al-Muthaffifin ayat 18 : لَفِيْ عِلِّيِّيْنَ

Dalam bahasa Arab, garib artinya jarang dan tersembunyi. Dalam hal ini, bacaan garib jarang ditemui dan hanya ada sesekali dalam Al-Quran.Dalam ilmu tajwid, bacaan garib merujuk pada bacaan-bacaan yang tidak umum atau jarang terjadi dalam Al-Qur'an, baik karena bentuknya yang unik, cara membacanya yang tidak lazim, atau jumlah kemunculannya yang sedikit.
Bacaan garib ini penting dipelajari karena:
➡️Biasanya hanya terjadi di satu atau beberapa tempat dalam Al-Qur'an.
➡️Sering kali memiliki hukum tajwid khusus atau pengecualian dari kaidah umum.
➡️Diperhatikan secara khusus dalam qira’at (varian bacaan Al-Qur’an).

A.
Macam-macam bacaan bacaan Gharib dalam al-Qur’an.

1.
Bacaan Imālah (الإمالة )

Imālah (الإمالة ) dalam bahasa Arab secara harfiah berarti "memiringkan" atau "membengkokkan". Dalam konteks bacaan Al-Qur'an, imālah mengacu pada cara pengucapan huruf alif (ا) yang seharusnya dibaca lurus menjadi lebih miring, yaitu seolah-olah mendekati suara ya’ (ي ).
Secara lebih spesifik, imālah terjadi ketika huruf alif yang berharakat fathah (ــَ) dibaca dengan cara seperti suara huruf ya’ atau di antara suara alif dan ya’. Hal ini dapat ditemukan dalam beberapa riwayat qira'at, terutama dalam qira'at Warsh dari Imam Malik yang menggunakan imālah dengan lebih banyak.

a.
Aturan Bacaan Imālah

Imālah terjadi ketika alif ( ا ) yang berharakat fathah dibaca dengan lebih lembut, seolah mendekati huruf ya’ (ي ). Oleh karena itu, suara yang dihasilkan lebih mirip dengan e atau i, tergantung pada keadaan dan nuansa bacaan.
Dalam qira’at tertentu, seperti Warsh, Imālah diterapkan di banyak tempat, sedangkan dalam riwayat Hafs biasanya alif dibaca dengan suara a yang lebih jelas.
Imālah diterapkan pada alif yang berada di akhir kata atau terkadang di tengah kata, tergantung pada aturan dalam qira'at tersebut. Ini memberikan perbedaan dalam pengucapan antara riwayat yang satu dengan riwayat yang lainnya.

b.
Contoh Imālah dalam Al-Qur'an

Berikut adalah beberapa contoh dari bacaan imālah dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang dapat ditemukan dalam riwayat Warsh:
1. Surah Al-Fatiha (1:5)
كِتَابٌ

Dalam riwayat Warsh, kata كتَابٌ yang mengandung huruf alif dengan fathah pada akhir kata akan dibaca dengan imālah, sehingga mengarah pada pengucapan kitābun menjadi kitābun dengan suara mirip i (menjadi lebih miring).

2. Surah Al-Baqarah (2:59)
فَحَرَّمْنَا

Kata كحَرَّمْنَا dalam riwayat Warsh akan dibaca dengan imālah pada alif di kata كحَرَّمْنَا. Huruf alif akan cenderung lebih ke arah suara ya’, meskipun ini tidak terlalu terasa dalam bacaan Hafs.

3. Surah Taha (20:56)
أَلَّا يَفْشَلُونَ

Kata كحَرَّمْنَا Dalam bacaan Warsh, huruf alif di kata أَلَّا diucapkan dengan imālah, mirip dengan pengucapan huruf ya’.

4. Surah Al-Mulk (67:5)
فِيهَا

Kata فِيهَا dalam riwayat Warsh dibaca dengan imālah pada huruf alif, yang terdengar lebih mirip dengan ya’.

c.
Perbedaan Imālah dan Bacaan Normal

Bacaan Normal: Dalam riwayat Hafs, huruf alif berharakat fathah biasanya dibaca dengan suara a yang lebih keras dan jelas, seperti pada kata كِتَابٌ yang diucapkan dengan kitaabun.
Bacaan dengan Imālah : Dalam riwayat Warsh, huruf alif berharakat fathah bisa dibaca dengan suara yang lebih lembut dan mendekati i atau e (seperti pada kitābun yang diucapkan lebih mirip dengan kitaabun dengan pengucapan yang lebih miring).

d.
Jenis-Jenis Imālah

Ada dua jenis imālah yang sering ditemukan dalam qira'at :

1.
Imālah Kāmilah (الإمالة الكاملة ) Sering juga disebut Imālah Kubrā (الإمالة الكبرى )

Dalam imālah kamilah, bacaan huruf alif benar-benar mirip dengan suara ya’. Ini terjadi pada beberapa riwayat tertentu, seperti Warsh.
Imālah Kubrā adalah bacaan huruf fathah (a) yang sepenuhnya dimiringkan ke arah suara kasrah (i). Suaranya terdengar jelas mirip dengan huruf ya’ (ي ).
Ciri Khas Imālah Kāmilah.

➡️
Terjadi pada huruf yang berharakat fathah (ــَ ) terutama bila diikuti oleh huruf ra’ (ر ) atau huruf hamzah (ء ), dan pada beberapa kondisi khusus dalam qira’at.
➡️
Terasa sangat miring, seperti bacaan "e" berat atau mendekati "i".
➡️
Sering ditemukan dalam qira’at Hamzah, Kisai, dan sebagian dalam Warsh.

🔹 Contoh : Misalnya dalam riwayat Hamzah atau Kisai, kata: موسىٰ dalam imālah kubrā dibaca Mūsē (dengan suara e berat)

2.
Imālah Ghair Kāmilah (الإمالة الغير كاملة ) sering juga disebut Imālah Sughra (الإمالة الصغرى ) atau Taqrīb al-Fath ilā al-Kasr (تقريب الفتح إلى الكسر )

Dalam imālah ghaire kamilah, bacaan huruf alif lebih cenderung kepada suara yang mirip dengan e, namun masih ada sedikit pengaruh dari suara a. Bacaan ini lebih lembut dan lebih halus daripada bacaan alif biasa. Bacaan fathah yang tidak sepenuhnya berubah menjadi suara kasrah, tapi hanya mendekatinya sedikit. Suaranya berada di antara "a" dan "i", mirip suara "e" tipis dalam bahasa Indonesia.
Ciri Khas Imālah Ghair Kāmilah.

➡️
Terjadi pada huruf yang berharakat fathah (ــَ ) Ini adalah bentuk setengah imālah.
➡️
Lebih halus dibandingkan imālah kubrā.
➡️
Digunakan dalam qira’at Hafs dan qira’at lainnya hanya dalam kata-kata tertentu.

🔹 Contoh :

Salah satu contoh terkenal dalam riwayat Hafs dari Ashim adalah kata: مَجْرَاهَا (QS. Hud: 41)
Dalam riwayat Hafs, kata ini dibaca biasa: Majrāhā Namun dalam riwayat Hafs 'an 'Asim melalui Shu'bah, terjadi imālah sughrā pada alif (ā), sehingga terdengar: Majrēhā (mirip suara "e" ringan)

e.
Pengaruh Imālah dalam Keterbacaan dan Keindahan Tajwid

Bacaan imālah tidak hanya berfungsi untuk memberikan variasi dalam bacaan, tetapi juga untuk meningkatkan keindahan dan kelancaran dalam membaca Al-Qur'an. Dengan adanya imālah, bacaan menjadi lebih harmonis dan mudah dibaca dalam beberapa riwayat tertentu.

➡️
Imālah dapat memberikan pengaruh pada tajwid, karena ini menciptakan suara yang lebih melengkung, mirip dengan cara kita berbicara dalam bahasa sehari-hari yang lebih halus dan lembut.
➡️
Imālah juga memungkinkan pembaca untuk lebih memahami nuansa dari qira'at tersebut, yang membuat bacaan lebih sesuai dengan cara yang diajarkan oleh para sahabat dan tabi'in.

f.
Manfaat Memahami Imālah

a)
Meningkatkan Keterampilan Membaca: Memahami dan mempraktekkan imālah dapat membantu dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Qur'an, terutama bagi mereka yang mempelajari berbagai riwayat dan ingin memperkaya cara membaca mereka.
b)
Mengenal Keindahan Al-Qur'an: Setiap qira'at memiliki ciri khas yang memperkaya keindahan bacaan Al-Qur'an. Imālah adalah salah satu contoh bacaan yang menambah keindahan dan kelembutan dalam pengucapan.
c)
Mendalami Perbedaan Qira'at: Memahami imālah juga memberikan pemahaman lebih dalam tentang perbedaan riwayat dalam qira'at, yang memungkinkan seorang qari' atau hafidz untuk membaca sesuai dengan aturan dan riwayat yang sahih.

2.
Isymām (الإشمام )

Isymām adalah menggabungkan antara ḍammah (ُ ) dan sukūn ( ْ ) dalam pengucapan huruf yang di-waqaf-kan (berhenti), yaitu dengan menyuarakan huruf secara sukun, namun mengisyaratkan bibir seolah-olah sedang membaca ḍammah, tanpa disuarakan dengan menunjukkan adanya gerakan bibir membulat (seperti gerakan untuk membaca dhammah) pada huruf yang sebelumnya disukunkan. Isymām sering ditemukan dalam bacaan dengan riwayat tertentu, misalnya Warsh.
Jadi :

  • ➡️Suara yang terdengar adalah sukun (tidak bersuara ḍammah)
  • ➡️Tapi bibir membulat seperti akan mengucap ḍammah.
  • ➡️Gabungan antara dua makhraj atau harakat, yaitu dhammah dan sukun.
  • ➡️Suara yang terdengar adalah sukun (tidak bersuara ḍammah)
  • ➡️Tapi bibir membulat seperti akan mengucap ḍammah.
  • ➡️Biasanya ditunjukkan dengan gerakan bibir membulat tanpa suara setelah huruf disukunkan.
  • Surah Yūsuf ayat 11 (QS. 12:11) :
  • قَالُوا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَىٰ يُوسُفَ
  • Kalimat terakhir dalam ayat ini تَأْمَنَّا
  • Asalnya dari تَأْمَنُنَا (ta'manunā)
  • Ketika waqaf, huruf ن (nun) terakhir dibaca sukun, Tapi bibir mengisyaratkan ḍammah, karena aslinya bersuara ḍammah saat washal.
  • 👉 Maka dibaca :
  • ➡️Suara: ta'mann
  • ➡️Bibir: menunjukkan bulatan seperti mau mengucap nu (ḍammah).
  • Dalam mushaf cetakan Madinah, isymām ditandai dengan huruf sukun berbentuk seperti wajik (◇) pada huruf yang diisymām-kan.

🔹 Syarat Terjadinya Isymām

  • ➡️Terjadi saat waqaf (berhenti) di tengah ayat.
  • ➡️Huruf yang di-waqaf-kan aslinya berharakat ḍammah.
  • ➡️Isymām hanya pada pengucapan, bukan tulisan.
  • ➡️Hanya dapat dirasakan dalam lisan langsung atau dengan melihat bibir qari.

🔹 Hukum Bacaan Isymām.

  • ➡️Tidak wajib, tapi sunah untuk yang mampu.
  • ➡️Digunakan dalam riwayat Hafsh dari Ashim dan beberapa qiraat lain.
  • ➡️Tidak semua mushaf menampilkan isymām dengan tanda khusus.

3.
Naql (النقل )

Naql adalah Perubahan atau pemindahan harakat dari hamzah washal (ء ) kepada huruf sebelumnya, kemudian hamzah tersebut dihapus, sehingga seolah-olah huruf sebelumnya berharakat dua (misalnya fathah dua/fathatain). Biasanya terjadi saat pertemuan tanwin dengan hamzah washal di awal kata berikutnya.

  • ➡️Artinya: memindahkan harakat dari huruf ke huruf lain.
  • ➡️Terjadi bila hamzah dalam kalimat digugurkan, dan harakatnya dipindahkan ke huruf sebelumnya.
  • ➡️Contoh: kata قل الله menjadi قلَّلله (terjadi dalam qira’at Warsh, bukan dalam Hafs).

🔹 Syarat-Syarat Terjadinya Naql

  • ➡️ Kata pertama berakhir dengan tanwin.
  • ➡️ Kata kedua dimulai dengan hamzah washal.
  • ➡️ Tanwin tidak boleh diikuti oleh huruf qalqalah, sukun, atau idgham syaddah (dalam kasus tertentu).
  • ➡️ Terjadi dalam beberapa riwayat qira’at tertentu (misalnya riwayat Warsh dari Nafi’).

🔹 Qira’at yang Menggunakan Naql

  • ➡️ Naql tidak digunakan dalam qira’at Hafsh dari ‘Ashim (yang umum di dunia Muslim).
  • Tetapi:
  • ➡️ Digunakan dalam riwayat Warsh dari Nafi’.
  • ➡️ Juga terdapat dalam riwayat Abu ‘Amr al-Basri dan beberapa lainnya.

🔹 Bentuk-Bentuk Naql

  • ➡️ Bentuk Naql Keterangan.
  • ➡️ Naql tanpa idgham Harakat dipindahkan ke huruf sebelumnya, dan dibaca jelas.
  • ➡️ Naql dengan idgham Setelah harakat dipindah, terjadi peleburan (idgham) ke huruf setelahnya.

🔹 Contoh Lain Naql dalam Qira’at Warsh

  • ➡️ عَذَابٌ أَلِيمٌ → Dibaca : عَذَابُلِيمٌ
  • ➡️ قَوْمٌ ٱسْتُضْعِفُوا → Dibaca: عَقَوْمُسْتُضْعِفُوا
  • ➡️ مِنْ أَمْرِهِمْ → Dibaca: عَمِمْرِهِمْ (jika ada idgham)

🔹 Contoh Bacaan Naql dalam Al-Qur'an. Hanya ada 1 bacaan naql dalam Al-Quran yaitu hanya terdapat dalam satu yaitu di dalam surah Al-Hujurat ayat 11 sebagai berikut :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ


Bacaan بِئْسَ الإِسْمُ. pada ayat tersebut apabila merujuk pada bacaan biasa akan berbunyi Bi'sal ismu. tetapi karena ada kaidah naql, maka cara melafalkannya dengan memindahkan harakat pada huruf sebelumnya, sehingga cara membacanya yang benar ialah: Bi'salismu.

4.
Tashīl al-Hamzah (تسهيل الهمزة )

Tashīl al-Hamzah adalah pelembutan atau pengurangan pengucapan hamzah yang berdekatan dengan hamzah lainnya. Ini membuat bacaan lebih halus, dengan melembutkan atau menghilangkan salah satu hamzah.

  • ➡️Melembutkan hamzah kedua dalam dua hamzah yang berurutan.
  • ➡️Contoh: pada ayat ءأعجمي dalam Surah Fussilat: 44.
  • ➡️Dalam qira’at tertentu, hamzah kedua tidak dibaca jelas (dilunakkan).

5.
Saktah ( السَّكْتَة )

Saktah adalah berhenti sejenak tanpa bernapas saat membaca Al-Qur'an, selama 2–3 harakat, sebelum melanjutkan ke bagian selanjutnya dalam ayat atau antar dua ayat, tanpa mengambil nafas.
Bacaan saktah ditandai dengan huruf sin kecil ( س ) atau dengan tulisan lengkap saktah ( ساكته ). Cara membacanya dengan berhenti sejenak tanpa bernapas sepanjang dua harakat.

🔹 Tempat-Tempat Saktah dalam Qira’at Hafṣ.

# Ayat Teks Letak Saktah
1. Yāsīn: 52 مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ هَـٰذَا Saktah antara مَّرْقَدِنَا dan هَـٰذَا
2. Al-Qiyāmah: 27 وَقِيلَ مَنْۢ ۜ رَاقٍ Saktah antara مَنْۢ dan رَاقٍ

Dalam ilmu tajwid, huruf ر (ra) memiliki hukum tertentu yang disebut "talaqqi sifat tafkhim dan tarqiq". Hukum Ra ini terbagi menjadi dua, yaitu:

A.
Tafkhim (dibaca tebal).

Ra dibaca tafkhim (tebal) dalam kondisi berikut:

1.
Ra berharakat fathah atau dhammah.

Contoh :
رَحْمَةٌ   ➡️ dibaca tebal karena Ra berharakat fathah.
رُسُلٌ   ➡️ dibaca tebal karena Ra berharakat dhammah.

2.
Ra sukun setelahnya huruf berharakat fathah atau dhammah.

Contoh :
قَرْنٍ   ➡️ Ra sukun setelahnya huruf berharakat fathah.
يُرْزَقُونَ   ➡️ Ra sukun setelahnya huruf berharakat dhammah.

3.
Ra sukun dan sebelumnya berharakat fathah/dhammah.

Contoh :
مَرْيَمَ   ➡️ Ra sukun dan sebelumnya berharakat fathah.

4.
Ra sukun setelah huruf mad, dan sebelumnya huruf madnya berharakat fathah/dhammah.

Contoh :
خُسِرُوا   ➡️ Ra dibaca tebal.

B.
Tarqiq (dibaca tipis).

Ra dibaca tarqiq (tipis) dalam kondisi berikut:

1.
Ra berharakat kasrah.

Contoh :
رِزْقًا   ➡️ Ra dibaca tipis.

2.
Ra sukun, sebelumnya berharakat kasrah dan tidak ada sebab tafkhim.

Contoh :
فِرْعَوْنَ   ➡️ Ra dibaca tipis.

3.
Ra sukun setelah huruf mad yang sebelumnya berharakat kasrah.

Contoh :
خِيرَاتٍ   ➡️ Ra dibaca tipis karena sebelumnya ada ya sukun didahului kasrah.

C.
Jawazul Wajhain. ( جَوَازُ الْوَجْهَيْنِ )

Boleh dibaca dengan dua wajah (cara) yang benar secara qira'ah.
Huruf ra ( ﺭ ) boleh dibaca tafkhim dan boleh dibaca tarqiq. Hukum ini berlaku jika terdapat huruf ra sukun huruf sebelumnya berharakat kasrah dan huruf sesudahnya berupa huruf isti'la.
Dalam konteks huruf Ra (ر), Jawāzul Wajhain berlaku pada sejumlah kata tertentu di Al-Qur’an yang bisa dibaca dengan dua cara: tafkhīm (tebal) atau tarqīq (tipis), tergantung pendekatan yang digunakan oleh qari atau imam qira'ah.

Ra yang Boleh Dibaca dengan Jawāzul Wajhain :

1.
Ra sukun karena waqaf (berhenti), dan sebelumnya huruf berharakat kasrah, dan setelah Ra ada huruf isti'la (huruf tebal).

Contoh :
مِصْرَ   (kata “Miṣra” dalam QS. Yunus: 87, Yusuf: 21, dll). → Jika waqaf, Ra menjadi sukun.
🔹 Dalam hal ini, boleh dibaca:
➡️Tafkhim: مِصْرْ (Miṣr ) → dengan Ra tebal
➡️Tarqiq: مِصْرْ (Miṣr) → dengan Ra tipis
📘 Alasannya:

👉Sebelum Ra ada kasrah(   مِ   )
👉Setelah Ra ada huruf isti‘la (ṣ dalam sambungan)
👉Tapi saat waqaf, huruf isti‘la itu tidak diucapkan, sehingga muncul dua pendapat:

👉Yang fokus ke kasrah sebelumnya → tipis
👉Yang melihat adanya huruf isti‘la dalam aslinya → tebal

Kaidahnya:
إذا سكنت الراء وقبلها كسر أصلي وبعدها حرف استعلاء غير مكسور، جاز تفخيمها وترقيقها
"Apabila Ra sukun, sebelumnya kasrah asli, dan sesudahnya huruf isti'la (yang tidak berkasrah), maka boleh dibaca tebal atau tipis."

2.
Ra sukun karena waqaf, sebelumnya kasrah, TIDAK ada huruf isti'la setelah Ra.

Contoh :
فِجْرَ   → diwaqafkan menjadi:   فِجْرْ
➡️ Sebelum Ra ada kasrah (  ج  ).
➡️ Setelah Ra tidak ada huruf isti'la (tidak ada lagi karena diwaqafkan).
➡️ Tarqiq (tipis) karena tidak ada huruf isti‘la setelah Ra, dan sebelumnya kasrah.

3.
Ra sukun bukan karena waqaf (Ra asli sukun), dan sebelumnya harakat kasrah.

Contoh :
فِرْقَةٌ
➡️ Ra memang sukun dalam struktur kata (bukan karena waqaf).
➡️ Sebelumnya kasrah (فِ ).
➡️ Tarqiq (tipis) karena Ra sukun asli dan sebelumnya kasrah.

4.
Ra sukun bukan karena waqaf, sebelumnya kasrah, tetapi setelah Ra ada huruf isti'la.

Contoh :
إِرْصَادًا
➡️ Ra sukun asli.
➡️ Sebelumnya kasrah ( إِ ).
➡️ Setelah Ra: huruf isti‘la yaitu ص .
➡️ Tetap Tarqiq (tipis) karena meskipun ada isti‘la setelahnya, tidak mempengaruhi hukum Ra asli sukun. Yang dihitung adalah harakat sebelum Ra.